Moving On by CIAXX

Naruto Shippuden, dan seluruh karakter, by Masashi K.

Tolong diperhatikan; Alternate Universe, OOC, OOC, OOC, tidak menggunakan BAHASA BAKU, menggunakan sudut pandang pengarang yang serba(sok)tahu, based on true story (a little), crack pairing, slight SasuHina, very slight SasuSaku later, Don't Like Don't Read. Gak suka sama pairnya? Saya menghargai anda yang benci/suka sama pairnya, tapi kalau anda tidak suka, simple gak usah baca.


23 Juli

Kedua bola mata hitam itu pun tidak kunjung bergerak. Kedua bola matanya bertumpu pada dua angka yang berada di depannya. Angka yang sengaja ia lingkari dengan spidol merah.

Angka dua puluh tiga.

Tidak, ia tidak lupa dengan hari ulang tahunnya. Ia tahu hari ini ia menginjak delapan belas tahun dan ia tidak berbahagia akan hal itu. Setiap melihat angka itu, hatinya merasa pilu, sedih, hancur, kesal, marah, semua bercampur aduk.

Kenapa?

Hari ini ia merayakan pertambahan umurnya, dan hari ini pula ia merayakan second anniversary bersama pacar tersayang. Coret, seharusnya merayakan second anniversary bersama mantan tersayang. Ya, Uchiha Sasuke belum move on, juga. Huft.

Sudah hampir satu tahun bungsu Uchiha ini mengakhiri hubungannya dengan putri sulung Hyuuga, Hyuuga Hinata. Setelah menjalani hubungan selama tiga belas bulan empat hari lima belas jam dan dua puluh tujuh menit, Uchiha Sasuke mengakhiri hubungannya dengan Hyuuga Hinata. YAP, baca baik-baik, Uchiha Sasuke MENGAKHIRI hubungannya sendiri dengan Hyuuga Hinata. Kenapa? Menurut Sasuke, waktu itu ia masih labil, masih anak-anak, well, sampai sekarang pun dirimu tetap begitu, Sas.

Hingga detik ini hatinya masih gundah gulana. Pikirannya tidak pernah berhenti mengenang memori-memori indah bersama wanita yang dua tahun lebih tua darinya itu. Hatinya, jujur saja, ia sampai saat ini masih menyimpan perasaan pada Hyuuga Hinata. Bahasa gaulnya sih, do'i masih belum bisa move on. Setiap hari kerjaannya merenung, mojok, galau. Wajar saja di Twitter ia dijuluki Mario Tegar karena tweet-tweetnya selalu berisi kata-kata—sok—bijak yang menggambarkan seolah-olah ia adalah orang yang tegar meskipun hati diserang oleh kegundahan dan kegalauan yang amat besar. Dasar anak jaman sekarang, labil.

Pemuda itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya kembali merebahkan dirinya di atas kasur berlapiskan sprei tim bola favoritnya. Sprei bercorak biru-merah (sebut saja barca). Ia meraih Blackberryyang tergeletak tidak jauh dari badannya.

Scroll scroll scroll.

Apa yang sedang ia cari?

Ia mencari sebuah nama di deretan kontak BBM. Sebuah nama yang sudah lama menghilang dari kontaknya. Sasuke kembali menghela nafas. Nihil. Nama Hyuuga Hinata tidak ada di dalam kontak BBM-nya setelah hampir beberapa bulan lalu ia hapus. Yang membuatnya sakit hati, Hyuuga Hinata tidak ada inisiatif untuk nge-addSasuke lagi. Sasuke kecewa banget tuh.

Jangan salahkan Hinata, Sas, karena sebenernya dirimu yang memblokir kontak Hinata.

.

.

"Teme, udah ngucapin belum?" Uzumaki Naruto tersenyum jahil.

Sasuke menanggapinya malas, "Ngucapin apa?" Ia tahu persis apa yang Naruto maksud.

"Itu lho, Happy Failed Anniversary," Naruto terkekeh geli. Dobe memang senang melihat Teme kesal. Tidak jarang jika candaan mereka selalu berujung pada pertengkaran kecil.

