DISCLAIMER

I only own the story.

Bila ada kesamaan cerita, itu hanyalah kebetulan belaka.

WARNING : TYPO(s), no edit.

©mochikun

Don't like, Don't read

Happy reading~^^

.

.

All in Normal POV

Seorang namja manis tengah berdiri di hadapan sebuah rumah super besar nan mewah dengan tatapan penuh kagum. 'Jadi disini ya...' batinnya. Ia menelan salivanya kasar. Tiba-tiba saja ia menjadi gugup. Dengan ragu ia memencet bel yang berada di samping pagar rumah itu.

Tak lama kemudian, terdengar suara seseorang dari bel tersebut. "Siapa?"

"A-aku... Jeon Jungkook..." jawab namja itu—Jungkook dengan gugup.

Kembali terdengar suara dari bel itu. "Ah... kau pelayan yang baru ya? Silahkan masuk.." Pagar rumah itu pun terbuka dan Jungkook melangkah memasuk pekarangan rumah itu. Ia memandang ke sekeliling pekarangan rumah yang begitu luas dan indah itu. 'Be-besar sekali...' batinnya.

Sesampainya di teras depan rumah itu, ia disambut oleh seorang yeoja cantik yang sepertinya adalah sang pemilik rumah. Jungkook tersenyum dan membungkuk hormat. Yeoja itu membalas dengan senyum ramah.

"Selamat siang, Nona Kim" kata Jungkook.

"Siang... tidak usah terlalu formal begitu... masuklah ke dalam, kau akan diantar oleh salah satu maid ke kamarmu" kata yeoja itu ramah.

"Baik, nona. Terima kasih" kata Jungkook. Lalu yeoja itu masuk ke dalam diikuti Jungkook di belakangnya. Jungkook kembali terkagum-kagum melihat bagian dalam rumah itu yang begitu besar dan mewah. 'Beruntung sekali aku diterima untuk bekerja disini...' batinnya.

Jungkook lalu diantar oleh seorang maid menuju kamarnya. Maid tersebut sangatlah ramah padanya. Sesampainya di depan kamarnya, Jungkook mengucapkan terima kasih pada maid itu dan masuk ke kamarnya.

Kamarnya cukup luas dan terlalu bagus—menurut Jungkook—untuk ukuran kamar seorang pelayan. Kamar itu jugalah sangat bersih dan rapi. Interior kamar itu pun begitu elegan, dan didominasi oleh warna putih dan sedikit warna hitam. 'Kamar pelayan saja sudah seperti ini, bagaimana dengan kamar pemilik rumah? Pasti jauh lebih bagus dari ini...' pikir Jungkook.

Ia lalu meletakkan tasnya yang berukuran cukup besar di atas ranjang di kamar itu. Ia membuka tasnya, mengambil pakaiannya dan meletakkannya dengan rapi di lemari berwarna putih yang terletak di pojok kamar itu. Barang-barangnya yang lain dan sebagian pakaiannya telah dipindahkan kemari beberapa hari yang lalu, jadi hari ini ia hanya perlu membawa sisa pakaiannya dan beberapa barang pribadi.

Setelah selesai meletakkan pakaiannya dengan rapi di lemari, ia mengambil beberapa barang pribadinya seperti ponsel dan boneka pororo—oke, ini memang memalukan, tapi meskipun Jungkook sudah berusia 17 tahun, ia masih menyukai pororo—dan meletakkannya di meja di samping tempat tidurnya.

Ia lalu meletakkan tasnya yang sudah kosong di depan lemari. Lalu ia duduk di atas ranjangnya yang empuk sambil menggoyang-goyangkan kedua kakinya, kebiasaannya ketika ia merasa bosan.

Mungkin kalian bingung, mengapa Jungkook sudah bekerja menjadi seorang pelayan padahal usianya masih 17 tahun. Apakah ia tidak sekolah? Bukan, bukan seperti itu. Jungkook adalah anak yang kelewat pintar, sehingga ia bahkan sudah mendapat gelar sarjana saat usianya 16 tahun.

Alasan ia bekerja menjadi seorang pelayan adalah karena ia suka beres-beres. Alasan yang gila, memang. Ia bisa saja menjadi profesor kalau ia mau, dan ia memang mampu melakukannya. Sayangnya ia tidak mau. Ia lebih suka dengan pekerjaan yang tidak menguras otak, tapi tidak menguras tenaga juga. Dan baginya, beres-beres itu sama sekali tidak menguras tenaga. Maka dari itu ia mau bekerja menjadi seorang pelayan.

