WISH IN BELIEVE

Cash:

Wu Yi Fan | Huang Zi Tao | Wu Sehun | Wu Yunho | Wu (Kim) Jaejoong

Story Line : Wari Hidayati

Lenght: Chaptered

Rete: T

Genre: Family, Hurt/Comfort, Drama, GS for UKE

.

.

FF ini remake dari novel 'Wish In Believe' karya 'Wari Hidayati'. Terdapat pengurangan kata, penambahan kata, penggantian tempat, dan penggantian bahasa untuk menyesuaikan cerita yang ada.

.

.

DON'T LIKE DON'T READ

.

.

HAPPY READ!

.

.

#Prolog

Seorang namja dengan langkah tenang berjalan menyusuri jalanan. Di tatapanya jalanan di depannya. Ia tidak tahu harus melangkah kaki kemana lagi. Tidak ada perubahan sama sekali disaat luka hatinya semakin terasa menyakitkan. Bahkan air matanya pun sudah lama mengering.

Bukan karena ia lemah, namun ketegarannya terlanjur hancur. Ia berusaha menjalaninya dengan berpura-pura kuat, tatkala keadaan mencekiknya. Seakan tidak memberikannya celah untuk sekedar bernafas.

Ia lelah...

Lelah atas segala yang telah terjadi dalam kehidupannya. Jika tahu semua akan seperti ini, mungkin ia akan memilih untuk tidak dilahirkan ke dunia ini.

Seharusnya ia tahu bahwa takdir telah mempermainkannya. Membuat tidak berdaya dengan segala yang dilaluinya. Sudah terlambat baginya. Jalan satu-satunya hanyalah menunggu hingga takdir itu berakhir sendirinya. Sampai saat itu tiba, ia hanya ingin menjalani seperti ini, merasakannya dalam sepi.

oOoOo

#1

Pagi adalah saat dimana sang surya memberikan kehangatan pada kehidupan bumi. Saat dimana setiap manusia membuka matanya kembali setelah menikmati kedamaian malam. Tatkala kebanyakan orang memulai kegiatan pagi dengan penuh senyuman, justru ada sebuah keluarga yang mengawali paginya dengan sebuah pertengkaran. Suara lantang menggetarkan keheningan simponi pagi di dalam rumah mewah itu.

"Kau pikir aku pulang larut malam karena bersenang-senang dengan gadis panggilan, huh?! Jangan kau kira aku tidak tahu maksud pertanyaanmu KIM JAEJOONG!"

Sebuah suara besar dan berat milik lelaki berbadan besar dan tegap memecahkan heningnya pagi. Terdengan mengerikan dengan intonasi tegas pada setiap katanya. Seolah mampu memekakkan telinga yang mendengar pada saat itu.

"Aku bertanya baik-baik padamu yeobo. Apa salah bertanya seperti itu? Aku ini istrimu."

Kali ini suara kecil dari seorang yeoja cantik yang penuh dengan nada pilu. Terdengar sangat rapuh diiringi isakan kecil yang tertahan dari bibir cerry miliknya itu. Seolah mampu menyayat hati orang yang mendengarnya.

"Ah! Aku lelah berurusan denganmu!" ucap suara besar itu kembali dan mengakhiri kegiatan mereka setiap harinya yang selalu bertengkar.

Namja berbadan besar itu berlalu meninggalkan istrinya yang hanya bisa menangis atas pertengkaran hebat mereka. Ia berlalu menuju ruang makan dan menemukan dua orang anaknya yang sudah duduk tenang menunggu kedatangan orang tua mereka. Wu Yifan dan Wu Sehun. Anak mereka hanya bisa diam menghadapi situasi keluarga yang sejak beberapa bulan terakhir ini selalu dilanda pertengkaran hebat.

"Apa kalian akan tetap duduk manis seperti itu? Cepat habiskan makan kalian dan segera pergi sekolah. Yifan-ah, antarkan adikmu ke sekolahnya sebelum kau ke kampus," ucap appa mereka memulai pembicaraan yang terkesan kaku dan sedikit menegangkan itu.

Dua kakak beradik yang sedari tadi hanya diam tersebut tanpa banyak bicara segera memakan sarapan yang sudah tersedia dan pergi setelahnya tanpa lupa membungkukkan diri berpamitan pada appa mereka. Tak banyak yang bisa mereka lakukan selain menuruti semua perintah dari sang penguasa rumah itu, appa mereka, Wu Yunho.


-FANTAO-


"Hyung, aku kasihan dengan eomma. Apa kau tadi mendengar pertengkaran itu?"

