Hari minggu, hari yang seharusnya bisa dipakai bersantai setelah 6 hari yang sibuk untuk keluarga malfoy. Lucius biasanya memanfaatkan momen ini untuk berjalan-jalan bersama keluarganya, mungkin minum butterbeer atau melihat-lihat sapu terbang baru. Draco sangat menyukai quidditch, bisa dibilang tergila-gila. Tapi,Hari Minggu ini berbeda untuk keluarga Malfoy, mereka akan kedatangan anggota keluarga baru. "Dad, kita mau kemana hari ini?" tanya draco, menarik-narik jubah hitam mengkilap Lucius.
"Kita akan menjemput saudaramu draco, Daddy yakin kamu masih ingat dia"
"Saudaraku? Aria? Dad, beneran kita mau menjemput Aria?"
"Ya sayang, dan dia akan tinggal bersama kita... sampai pamanmu dibebaskan"
Draco tahu apa yang terjadi kepada saudara perempuannya itu, Ayahnya Orpheus Black—atau bisa dibilang pamannya Draco— mendekam di Azkaban karena tertangkap Kementrian, identitasnya sebagai death eaters terbongkar. Ibunya, Larisa Black (dulunya greengrass) meninggal didepan matanya, oleh yang tidak lain adalah bibinya sendiri Bellatrix Lestrange,karena mengkhianati dark lord. Draco menyukai Aria, ya, dia satu-satunya saudara yang ia punya, walaupun berbeda nenek & kakek. Mungkin karena Draco adalah anak tunggal, ia berharap untuk memiliki kakak atau adik, tapi permintaannya tidak pernah di kabulkan. "Draco honey, ayo kita pergi sayang" kata Narcissa, sambil mengelus kepala Draco. Narcissa memakai blazer dan rok pensil hitam mengkilap dan topi bundar besar berpita. "dan hari ini kita akan pergi memakai floo powder sayang" lanjut narcissa. "Wow! Cool!" sahut Draco, untuknya floo powder adalah favoritnya. "Mum, tunggu sebentar ada yang ingin kubawa"sahut Draco antusias. "Ya sayang, ambil saja dahulu, mum tunggu disini" jawab Narcissa. Draco bergegas ke kamarnya untuk mengambil teddy bear Aria yang dulu tertinggal, ia ingin mengejutkan Aria. Draco kecil sudah tidak sabar untuk bertemu saudaranya yang satu itu dan mereka bergegas untuk menjemput Aria.
Disaat yang sama Aria termenung melihat hujan yang turun ditemani burung-burung kertas buatannya. Ia masih tidak percaya apa yang ia lalui, setelah ibunya meninggal, sekarang ia ditinggal ayahnya, ia tahu itu bukan keinginan ayahnya tapi, Aria selalu berkata kepada ayahnya untuk hidup normal dan berhenti menjadi death eaters. Ayahnya hanya memberi senyuman miris dan memeluknya. Hidup Aria begitu sempurna dahulu bagaikan seorang putri, ibunya selalu memberikan baju-baju dan dress lucu dan berenda. Kamarnya pun berwarna pink dengan kasur king size bertirai panjang, ia memiliki meja untuk berdandan dengan banyak foto dan juga boneka-boneka teddy bear dari ukuran besar sampai kecil. Sekarang semuanya tidak akan sama. Tidak akan ada orang yang membacakan dia cerita saat ia akan tidur, tidak ada english tea dan pie di pagi hari setiap dia bangun, tidak ada senyuman yang biasanya dia lihat. Aria tidak tahu harus menyalahkan siapa, pikirannya terlalu penuh dengan memori keluarganya. Tetapi ia tetap berusaha untuk tidak menangis, dia sudah berjanji pada ibunya untuk tidak ia merasa bagaikan ada 1000 pedang menghujam dadanya atau mungkin lebih parah dari Crusiatus curse. Aria berpaling dari jendela dan melihat sekelilingnya, kamar ini begitu suram. Cat dindingnya berwarna hijau pudar hampir putih. Ruangannya pun sempit, hanya ada satu kasur kecil, sebuah lemari dan meja belajar—yang juga kecil. Lalu ia berpaling melihat burung-burung kertas yang ia buat, ibunya yang mengajarinya. 'mum...' pikirnya, ia langsung mengalihkan pikirannya ke foto berbingkai pink. Disana ada dua anak, ya, itu Draco dan dirinya. Mereka masih 5 tahun saat itu, di foto itu Draco merangkulnya dan mereka tertawa. Ia meraih bingkai itu dan melihat catatan kecil di belakangnya, "me & my sister" dengan tulisan acak-acakan. Draco yang menulisnya, dia berharap tulisannya sudah membaik. Aria pun meyukai Draco, ia bagaikan adik laki-lakinya, dulu Draco sangatlah cengeng dan dia yang selalu menenangkannya. Aria merindukan saudaranya itu, dan ia pun kembali melamun. Dia dapat mendengar suara suster penjaga di tengah-tengah hujan,ia tidak perduli, ia sudah bosan mendengar gosip tentangnya. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya, Aria tersentak dan semua burung-burung kertas buatannya langsung terjatuh."Aria? Kamu sudah bangun?" tanya suara dibalik pintu, Aria mengenali suara itu. "Ya, aku sudah bangun" jawabnya seraya turun dari kasur, "masuklah madam" lanjut Aria."Selamat pagi Aria" sapa madam redhook lembut."Pagi madam, aku harap madam tidur nyenyak tadi malam" jawab Aria sopan. Ya, ia biasa dilatih sopan oleh ibunya .