Jungkook membaringkan tubuhnya di atas ranjang nan empuk itu. Ia lalu berguling-guling tidak jelas. 'Sekarang apa yang harus kulakukan? Aku ingin beres-beres, tapi apa yang bisa kubereskan kalau semuanya sudah rapi begini?' batin Jungkook sambil terus berguling-guling. Ia lalu berhenti berguling-guling dan duduk bersila. Ia mengambil boneka pororonya dan memeluk boneka itu.

"Pororo, apa yang harus kulakukan sekarang?" tanya Jungkook pada bonekanya dengan wajah yang sangat polos yang terlihat sangat imut. Jungkook mengerucutkan bibirnya ketika boneka pororonya tidak menjawab pertanyaannya, karena tentu saja boneka tidak dapat bicara.

TOK... TOK... TOK...

Seseorang mengetuk pintu kamar Jungkook. Jungkook lantas bangkit berdiri sambil meletakkan kembali boneka pororonya dimeja, lalu berjalan dan membuka pintunya. Ia melihat maid yang tadi mengantarnya ke kamar sedang tersenyum ramah padanya. Ia balas tersenyum. "Anda ditunggu oleh nona muda di ruang keluarga..." kata maid itu ramah.

Jungkook mengangguk kecil. "Terima kasih. Dan tidak usah sopan-sopan begitu, aku kan juga pelayan" kata Jungkook sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Maid itu hanya tersenyum. Jungkook lalu melangkah keluar kamarnya dan menutup pintunya.

Maid itu berjalan di depan menuju ruang keluarga, diikuti Jungkook di belakangnya. Sesampainya di ruang keluarga, maid itu menunduk hormat pada sang nona muda, yaitu nona Kim, lalu berjalan pergi. Jungkook juga menunduk hormat lalu ia kembali menegakkan tubuhnya. "Ada apa anda memanggil saya, nona?" tanya Jungkook sopan.

Nona Kim tertawa kecil. "Tidak... aku hanya ingin memberi tahu bahwa mulai hari ini aku akan pergi ke luar negeri karena urusan pekerjaan. Aku ingin memintamu untuk menjaga adikku yang menyebalkan, hehe..." kata Nona Kim.

'Adik sendiri kok dibilang menyebalkan dihadapan orang lain?' batin Jungkook. 'Lagipula, kenapa harus aku? Bukankah ada banyak pelayan lain di rumah ini yang bisa ia mintai tolong untuk menjaga adiknya?' batinnya lagi. Meskipun merasa kebingungan, Jungkook tetap menganggukkan kepalanya dan berkata "Baik, nona".

Nona Kim tersenyum. "Terima kasih..." katanya. Lalu ia menolehkan kepalanya ke belakang dan menatap seorang namja yang sedang berjalan menuruni tangga sembari menguap lebar. Jungkook mengikuti arah pandang nona Kim dan menatap namja itu.

Nona Kim kembali menolehkan kepalanya dan tersenyum pada Jungkook. "Itu adikku, namanya Kim Taehyung, tolong jaga dia ya? Dia itu anak yang nakal dan menyebalkan, jadi kau harus memperhatikannya dengan ekstra" kata nona Kim. Jungkook mengangguk.

Namja yang bernama Kim Taehyung itu telah berdiri di samping nona Kim sambil mengucek matanya. "Ada apa sih, pakai membangunkanku segala? Mengganggu saja..." kata Taehyung dengan ketus pada noona-nya. Nona Kim langsung menjitak pelan kepala adiknya.

"Lihat? Dia menyebalkan bukan? Kau harus menjaganya ya? Kuserahkan padamu" kata nona Kim pada Jungkook. Lagi-lagi, Jungkook hanya mengangguk. Taehyung lalu menatap Jungkook dengan bingung, namun tak lama kemudian ia menyeringai. Jungkook sampai bergidik ngeri melihatnya.

"Heh... Siapa namja manis ini? Diakah yang akan menjagaku? Senang sekali bisa dijaga oleh namja semanis ini..." kata Taehyung sambil menyeringai. Lagi-lagi nona Kim menjitak kepala adiknya.

"Kau jangan berani macam-macam pada Jungkook! Awas saja kau!" kata nona Kim dengan tegas.

"Heh? Jadi namanya Jungkook? Namanya saja sudah manis, apalagi wajahnya..." kata Taehyung, masih sambil menyeringai. Jungkook menundukkan kepalanya. Jujur saja ia malu karena baru pertama kali ia dipuji seperti itu.