Sehun memulai pembicaraan mereka saat dalam perjalanan. Hanya Yifanlah satu-satunya tempat baginya untuk bertanya, berbagi dan menumpahkan segala masalah yang ia hadapi. Hyung yang sangat dicintainya.

"Sudahlah, jangan kau dengarkan lagi. Kalau perlu kau bersikap seolah tidak mendengar pertengkaran itu. Jangan kau pikirkan lagi. Kau belajar saja dengan rajin," jawab Yifan sambil fokus mengendarai mobil sedan sport miliknya menuju sekolah tempat adiknya menuntut ilmu.

"Hyung, aku ingin tinggal besama halmoni saja. Aku bosan dengan keadaan rumah yang selalu seperti ini. Bolehkah?" tanya Sehun sesaat setelah tiba di depan sekolahnya sambil memegang tangan Yifan penuh harap.

"Jangan Sehuna. Kalau kau kembali lagi ke tempat halmoni, keadaan bisa semakin parah. Tidak hanya appa dan eomma, hal ini bahkan bisa melibatkan halmoni. Aku akan mecoba memikirkan solusinya, kau bersabarlah dulu," balas Yifan menatap penuh arti kepada adik semata wayangnya.

Tanpa banyak kata, Sehun mengangguk pasti memahami setiap perkataan yang diucapkan oleh Hyung-nya. Seditik kemudian ia segera keluar dari mobil sport hitam itu dan berlari menuju gerbang sekolah yang nyaris tertutup jika ia lebih lama lagi berada di dalam mobil itu.


-FANTAO-


At SM University

Yifan memakirkan mobil sedan sport hitam miliknya itu setelah satu jam perjalanan menuju kampusnya dan bergegas menuju ruang kelas. Keadaan masih sepi, karena memang pukul delapan pagi bukan jam perkuliahan. Lebih tepatnya masih ada dua jam menuju waktu perkuliahan yang akan dimulai.

Ia jalan perlahan menuju sebuah ruang yang tidak asing baginya. Ruang lukis. Ruangan yang selama ini menjadi saksi kehidupannya. Hanya ruang sederhana yang penuh dengan berbagai alat untuk melukis. Ruangan dan juga benda-benda mati yang selalu setia menematinya dan mendengarkan segala keluhannya.

Sebuah tempat yang mampu menampung segala tutur katanya tanpa perlu khawatir orang lain mengetahuinya. Di ruang inilah ia bisa mengalihkan semua pikiran dan masalah yang menimpanya, termasuk masalah pertengkaran orang tuanya. Kris duduk di depan sebuah jendela mengamati pemandangan luar kampusnya. Tiba-tiba matanya menangkap sekumpulan burung yang sedang berkicau merdu. Perlahan seulas senyuman terukir dari wajah tampannya.

'Aku yakin ini tidak akan lama lagi. Kita pasti akan berkumpul dan bercanda bersama kembali,' batinnya.

"Hanya butuh waktu untuk menjawab semuanya," ucap Yifan lirih.

Ia berdiri dan beranjak dari depan jendela itu. Berjalan kesebuah bangku yang tidak jauh dari tempatnya berdiri dan memulai kegiatan yang selalu dilakukannya jika ada waktu luang seperti ini. Membaca buku. Ya, itulah kegiatan yang tidak pernah luput dari seorang Wu Yifan.

Tidak salah jika ia dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi dan selalu di elu-elukan oleh setiap penghuni kampus itu. Didukung pula dengan wajah tampan dan statusnya sebagai seorang anak dari pengusaha ternama di China dan Korea membuat para yeoja rela mengejarnya dan berusaha untuk mendapatkan hatinya dengan cara apapun.

Tok..Tok..Tok..

Terdengar suara pintu ruangan itu diketuk oleh seseorang. Meskipun begitu, Yifan tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari apa yang dibacanya. Ia sudah tahu bahkan sudah sangat hafal dengan apa yang akan dilakukan orang-orang jika ingin menemuinya.

Mencari perhatian dengan berpura-pura bertanya, melontarkan berbagai alasan hanya sekedar ingin menyapanya. Bukannya ia sombong, hanya saja ia tidak suka dengan cara dan sikap para yeoja itu jika didekatnya. Karena ia bukan namja flamboyan atau cassanova yang selama ini mereka kira. Ia hanya seorang namja biasa dan hanya akan menyukai seorang yang 'terlihat' biasa oleh matanya, bahkan hanya dengan sekali pandang.

"Sunbae-nim, sepertinya anda menjatuhkan sesuatu," untaian kata dengan diiringi nada lembut dari empunya itu berhasil memutar otak Kris.