"Gak penting," jawab Sasuke acuh, "dan gak akan."

.

.

Malamnya, Sasuke tidak henti-hentinya merasa gelisah. Waktu menunjukkan pukul 23.58 artinya dua menit lagi akan berganti hari. Dan artinya lagi, Sasuke tidak akan sempat mengucapkan happy failed anniversary ke mantan tersayangnya itu. Sudah tiga puluh menit ia habiskan dengan menatap layar Blackberry-nya. Sebuah nomor sudah ia cantumkan. Beberapa paragraf yang berisikan kata-kata berupa ucapan, curhatan, kata-kata mutiara, quote, kenangan-kenangan dan lain-lain sudah ia ketik. Tinggal satu langkah terakhir, yaitu menekan tombol send, beres sudah semua permasalahan.

Tetapi lagi-lagi, egoisme seorang Uchiha muncul. Ia tidak akan mengucapkan Happy Failed Anniversary—singkat saja HFA—jika pihak mantan belum mengucapkan. Di lain sisi, ia ingin tahu apakah Hinata masih ingat hari jadi mereka itu? Ah, tapi ia terlalu gengsi untuk mengucapkan duluan. Tapi, tapi, tapi, ia kepingin banget ngucapin. Arghh, Sasuke cuma bisa menjambak-jambak rambutnya. Saking galaunya do'i sampai enggak sadar kalau jempolnya menekan tombol 'sent'

Setelah itu, yang Itachi—penghuni kamar sebelah Sasuke—ketahui, ia mendengar sebuah jeritan dari kamar sebelah.

.

.

Pemuda pemilik rambut raven itu tidak kunjung bersuara sejak pagi.

"Adikmu kenapa?" tanya sang Ibu, Mikoto, kepada anak sulungnya.

Itachi mengangkat kedua bahunya, "gak tahu Okaa-san, bukannya tiap pagi dia memang begitu?"

"Tapi tidak sekalut itu..." desis Mikoto prihatin. Ia bisa melihat aura-aura gelap menyelimuti anak bungsunya yang satu itu. Mikoto akhirnya bernisiatif menghampiri Sasuke yang kini sedang duduk di sofa. Kedua bola matanya menatap layar TV di depannya kosong.

"Sasuke..." ucap Mikoto pelan, ia mengambil posisi di sebelah Sasuke, "kamu kenapa? Sudah hampir seharian kamu menghabiskan waktumu di sini," ya, sejak pagi hingga jam makan siang, kerjaan Sasuke hanyalah nongkrong di depan TV.

Sasuke menggeleng pelan. Sudah cukup hatinya merasakan kesedihan yang sangat pilu, sakit, oh Tuhan... Rasanya ia ingin mati saat itu juga. Sialnya, dua hal sukses mengoyak hatinya secara bersamaan. Pertama, kekalahan tim favoritnya di acara Liga bola kesukaannya, kedua, Hinata tidak kunjung menjawab sms-nya. Tau gak, Sas, lo lebay abis!

"Jangan bilang karena kekalahan Barca?"

'Stop it, Mom, it hurts!' Sasuke menggerutu dalam hati, tetapi wajahnya tetap datar.

"Apa karena mantan kamu itu? Siapa itu namanya..." Mikoto mencoba mengingat.

"Hinata, Kaasan!" teriak Itachi dari ruang makan. Ternyata kakaknya yang jahil itu menguping pembicaraan mereka. Well, tidak bisa disebut sebagai pembicaraan karena Sasuke sejak tadi tidak berkata sepatah kata pun.

Sasuke yang merasa dijatuhkan oleh Ibunya sendiri hanya bisa mendengus pelan.

"Oh, iya, Hinata!" ucap Mikoto akhirnya, "Dia manis ya, Kaasan jadi kangen deh masa-masa waktu kamu pacaran sama dia. Dia sering main ke sini, bantuin Mama masak—" dan Mikoto terus saja menceritakan kenangan-kenangannya bersama mantu yang tertundanya itu. Bukannya merasa lebih baik, Sasuke malah tambah frustasi!

"—terus waktu Mama sama dia pergi belanja—eh, Sasuke?! Kamu mau kemana?"