Nona Kim menghela nafas kasar. Kesabarannya benar-benar diuji jika ia sudah berhadapan dengan adiknya yang satu itu. "Haah... Yasudahlah, aku harus berangkat sekarang agar aku tidak ketinggalan pesawat..." kata nona Kim. Ia lalu mengecup dahi Taehyung singkat, lalu berjalan pergi.

Dari kejauhan ia berteriak. "Jungkook, sekali lagi tolong jaga dia ya! Dan Taehyung! Awas kau kalau berani macam-macam pada Jungkook!"

Taehyung menggerutu. "Iya, iya! Cerewet!" teriaknya sambil mengusap-usap dahinya yang telah dicium oleh noona-nya tadi. "Yucks! Ini menjijikkan!" gerutunya.

Jungkook hanya diam sambil menatap Taehyung sebentar, lalu ia kembali menundukkan kepalanya. 'Ugh... Kenapa harus ada orang menyebalkan seperti ini sih? Oke, kuakui di tampan, tapi dia itu suka menggoda! Menyebalkan!' batin Jungkook.

Taehyung menoleh dan menatap Jungkook. Ia lalu berjalan menghampiri Jungkook dan menyentuh dagunya. Ia menaikkan dagu Jungkook sedikit agar ia dapat melihat wajahnya. "Dilihat dari dekat... kau ini benar-benar manis ya..." kata Taehyung. Jungkook langsung merona mendengarnya. Taehyung terkekeh melihat wajah Jungkook yang sedikit memerah. "Kau semakin manis kalau sedang merona... Jadi, siapa nama panjangmu, manis?" tanya Taehyung dengan nada menggoda.

"A-aku... J-Jeon Jungkook..." jawab Jungkook gelagapan.

"Heh... kenapa kau gelagapan begitu, hmm?" tanya Taehyung sambil mendekatkan wajahnya dengan wajah Jungkook. Jungkook semakin merona. Jungkook mendorong dada Taehyung pelan.

"A-anu tuan... s-saya harus bekerja..." kata Jungkook gelagapan, mengubah topik pembicaran, sambil mengalihkan pandangannya dari Taehyung. Taehyung menyeringai.

"Ah... ya... bekerja ya... pekerjaanmu mudah saja..." kata Taehyung sambil kembali mendekati Jungkook. "Kau hanya perlu membuka bajumu dan biarkan aku melihat tubuhmu" lanjutnya sambil menyeringai. Jungkook membelalakkan matanya dan spontan ia langsung mendorong Taehyung menjauh dengan keras. Wajahnya benar-benar merah padam sekarang. Ia lalu berlari pergi.

Taehyung hanya diam melihat Jungkook berlari pergi. "Apa aku terlalu berlebihan menggodanya?" tanyanya lebih pada diri sendiri. "Ah sudahlah, salah sendiri dia memiliki wajah yang manis.." gumamnya, lalu ia berjalan pergi.

Sementara itu, Jungkook masih berlari dengan tergesa-gesa menuju kamarnya. Sesampainya di depan kamarnya, ia langsung membuka pintunya, masuk ke dalam dan menutup pintunya dengan kasar. Ia menyenderkan tubuhnya ke pintu kamarnya. Nafasnya tersengal-sengal. Ia memerosotkan tubuhnya perlahan hingga jatuh terduduk.

Jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Kata-kata Taehyung kembali terngiang di kepalanya.

Pekerjaanmu mudah... Kau hanya perlu membuka bajumu dan biarkan aku melihat tubuhmu

Wajahnya sontak kembali memanas. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, berharap ia dapat melupakan apa yang dikatakan Taehyung.

'Hari pertama saja sudah begini... Bagaimana hari-hariku selanjutnya dalam mengurus namja itu?!'

.-.-.-.

Sudah dua jam lebih Jungkook berdiam diri di kamarnya. Jujur saja, ia merasa bosan juga, tapi ia takut untuk keluar kamar. Ia takut akan bertemu lagi dengan Taehyung.

Ia mengambil boneka pororonya, lalu ia duduk di pinggir ranjang sambil memeluk bonekanya itu. "Pororo... apa yang harus kulakukan?" tanyanya pada bonekanya itu. "Aku bosan..." kata Jungkook. Ia lalu mengambil remote TV dari meja di samping tempat tidurnya dan menyalakan televisi yang terletak di depan tempat tidurnya, menempel pada dinding. Saat TV itu dinyalakan, tepat sekali acara yang sedang ditayangkan adalah film kartun favorit Jungkook, Pororo.

"PORORO!" pekiknya girang layaknya anak kecil. Ia lantas duduk senyaman mungkin di atas ranjangnya dan mulai menonton, dengan boneka Pororonya yang ia peluk.