Berbeda dari apa yang dilakukan orang-orang selama ini padanya. Suara kecil dan lembut itu berhasil mengalahkan pandanganya menuju seseorang yang berdiri tidak jauh dari pintu menunggu jawaban darinya. Seolah-olah orang tersebut enggan untuk melangkahkan kakinya kepada orang yang ditanyanya.

Yifan memperhatiakanyeoja manis berkacamata yang berdiri diambang pintu itu dengan sorot mata seperti mengintrogasi yeoja tersebut, namun tetap mencoba terlihat tenang.

"Apa maksudmu agasshi?" akhirnya ucap Yifan mengeluarkan suara untuk memberi kepastian pada yeoja itu.

"Maaf karena aku mengganggu kegiatanmu, sunbae-nim. Sepertinya kau menjatuhkan ini di koridor tadi," ucapyeoja itu sambil menunjukan sebuah foto berukuran kecil.

"Aku yakin ini punyamu, makanya dari tadi aku mencarimu. Dan ternyata benar kata orang-orang kau ada diruangan ini. Sekali lagi, maaf aku mengganggumu. Aku latakkan di meja ini saja, aku permisi. Silahkan lanjutkan kembali kegiatan Anda, sunbae-nim," ucap yeoja manis itu kembali sambil meletakkan foto yang dimaksudnya dan tidak lupa membungkuk hormat pada Yifan sebelum benar-benar pergi dan menghilang dari jarak pandang mata yang terlihat tegas dan tajam itu.

Sebuah pemandangan yang jarang bahkan tidak pernah ditemuinya selama ini. Selama ia menempuh kuliah dan menuntut ilmu di kampus yang telah memberi nama besar baginya itu. Aneh. Mungkin hanya kata itu yang mampu melukis dan mewakilkan pikirannya saat ini.

Yifan termenung dengan banyak pertanyaan yang singgah di otaknya tentang yeoja itu. Ia mulai beranjak dari untuk mengambil benda tipis dan kecil yang diletakkan oleh yeoja itu di atas meja yang tidak jauh darinya. Foto itu, foto yang selalu menemaninya kemana pun ia pergi.

Perlahan setetes cairan bening meluncur keluar dari mata indahnya dan membuat sebuah aliran kecil di pipinya dan pertahannnya mulai runtuh. Kelemahan terbesarnya kelemahan yang juga terkadang bisa menjadi penyemangat hidupnya, keluarganya. Ia mulai terisak memandangi foto berukuran kecil itu tanpa ia sadari sepasang mata panda memandangnya dengan iba dari balik pintu.

'Ini bukan dirimu yang aku ketahu sunbae. Kau orang yang kuat. Aku percaya itu,' batin seseorang dari balik pintu ruangan yang sepi itu.


-FANTAO-


Waktu terus berlalu meninggalkan duka dan juga kebahagian bersamaan. Yifan beranjak keluar kelas. Beberapa saat setelah profesor yang mengajar mengakhiri pelajaran di kelas tersebut. Ia berjalan dalam diam tanpa peduli pada beberapa pasang mata yang memandanginya kagum.

Sesekali ia memandang jam di tangannya yang sudah menunjukan pukul tiga sore. Ia semakin mempercepat langkahnya mengingat jarak antara kampus dan sekolah adiknya menuntut ilmu cukup jauh. Kembali tanpa ia sadari sepasang mata yang sedari tadi memperhatikannya terus mengikuti langkahnya hingga terhenti saat mobil sport hitam miliknya melaju dan menghilang dari pandangnnya itu.

"Aku iba padamu, sunbae. Sepertinya kau ada masalah dengan keluargamu. Aku berharap suatu saat nanti kau menemukan seseorang yang benar-benar mampu jadi sandaranmu, sehingga kau tak perlu lagi memendam semua masalahmu sendirian," ujar pemilik sepasang mata yang terus mengikuti Yifan tersebut.


-FANTAO-


At XOXO Senior High School

"Sehuna!" teriak Yifan dari jarak yang cukup jauh.

"Oh, hyung," balas orang yang dimaksud dan segera berlari ke arah sumber suara yang memanggilnya.

"Kali ini kau terlambat satu jam, hyung." protes namja berumur 16 tahun itu sambil memasuki mobil sedan sport milik Yifan.

"Ya! Kau ini seperti tidak tahu saja jadwal kuliahku bocah," balas Yifan enteng.

"Bukannya sudah aku katakan padamu untuk tidak menjemputku. Tapi kau tetap keras kepala untuk menjemputku, ckckck"

"Berbahaya jika kau aku lepas Sehuna. Ingat, BAHAYA!" Ucapnya sambil mempertegas kata terakhirnya.