"Oh terima kasih sayang, aria dear, Kamu harus membereskan baju-baju kamu sekarang"
"Sekarang madam? apa yang terjadi? apakah aku akan di pindahkan lagi?"
"Oh tidak dear, kamu akan dijemput keluargamu"
'Keluarga...ku?"
"Keluarga Malfoy, dear, ah draco. ia saudaramu kan?"
Aria terkejut, hal itu terlihat dari rambut coklatnya yang tiba-tiba menjadi oranye dan kembali menjadi coklat. ia memang metamorphagus tapi belum bisa mengendalikannya."hahaha, kamu senang ya sayang? ya sudah sekarang kamu bereskan perlangkapanmu, mereka akan segera datang" kata madam redhook tersenyum, lalu ia pergi. Aria tersenyum, akhirnya ada yang menyelamatkannya dari kesendirian ini. Ia akan bertemu dengan little brothernya lagi. Ia tidak sabar dan segera berkemas. Aria memang tidak pernah mengeluarkan semua perlengkapannya, ia hanya memasukan baju yang baru dicuci dan foto ayah-ibunya. Ia menatap foto orang tuanya itu lalu berbisik pelan "mum...dad...aku rindu kalian" dan Aria pun menangis dalam kesendirian.
Draco hanya bisa menatap saudara perempuannya itu menangis, rambutnya yang ikal dan coklat tiba-tiba berubah menjadi biru. ia tidak benar-benar memperhatikan rambutnya, Draco kaget melihat Aria yang biasanya ceria dan tangguh sekarang menangis, ia masih ingat saat ia 5 tahun. Saat itu Draco dan Aria bermain ayunan bersamatiba-tiba Draco jatuh dan kakinya berdarahdan ia langsung menangis. "come on draco, kamu kan cowo masa nangis?" kata Aria sambil tersenyum. "aku juga pernah jatuh dan juga berdarah tapi aku tidak menangis lho, nih liat" kata Aria sambil menunjukan sikunya yang di pun mulai tersenyum. "nah, ayo kita pulang" kata Aria sambil menggandeng tangan Draco. Aria pun menganggapnya sebagai adiknya, ya dia memang cengeng dan kekanak-kanakan dulu, dan sudah berubah sekarang, menurutnya. Draco menatap teddy bear milik Aria yang ia bawa, ia berpikir mungkin dia akan tersenyum jika ia memberikan bonekanya. Saat Draco tersadar dari lamunannya, Aria sudah selesai beres-beres .Draco pun langsung membuka pintu, "hey" sapanya Aria tersentak dan terpleset "Draco? kau mengagetkanku!"kata Aria kesal.
"Hei aku hanya ingin membuat kejutan, jangan marah gitu dong"
"Sayangnya aku sudah tau pintar, madam redhook memberi tau"
"Yah, ga seru. eh kamu gapapa?"
"Menurutmu?"
"Ahaha maaf aria"
Draco membantu Aria berdiri, dan aria pun langsung memukulnya. "Hei, aku membantumu berdiri ya" sahut draco kesal
"Ya tapi kau bikin aku kaget, anggap saja impas!"
"Hei, aku ga terima ya! Apa maksudmu huh?"
"Kenapa mau berantem? Bring it on"
sahut-sahutan itu berlanjut, Lucius dan Narcissa hanya bisa tersenyum melihat anaknya, dan berharap mereka bisa akur dirumah. "Hei hei sudah anak-anak, mari kita pulang" kata lucius memecahkan suasana."Okay dad" jawab Draco jengkel. "Surat-suratmu dan barang-barangmu semua sudah kami urus Aria, sekarang ayo kita pulang" lanjut lucius ramah.
"Terima kasih paman, bibi. i appreciate it" jawab Aria sopan
"Oh Lucius lihat seberapa sopannya dia, mungkin Draco harus mulai belajar dari dia" puji narcissa sambil merangkul lucius dan menatap draco.
Draco hanya mengehela napas. Lucius dan narcissa pun berjalan keluar sambil membawa koper Aria. Draco mengikuti sampai ia sadar kalau Aria berjalan terpincang-pincang mungkin ia memang agak keterlaluan pikirnya. Tanpa memperdulikan apa kata Aria, ia langsung merangkulnya. Aria yang tadinya ingin protes hanya tersenyum saat draco bilang
"Mending kau diam atau kucium"
Lalu, Sesuatu menarik perhatian Aria, Draco memegang teddy bearnya yang sudah lama hilang.
"Draco..."
"Ya?"
"Itu teddy bearku bukan?
"Ah," Draco tersenyum kecil "Iya ini milikmu, aku sengaja membawanya untuk mengembalikannya padamu." Aria tidak dapat ,menahan senyumnya lalu tertawa kecil. Draco pun ikut tersenyum, "Aria?"
"ya, Draco?"
"Welcome Back, sis"
Author's notes:
hai :) saya termasuk "baru" disini. Mungkin Draco x OC emang termasuk jarang peminat
tapi ini dibuat karena saya kena "Post-Harry potter Syndrome" hehe soalnya pasti bakal kangen sama novel satu ini
Tolong Baca dan Review ya :)
saya akan sangat menghargai kritik dan pembetulan dalam EYD atau pun saran-saran
But, be kind okay? :(
thanks for reading :)