Taehyung yang kebetulan sedang berjalan di lorong dimana kamar Jungkook berada, tentu saja mendengar pekikan girang Jungkook yang tidak bisa dibilang pelan itu. Taehyung terkekeh geli mendengarnya. "Siapa sih yang suka nonton Pororo sampai berteriak seperti itu?" tanya Taehyung pada dirinya sendiri.

Taehyung pun mencari darimana suara itu berasal dan ia berhenti tepat di depan kamar Jungkook. Ia berkata dari luar "Oi, siapapun yang berada di dalam, aku masuk ya..." kata Taehyung. Tidak ada jawaban dari dalam. Yang terdengar hanya suara TV yang memperdengarkan soundtrack opening Pororo dan suara seseorang yang ikut menyanyikan lagu tersebut. Taehyung mengedikkan bahu dan ia asal membuka pintu itu, lalu masuk ke dalam.

Jungkook yang sedang asik-asiknya menonton lantas menolehkan kepalanya ketika ia mendengar suara pintu kamarnya dibuka untuk melihat siapa yang dengan tidak sopannya membuka pintu kamarnya. Ia lantas membelalakkan matanya ketika melihat siapa yang masuk. Kim. Tae. Hyung. Orang yang paling tidak ingin ditemuinya saat ini.

Taehyung pun tidak kalah terkejutnya dengan Jungkook, namun ia dapat menyembunyikan keterkejutannya dengan baik dengan menggunakan seringaian andalannya. "Oh, jadi ini kamarmu, manis? Senang sekali bisa melihat wajah manismu lagi" kata Taehyung sambil berjalan menuju ranjang Jungkook dan duduk di pinggirnya. Jungkook menggeser duduknya menjauh sembari mempererat pelukannya pada boneka pororonya. Moodnya rusak seketika.

'Kenapa aku harus bertemu orang ini disaat moodku sedang bagus? Argh... dia benar-benar moodbreaker!' batin Jungkook. Ia mengerucutkan bibirnya sembari memasang wajah kesal. Taehyung terkekeh geli melihatnya.

Taehyung lantas mencubit pipi Jungkook karena gemas melihat wajah imutnya. "Kau ini benar-benar lucu ya.." kata Taehyung sambil tersenyum. Jungkook sedikit terpesona melihat senyum Taehyung. Ia merasakan wajahnya menghangat, lalu ia menundukkan kepalanya.

Sifat jahil Taehyung kembali muncul ketika melihat Jungkook menundukkan kepalanya malu. Ia menggeser duduknya mendekati Jungkook, mendekatkan bibirnya ke telinga Jungkook, dan berbisik. "Kau terlalu manis... jadi ingin memakanmu..."

Wajah Jungkook langsung memerah mendengar kalimat yang dilontarkan Taehyung. "Y-ya! Jangan menggangguku! Aku mau menonton Pororo, nanti keburu habis..." kata Jungkook sambil membuang muka.

"Hee... jadi begini sikapmu pada tuan rumah?" tanya Taehyung, yang membuat Jungkook bergidik. Dalam hati Jungkook merutuki kebodohannya sendiri. 'Ah iya... bagaimana aku bisa lupa?! Walaupun dia menyebalkan dan suka menggoda, dia tetaplah tuan rumah yang harus kuhormati! Argh! Kau bodoh, Jungkook!' batinnya.

Jungkook baru hendak meminta maaf, tapi Taehyung sudah keburu bicara. "Sudahlah, lagipula aku tidak begitu memikirkannya, dan aku juga tidak marah, mungkin bercandaku memang sedikit keterlaluan, jadi kau tidak usah terlalu memikirkannya, ya?" kata Taehyung sambil tersenyum tipis. Jungkook mengangguk kecil. 'Ternyata dia punya sisi baik juga...' pikir Jungkook.

"Ngomong-ngomong, kau suka nonton Pororo? Ya ampun, itu kan tontonan untuk anak kecil! Umurmu berapa sih? Kok kau masih suka nonton kartun seperti ini... hahaha" kata Taehyung, mengalihkan pembicaraan, sambil tertawa. Jungkook langsung cemberut mendengarnya.

"Ya! Memang apa salahnya menonton Pororo? Pororo kan lucu! Ya! Berhenti tertawa!" kata Jungkook sambil mengerucutkan bibirnya. Taehyung masih juga tertawa. "Geez... menyebalkan..." lanjut Jungkook.

"Ya! Kau tidak boleh berkata seperti itu pada tuan rumah!" kata Taehyung, berpura-pura marah, tapi Jungkook mengira Taehyung marah sungguhan.