"Aku ini bukan anak kecil lagi hyung. Aku bisa menjaga diriku sendiri," protes Sehun kembali. Namun kali ini tidak ada jawaban dari hyung.

Sehun hanya mendengus kesel atas sikap hyung-nya itu. Ia kini memilih diam memperhatikan pemandangan jalanan yang hanya menampikan sederet gedung pencakar langit. Ia sangat paham tingkah hyung-nya itu jika sudah diam. Ia tahu betul bahwa hyung-nya sedang memikirkan sesuatu yang memang tidak akan pernah diketahui olehnya.

"Kau akan aku antar pulang. Setelah itu aku akan kembali pergi ke suatu tempat," ucap Yifan tiba-tiba memecahkan keheningan.

"Aku ikut denganmu saja, hyung. Aku tidak ingin di rumah," tolak Sehun pelan.

"Kau di rumah saja temani eomma. Kau tidak kasihan melihat eomma sendirian?" bujuk Kris pada adiknya.

"Kalau begitu kenapa tidak kita berdua saja yang menemani eomma? Kau tidak hyung, kau juga kasihan pada eomma bukan?" Sehun memang selalu bisa menebak isi hati hyung-nya. Sayangnya ia tidak akan pernah tahu hal yang dipikirkan oleh hyung-nya itu.

"Justru karena aku kasihan pada eomma, padamu, pada appa, dan keluarga kita yang seperti ini, aku harus pergi kesuatu tempat percaya padaku," jawab Yifan sambil memegang kedua bahu Sehun meyakinkan adiknya itu. Sehun hanya mengangguk sebagai tanda mengerti maksud dari perkataan hyung-nya.

"Masuklah, katakan pada eomma bahwa aku akan pergi kesuatu tempat," lanjut Yifan.

"Baiklah. Berhati-hatilah hyung. Aku percaya padamu," jawab Sehun dengan senyum khasnya yang nyaris menyerupai senyuman hyung-nya.

Sehun segera keluar dari mobil dan tidak lupa membungkuk hormat pada hyung-nya yang sangat dihormatinya itu, lalu menghilang dibalik pagar rumah mereka yang megah dan mewah. Hanya sebuah senyuman yang terukir dari wajah namja tampan itu sebagai balasan atas rasa hormat adik kesanganya tersebut.

Yifan kembali melanjutkan mobil sedan sportnya di jalanan kota Seoul. Tidak ada yang mengetahui apa yang dilakukannya. Sebenarnya Yifan termasuk seseorang yang berani mengambil resiko atas tindakannya sendiri. Ia kembali mematai kegiatan appa-nya dengan tujuan untuk mengetahui apa permasalahan yang membuat sang appa berubah akhir-akhir ini. Ia tahu betul apa yang akan terjadi padanya jika hal itu diketahui oleh sang appa yang terdengar dingin itu.

Flasback

"AKU TIDAK PERNAH MENGAJARIMU UNTUK MELAKUKAN HAL SEPERTI INI WU YIFAN! BERANI SEKALI KAU MELAKUKAN INI PADA APPA-MU SENDIRI!" berang sang appa yang terdengar oleh siapapun yang berada di dalam rumah pada saat itu.

"Aku memiliki alasan melakukan hal itu appa. Aku tidak ingin keluarga kita hancur. Tidak masalah bagiku jika kalian tidak memikirkanku. Tapi kalian harus memikirkan Sehun. Dia membutuhkan kalian, dia membutuhkanmu appa," jelas Yifan pada appa-nya yang semakin murka atas perkatannya.

"Oh, jadi kau pikir aku appa yang tidak bertanggung jawab? LALU KAU PIKIR DENGAN APA SELAMA INI KAU HIDUP, HAH?! SIANG MALAM AKU BEKERJA UNTUK KALIAN, MEMBIAYAI KEHIDUPAN KALIAN! TAPI INI BALASANMU PADAKU?!" bentak Yunho yang membuat seluruh penghuni rumah memandang takut padanya.

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Yifan, mengejutkan semua orang yang ada pada saat itu, termasuk Yifan sendiri yang nyaris terhujat karena kaerasnya tamparan itu.

"ANAK KURANG AJAR! BERANI KAU MEMBENTAKKU! KAU..." perkataan Yunho terhenti seketika.

"JANGAN SAKITI HYUNG-KU! APPA JAHAT! APPA MENYAKITI EOMMA SEKARANG APPA MENYAKITI HYUNG-KU. AKU BENCI APPA!" ucap Sehun menghentikan perkataan appa-nya.

