Disclaimer : Detektif Conan bukan punya saya, tapi punya Gosho Aoyama
Biarlah juga bukan punya saya, tapi punya Killing Me Inside
Walau begitu, fic ini punyaku lho... *bangga*plak!*
Rated : T
Genre : Tragedy
I'm back! Adakah yang kangen dengan saya? *ditusuk* Sepertinya gak ada ya... *pundung*
Fic ini aku buat dengan kata - kata yang sangat terbatas. Aku buat fic ini saja karena kebetulan aku lagi nunggu buka puasa. Sekalian ngetik - ngetik gaje gitu *plak!*
Oh iya, semenjak aku SMA rada - radanya aku sudah jarang baca fic di fandom ini lagi deh. Moga aja fandom ini semakin bagus ya *Amin*
Emm, oke! Kita langsung baca fic aku aja ya ^-^
semua yang berlalu
tlah menjadi kenangan
dan seakan kulupakan
karena ku tak sejalan….
3 bulan telah berlalu semenjak aku tak berhasil menemukan penawar obat yang kuciptakan sendiri. Dan 3 bulan pula kulihat Shinichi selalu tampak murung di kamarnya karena Ran kini telah pergi dari dunia ini semenjak kami berhasil membunuh semua anggota organisasi hitam itu.
Bahkan aku sering juga mendengar dia menangis di dalam kamarnya. Dan karena rasa kasihanku padanya sudah ku bilang berkali – kali bahwa kematian Ran tak perlu ditangisi. Hanya saja, dia pernah mau menurut dan tetap saja menangis membuatku muak.
dan tak mungkin ku bertahan
meski telah ku coba
semuanya tak berguna
terbuang sia – sia….
Bahkan saat kami ke makam Ran, Shinichi tak mau beranjak dari kuburan itu dan bersikeras ingin tetap berada di sana. Profesor pun sudah menegaskan pada Shinichi bahwa Ran tak akan kembali lagi ke dunia, gadis yang dicintainya itu sudah meninggal lebih dari 3 bulan yang lalu. Namun ia seakan tak mendengar sedikitpun ceramah dari professor dan malah menangis memeluk batu nisan di sana.
Seandainya aku bisa ingin sekali aku memukul kepalanya itu dan berteriak sekeras – kerasnya bahwa 'Ran Mouri sudah meninggal'. Namun aku yakin, hal itu justru membuatnya semakin murung dan tak semangat hidup lagi.
Ibu Shinichi pernah datang ke rumah dan melihat keadaan Shinichi. Aku tak tau apa saja yang telah mereka bicarakan namun sejam setelah ibu dan anak itu bicara, Shinichi mulai kelihatan lebih baik. Namun saat si Detektif Mouri itu datang entah mau apa dia di rumah professor ini, Shinichi kembali merengut dan bersedih.
dirimu dihatiku
sudah terlalu lama
dan biarlah ku mencoba
untuk tinggalkan semua….
Setahun kemudian, aku menemukan obat penawar untuk semua masalah yang terjadi pada diriku sendiri dan Shinichi. Namun saat aku memberitahu obat itu padanya, ia malah memarahiku dan berteriak dengan kasar sambil melemparkan obatku, "AKU TAK BUTUH OBAT ITU LAGI!"
Tentu saja aku kesal melihatnya. Aku kemudian berlari mengambil obatku lalu aku meninggalkannya sendirian. Aku tak peduli dengan apa pun yang akan terjadi pada Shinichi. Aku meminum obatku sendiri sampai setelah itu aku merasa tubuhku telah kembali normal ke ukuran semula.
Esok paginya aku meminta izin kepada professor untuk pergi dari rumahnya dan mencari kehidupanku sendiri. Tak ku sangka, ternyata aku sangat beruntung di dunia luar yang dahulu aku kira sangat berbahaya. Semua orang yang sama – sama ilmuwan sepertiku langsung menawarkan pekerjaan di sebuah tempat di daerah pegunungan untukku. Tentu saja aku menerimanya. Dan sekarang aku telah berhasil menjadi orang sukses.
Namun di saat – saat keberuntunganku, ku dengar sebuah kabar buruk dari professor. Shinichi telah meninggal.