"A-ah mian... aku..—" "Hahahaha! Ya ampun, Jungkook! Aku hanya bercanda! Kenapa kau anggap serius begitu, sih? Hahaha!" potong Taehyung sambil tertawa. Jungkook semakin cemberut.

"Oh iya, kau belum menjawab berapa umurmu..." kata Taehyung.

"Eh... aku... eh, jangan kaget ya..." kata Jungkook gugup sambil meremas-remas ujung kaus yang dikenakannya. Taehyung terlihat kebingungan, namun ia mengangguk. "Aku... umurku... 17" lanjutnya.

Hening seketika.

Jungkook semakin gugup. Ia menundukkan kepalanya.

Taehyung merasa ia perlu ke dokter THT. Apa ia tidak salah dengar? 17 tahun?

"Benarkah? Muda sekali! Kau bahkan lebih muda dariku! Ya ampun, pantas saja kau terlihat sangat imut!" kata Taehyung. Jungkook menolehkan kepalanya dan menatap Taehyung takut-takut.

"Ng... kau tidak bertanya kenapa aku sudah bekerja di umur 17, tuan?" tanya Jungkook dengan ragu. Taehyung menatap Jungkook sebentar.

"Yah, tidak. Lagipula, apa salahnya bekerja di usia 17? Dan juga, tidak usah memanggilku tuan, panggil saja aku Taehyung" jawab Taehyung.

"Ng... b-baiklah, T-Taehyung..." kata Jungkook terbata, merasa aneh memanggil tuan rumah dengan namanya. Taehyung terkekeh.

"Tambahkan oppa di belakangnya" kata Taehyung.

"Ya! Aku ini namja tau!" kata Jungkook kesal.

"Kau terlalu manis untuk disebut namja" kata Taehyung. Jungkook kembali merona. Ia menundukkan kepalanya.

Taehyung menyentuh dagu Jungkook dan mengangkatnya untuk melihat wajah Jungkook. "Lihat, tingkahmu saja lebih mirip yeoja dibandingkan namja... Hmm... sepertinya aku menyukaimu, Jungkookie..." kata Taehyung sambil menyeringai. Jungkook langsung mendorong Taehyung menjauh. Wajahnya kembali memanas.

"B-BERISIK!" kata Jungkook spontan karena ia bingung harus berkata apa. Jungkook menundukkan kepalanya. Jantungnya berdebar-debar. 'Menyebalkan! Bisa-bisanya dia mengatakan bahwa dia menyukaiku, padahal kami baru saling mengenal! Dan seenaknya saja dia memanggilku Jungkookie! Astaga... dan kenapa jantungku berdebar-debar?!' batin Jungkook.

Taehyung kembali mendekati Jungkook. "Inilah salah satu hal yang kusuka darimu, kau itu mudah panik, dan wajahmu saat panik itu sangat imut, kau tahu?" kata Taehyung dengan nada menggoda.

"Y-ya! Diamlah!" kata Jungkook. "Eh, tunggu... sepertinya ada yang terlupakan..." Jungkook terlihat berpikir sebentar, lalu ia menoleh ke televisi. Ia menatap televisi dengan tatapan shock. "PORORONYA SUDAH HABIS!" teriak Jungkook shock. Ia menoleh ke Taehyung dan menatapnya dengan wajah shocknya.

"Yah! Ini semua gara-gara kau! Pororonya sudah habis! Bagaimana ini?!" kata Jungkook panik. Taehyung lantas tertawa terbahak-bahak.

"HAHAHAHAHAHA! Ya ampun, Jungkook! Kau kan bisa nonton Pororo besok! HAHAHAHAHAHA! Wajah shockmu itu... Hahahahaha!" kata Taehyung sambil tertawa.

"B-berisik!" kata Jungkook sambil menahan malu. 'Benar juga ya... kenapa aku harus panik? Argh!' batinnya.

Tawa Taehyung semakin keras. "YA! Berhenti menertawakanku!"

.

.

.

TBC / END?

*Liat keatas*

Ok, this is another absurd fanfic by me-_-

Gak tau kenapa akhir-akhir ini suka Vkook. Couple ini bener-bener cute x3 (?)

Ini ff BTS pertama saya, jadi mohon maaf kalo banyak kekurangan..

Ini juga ff multichapter pertama saya hehe..

FF ini baru akan dilanjut kalo reviewnya lebih dari 10 *agak gak mungkin-_-

Reviewmu kebahagiaanku :D

Review?

Post your review in the box below.

Keep it cool.

Critical is fine, but don't be rude, OK?

(copas from asianfanfics-_-)