Ia terus memeluk hyung-nya dengan air mata yang mengalir di pipinya. Yifan terdiam mendengar perkataan adiknya itu. Dia tidak tega melihat adiknya menangis sambil memeluk dirinya, walaupun sebenarnya ia juga telah berusaha payah menahan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya. Ia tidak ingin rapuh di depan adiknya. Ia tidak ingin menjadi sandaran yang lemah bagi adik semata wayangnya.

"Bahkan adikmu pun sudah berani melawanku. Apa kau pantas dikatakan sebagai seorang kakak? Kau bahkan tidak bisa menasehati adikmu untuk bersikap sopan pada appa-nya. Aku peringatkan padamu, sehebat apapun dan sepintar apapun kau, sekali lagi kau melakukan hal yang sama padaku maka aku tidak akan segan-segan untuk mengelurkanmu dari garis keturunanku! Dan aku tidak akan pernah mengaggapmu ada. Kau ingat itu."

Ucapan appa-nya mengakhiri pertengkaran diantara mereka dan berlalu meninggalkan mereka dalam kepiluan yang dalam tanpa didampingi oleh sang eomma mereka yang sedang terbaling lemah di salah satu kamar yang ada di rumah mewah itu. Kim Jaejoong atau sekarang menjadi Wu Jaejoong, eomma mereka pingsan saat mengetahui bahwa suami yang sangat dicintainya itu telah menduakannya dan lebih menyakitkan lagi bahwa ia mengetahui hal itu dari putra pertamanya. Wu Jaejoong tidak akan mengetahui jika ia tidak memaksa anaknya itu dan mengancam tidak akan menanggapinya sebagai anak lagi jika Yifan tidak memberi tahunya. Ya, Yifan memang tidak akan pernah menentang eomma-nya.

Flasback end

Sebuah senyuman pilu kembali terukir pada wajah tampannya. Senyuman yang sangat sulit untuk diartikan oleh siapapun. Mungkin saja sebuah kekhawatiran melandanya, seperti kata-kata terakhir sang appa yang telah memporak-porandakan hati dan pikirannya.


-FANTAO-


Yifan memakirkan mobilnya di parkiran sebuah restauran yang terkenal cukup mahal dan hanya orang-orang tertentu saja yang mengunjungi restauran ini. Yifan tahu ini memang hal yang sangat tidak baik. Tapi demi keluarganya, ia akan melakukannya meskipun dengan resiko yang mengancam kelangsungan hidupnya kelak.

Yifan memasuki restauran itu tanpa ragu. Cukup banyak yang memperhatikannya saat masuk. Mengapa? Karena Yifanlah satu-satunya anak muda yang masuk ke dalam restauran tersebut. Selebihnya para pengusaha ternama di Korea.

"Permisi tuan, ada yang ingin Anda pesan tuan?" tanya seorang yeoja waitress berpenampilan rapi yang menghampiriku dengan senyuman terbaiknya. Ia memberikan buku menu yang terdiri atas banyaknya menu-menu makanan dan minuman yang entah darimana asal makanan itu.

"Terserah kau saja. Karena aku tidak begitu tertarik untuk membuka lembaran daftar menu ini," jelas Yifan pada waitress yang terlihat sedikit terkejut atas perkataannya. Namun begitu Yifan masih terlihat dapat melihat ia tersenyuman atas sikapnya. Yeoja yang cukup manis.

"Baiklah tuan, saya akan membawakan makanan terbaik kami untuk Anda. Saya permisi."

Yifan kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru cafe. Mencari tahu sesuatu yang menganjal hatinya.

'Apakah beliau tidak akan datang kali ini bersama wanita itu? atau mungkinkah beliau menyadari kehadiranku sehingga membatalkan kegiatannya untuk bermesraan dengan wanita itu di tempat ini?' batin Yifan.

Yifan dikejutkan dengan sebuah pemandangan di hadapannya. Sosok yang dicari-carinya sedari tadi. Ternyata dugaannya tidak salah, appa-nya datang dengan yeoja yang tidak ia kenal.

Yifan tertawa kecut memperhatikan pemandangan di hadapannya. Ia melihat pemandangan yang tak seharusnya ia lihat. Pemandangan yang sangat menyakiti hatinya, ia mencoba kembali mengedarkan pandangan ke arah lain hanya sekedar untuk menetralkan pikiran dan perasaannya.

'Kenapa appa tega melakukan ini pada kami? Kenapa tega menghianati keluargamu sendiri appa?' gerutu Yifan dalam hati. Yifan berpikir apakah kehidupannya nanti tidak ada bedannya dengan apa yang ia lihat saat ini? Menghiananti istri dan anaknnya? Oh, Cukup dirinya saja yang diperlakukan seperti ini. Yifan menghembuskan nafasnnya pelan.

Sesaat kemudian waitress tadi datang dengan makanan yang disarankannya padanya. Yifan meperhatikan setiap gerakan yeoja waitrees tersebut saat menyajikan makanan.

'Pekerjaan yang rapih, ia menata semua dengan sangat telaten,' gumamnya dalam hati.

"Selamat menikmati tuan. Saya harap Anda suka dengan menu kami saat ini. Saya permisi," ucapnya setelah menuangkan red wine dan membungkuk hormat menggalkan Yifan.

"Maaf, bisakan kau menemaniku disini?"

Langkahnya terhenti. Tidak hanya langkah waitress itu yang berhenti, namun langkah seorang yeoja lain yang saat itu berada di dekatnya juga terhenti dan melihat Yifan dengan raut wajah berbinar.

"Kau memanggilku?" tanya seorang yeoja yang sepertinya dari tadi tertarik pada Yifan tiba-tiba menoleh melihatnya dengan wajah yang berbinar. Sungguh ia ingin tertawa saat ini.

'Sepertinya yeoja ini sedang menunggu tamunya, tetapi masih bisa melirik yang lain. Apa yang dipikirkannya?' ucap Yifan dalam hatinya.

"Ah, yang aku maksud yeoja waitress ini bukan kau."

"Saya?" ucapnya tak percaya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Nde, kau," jawab Yifan membuat yeoja yang berbinar tadi merutuki waitress itu.

"Ada apa tuan memanggil saya?" ia bertanya kembali sesaat berada di dekat Yifan.

"Temani aku selama di sini,"

"Tapi tuan, saya harus bekerja. Jika tidak bos akan memecat saya."

"Kau bekerja di sini untuk melayani pengunjung bukan? Ah, maksudku bukan melayani dalam tanda kutip. Jadi, kurasa tidak masalah jika kau menemaniku di sini. Hanya duduk dan temani aku berbicara."

"Pekerjaan saya memang melayani pengunjung tuan. Tapi, kami yang bekerja sebagai waitress ini bekerja tidak lebih dari apa yang anda minta tuan."

"Arraseo, dimana bosmu? Aku yang akan meminta izin padanya," ucap Yifan segera berdiri dan berjalan sambil menarik tangan waitress itu keruang manajer restauran ini.

Lalu yeoja waitress itu hanya diam seribu bahasa menghadapi sikap Yifan yang cukup memaksa.

"Aku hanya butuh teman berbicara untuk mengalihkan pikiranku, hanya itu," pinta Yifan.

"Tuan," ucapnya akhirnya bersuara sesaat sebelum Yifan mengetuk pintu ruangan manajer yang tertutup rapat itu.

"Saya bersedia menemani Anda tuan,"

Ia menunduk saat berhadapan dengan mata tajam Yifan. Sepertinya Yifan mulai mengerti kenapa ia tiba-tiba bersedia menemaninya.

'Mungkin saja saat ini bos mereka dalam keadaan yang tidak baik, sehingga bisa saja nantinya memecat waitress ini. Lebih baik aku urungkan saja. Aku jadi tidak tega pada namja yang cukup manis ini, jika hal yang aku pikirkan benar-benar terjadi nantinya,' dugaan Yifan dalam hati.

Akhirnya mereka kembali berjalan menuju meja yang beberapa saat ditinggalkan. Cukup lama hingga akhirnya pecah keheningan. Yifan merasa cukup lebih tenang dengan suasana hatinya sekarang, setelah menyaksikan sendiri pemandangan yang sangat menyakitkan hatinya.


-FANTAO-


Tao Side

Musim semi kali ini berbeda. Tao memulai hari dengan senyuman yang merekah. Sepertinya Tao terlalu bahagia saat ini.

"Hey! Ayolah... Ini hari Selasa. Hari yang sangat aku senangi. Hari dimana aku lahir. Hari yang membawaku pindah dari Qingdao ke Seoul," gumamnya menyemangati dirinya sendiri.

Hari ini adalah hari yang telah membawa Tao menginjakkan kakinya kembali di kota Seoul. Hari ini juga Tao merasa senang sebab ia tidak perlu berlama-lama berada di kampus karena hanya ada satu mata kuliah.

"Aaaaaahhh... senangnya! Apakah ini semua kebetulan? Hmm, aku merasa begitu," celetuknya penuh girang.

Tao segera berjalan menyusuri jalanan kampus menuju gedung tempatnya memperoleh ilmu. Area kampus ini sangat luas sehingga menuntutnya berjalan cepat menuju tempat yang dimaksud. Ia kuliah di SM University, salah satu kampus ternama di Korea dan terkenal sebagai kampusnya para artis-artis Korea.

Untuk memasuki perguruan tinggi tersebut Tao harus berjuang keras. Yah, ini dikarenakan orang tuanya meragukan keberadaannya seorang diri di negara ini terlebih ia adalah anak satu-satunya.

"Ayolah, aku bukan anak kecil lagi dan bukan anak manja. Justru sebaliknya aku sangat ingin menjadi seorang yang mandiri," pinta Tao pada kedua orang tuanya saat menyakinkan mereka untuk kuliah di Korea.

Tao masih tersenyum sendiri tatkala mengingat masa-masa perjuangannya untuk pindah ke Korea. Tapi inilah keinginan Tao, melanjutkan sekolah di tanah kelahirannya eomma-nya.

Langkahnya terhenti saat melihat sosok namja yang selama tiga semester ini mengganggu pikirannya. Sosok namja yang diidolakan para yeoja di kampusnya. Tao tidak tahu persis sejak kapan namja itu menjadi idola di kampus ini, yang jelas dari awal statusnya sebagai mahasiswa di sini, nama namja itu tidak pernah luput dari bahan pembicaraan. Dia adalah Wu Yifan, namja yang terlewat tampan, mempunyai tinggi badan di atas rata-rata, cerdas, dan mempunyai sifat yang terlampau dingin. Sejauh ini, hanya itu yang Tao ketahui tentang namja tampan itu.

Tao kembali melangkahkan kaki menuju ruangan yang searah dengan namja tersebut. Namun, langkahnya terhenti saat melihat sesuatu terjatuh dari ketika namja itu bertabrakan dengan seorang yeoja. Sebuah benda tipis yang ternyata sebuah foto keluarga yang terlihat harmonis. Tao tidak tahu ini punya siapa, yang pasti ia sangat iri melihat foto itu.

"Apakah ini milik namja tampan itu, atau justru yeoja yang menabraknya? Tapi sepertinya ini memang benar milik namja itu,"gumam Tao penuh tanya.


-FANTAO-


At Class Room

"Pengumuman untuk seluruh teman-teman," suara keras dan cukup nyaring tersebut mempu menghentikan sejenah seluruh aktifitas penghuni kelas yang sedari tadi sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

"Jongwoon sangsaenim tidak bisa menghadiri kelas hari ini. Beliau sedang menghadiri seminar di Jepang."

"Apakah ini kabar baik? Sepertinya begitu," gumam Tao.

Dengan segera Tao memasuki kembali buku ke dalam tasnya dan bergegas keluar kelas. Tao kembali menyusuri koridor sepanjang gedung sambil memperhatikan sekelilingnya. Benar-benar hari yang menguntungkan dan membuat Tao semakin menyukai hari Selasa.

Tao merogoh saku celananya dan mengambil handphone yang sejak tadi terabaikannya. Namun, ia merasakan sesuatu dan membuatnya tersadar, foto itu. Ia kembali berbalik menyusuri ruangan di gedung ini. Mencari seseorang yang menurutnya adalah pemilik dari foto yang berukuran kecil ini, Wu Yifan.

'Apakah namja tampan itu sudah pergi?' pikirnya sejenak karena tidak menemukan keberadaan namja yang dicarinya.

"Maaf agasshi. Apakah kau melihat Yifan sunbae di sekitar sini?" tanya Tao pada seseorang yeoja cantik. Tentu saja pertanyaanya tidak langsung dijawab, melainkan sebuah lirikan meremehkan Tao penuh sinis.

"Mungkin dia ada diruang lukis. Ah ya, lebih baik kau jangan menemuinya saat ini. Jika dia berada di ruangan itu, berarti dia tidak ingin di ganggu dan butuh waktu untuk menyendiri. Terlebih lagi melihatmu yang seperti ini," komentar yeoja itu mampu membuat Tao diam seketika. Terlebih lagi ucapan terakhirnya.

"Ne, kamsahamnida agasshi."

Tao langsung melangkah menuju ruangan yang tidak asing lagi oleh mahasiswa seni. Perlahan namun pasti setiap langkah itu membawa Tao tepat berada di depan sebuah pintu yang tertutup rapat. Hanya detak jantungnya yang tidak karuan dapat mewakili situasi saat itu. Ya, Tao merasakan rasa takut dengan dirinya sendiri saat ini. Mengingat apa yang telah dikatakan yeoja cantik tadi tentang dirinya.

"Apakah aku harus masuk? Bisa saja foto ini bukan miliknya," ucap Tao lirih sambil terus menatap benda tipis dan kecil itu.

"Aku harus memastikannya. Jika ini bukan miliknya, ia pasti akan mengembalikannya padaku. Atau setidaknnya ia akan membiarkan foto ini," ucapnya kembali dengan pasti.

Tok..Tok..Tok..

Tao membuka pintu tersebut secara perlahan. Benar, sosok namja tampan itu terlihat jelas di hadapannya tanpa menoleh sedikitpun.

"Apakah dia tidak mendengarnya? Atau memang benar yang dikatakan yeoja tadi? Mungkin karena penampilanku yang terlalu kuno membuatnya jijik untuk memandangku walau hanya sekejap," tebak Tao penuh ragu.

"Sunbae-nim, sepertinya anda menjatuhkan sesuatu," ucap Tao singkat.

"Apa maksudmu agasshi?"

"Maaf karena aku mengganggu kegiatanmu, sunbae-nim. Sepertinya kau menjatuhkan ini di koridor tadi," ucap Tao sambil menunjukkan foto itu padanya dari jarak cukup jauh.

"Aku yakin ini punyamu, makanya dari tadi aku mencarimu. Dan ternyata benar kata orang-orang kau ada diruangan ini. Sekali lagi, maaf aku mengganggumu. Aku latakkan di meja ini saja, aku permisi. Silahkan lanjutkan kembali kegiatan Anda, sunbae-nim,"

Tao kembali berucap pasti tanpa jeda dan meletakkan benda itu di atas meja. Sesaat kemudian Tao keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan tak karuan. Tetapi Tao tidak sepenuhnnya pergi. Ia masih berdiri di balik pintu, sengaja tidak ia tutup rapat. Ini sengaja ia lakukan untuk meamstikan apakah foto itu miliknya atau bukan.

Dapat Tao lihat sosok namja tampan itu termenung di tempatnya. Entah apa yang dipikirkannya.

"Ah, mungkin saja dia syok melihatku yang super aneh ini," tebak Tao sekenanya.

Tao tidak peduli dan terus memperhatikan dari balik pintu. Namja itu beranjak dan memperhatikan foto itu. Namun, perlahan tetesan air mata sukses mengalir di pipi putihnya. Tao hanya bisa terperangah memperhatikan pemandangan yang bahkan ia yakin tak seorang pun yang tahu karena tempat ini sangat sunyi.

'Ini bukan dirimu yang aku ketahu sunbae. Kau orang yang kuat. Aku percaya itu,' batin Tao.


-FANTAO-


Waktu terus berlalu, tidak tersa hari sudah mulai sore. Secara perlahan sang surya mulai turun kembali ke peraduannya. Tao hanya menghabiskan waktunya duduk di sebuah bangku yang tidak jauh dari ruangan yang saat ini terdapat namja tampan itu. Sepertinya ia terlalu penasaran dengan kepribadiannya.

Sepintas wajahnya terlihat sangat dingin namun tenang. Tapi, siapa yang bisa menebaknya jika ternyata semua hanyalah topeng yang ia gunakan selama ini, mungkin. Apakah dia seorang artis? Kenapa dia bisa menyembunyikan semua raut wajahnya dan ekpresi sedih itu? Lalu membiarkan orang-orang berfikir dia baik-baik saja? Apa dia tidak memiliki teman yang benar-benar mampu menampung keluh kesahnya?

"Huft... aku bahkan rela menungguinya hingga jam segini tanpa ada alasan jelas. Hanya untuk memastikan apakah ia baik-baik saja?" gumam Tao lirih bahkan nyaris terdengar seperti sebuah bisikan.


-FANTAO-


Tak beberapa lama Tao tersentak oleh hentakan pintu yang secara tiba-tiba terbuka. Mahasiswa-mahasiswa yang keluar dari ruangan itu terlihat senang, terpancar dari wajah mereka yang sumringah.

Matanya akhirnya menangkap sesosok yang sejak tadi memenuhi pikirannya. Sosok namja tampan dan bertubuh tinggi berjalan tergesa-gesa bahkan seperti berlari kecil. Tao putuskan untuk mengikutinya. Sungguh, ia kesulitan mengikutinya karena langkahnya yang cukup besar. Saat mencapai lobby, Tao bisa melihat Yifan terburu-buru memasuki mobilnya dan berlalu cepat. Sementara Tao? Ia tetap memperhatikan mobil itu hingga benar-benar hilang dari pandangan.

"Aku iba padamu, sunbae. Sepertinya kau ada masalah dengan keluargamu. Aku berharap suatu saat nanti kau menemukan seseorang yang benar-benar mampu jadi sandaranmu, sehingga kau tak perlu lagi memendam semua masalahmu sendirian," ujarku lemah, berusaha agar tidak terdengar orang lain yang berada di sekitarnya.

:::TBC:::