Sasuke yang telah beranjak dari duduknya tidak mengindahkan pertanyaan Ibunya itu. Ia lebih memilih mengambil jaket biru tua kesayangannya, Blackberry, dan dompetnya sebelum akhirnya meninggalkan rumah.

Mikoto hanya menghela nafas pasrah, sedangkan Itachi tetap sibuk sama makanan favoritnya.

Daripada di rumah, Sasuke lebih memilih pergi ke mall. Setidaknya di mall ia bisa cuci mata. Namun, ia sama sekali tidak mengharapkan bertemu teman-temannya, siapapun itu, karena ia yakin teman-temannya pasti menyinggung soal kekalahan Barca. Hell no!

Oh iya, tidak lupa Sasuke berdo'a supaya ia tidak bertemu Hinata. Sebenarnya sudah beberapa bulan ini ia tidak bertemu Hinata, jadi kenapa ia harus khawatir? Apa karena kejadian semalam?

Setelah mengirim pesan itu—entah secara sengaja atau tidak—Sasuke panik, stress, frustasi. Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat, bahkan ia tidak sanggup menatap layar Blackberry-nya yang kontan ia lempar setelah mengirip SMS tersebut. Setelah menunggu selama kurang lebih tiga puluh menit, Sasuke memberanikan diri mengintip Blackberry-nya dan hasilnya? No text message.

Sasuke masih berpikir positif, 'Mungkin Hinata sudah tidur,' dan akhirnya ia lebih memilih nonton Liga bola favoritnya sebelum menjelang fajar. 'Nanti pagi pasti Hinata balas,' batinnya lagi.

Akan tetapi, Tuhan berkata lain.

Barca kalah, Hinata tidak kunjung membalas SMSnya.

"Hhhh," Sasuke mendengus pelan. Bis yang ia tumpangi pun berhenti. Ia melangkah keluar dari dalam bis dan tiba-tiba langkahnya terhenti.

"Woy, Teme!" sebuah suara cempreng sukses membuat Sasuke terkejut.

Ketika ia menyadari bahwa Naruto tengah menghampirinya, Sasuke langsung menatap Naruto sinis, "Kalo lo mau bahas-bahas tentang Bola, go to hell,"

"Eh?" Naruto terkesiap setelah melihat tampang horror Sasuke dan langsung mengurungkan niatnya, "E-enggak kok," setelah itu ia tertawa hambar, "mau kemana, Teme?"

"Bukan urusanmu," jawab Sasuke cuek.

"Eh, Teme! Kamu kenapa? Jutek banget," Naruto berusaha menyamakan langkah Sasuke yang berjalan lebih cepat darinya. Sasuke tidak menggubris sampai akhirnya mereka sampai di dalam mall. "Kemarin jadi ngucapin HFA?" Naruto mencoba mengganti topik, dan sebenarnya topik itu justru malah membuah Sasuke semakin kesal.

"Hn,"

"Terus dia bales apa?" Sasuke menggeleng, "Ah. I'm so sorry to hear that," Naruto menepuk punggung Sasuke pelan, yang entah mengapa Sasuke menganggap itu adalah sebuah ejekan.

Sampailah kedua pemuda itu di depan restoran favorit mereka—lebih tepatnya restoran favorit Naruto yang entah mengapa Sasuke terbawa Naruto ke tempat tersebut padahal Sasuke sama sekali tidak berniat untuk hang out bersama rivalnya itu—Ichiraku's Restaurant.

Setelah mereka memesan makanan, Naruto kembali menatap Sasuke masih dengan rasa penasaran. Apa yang membuat Sasuke kalut sekali hari ini?

"Hey, Teme, kau yakin kau tidak apa-apa?" ucap Naruto prihatin.

"Menurut lo," jawab Sasuke ketus.

Naruto sangat paham sekali apa yang sedang Sasuke rasakan. Naruto dan Sasuke adalah teman seperjuangan dan sependeritaan. Di Konoha gakuen pun mereka satu ekskul, keduanya sama-sama pecinta bola, dan sama-sama jomblo. Jadi, wajar saja Naruto sangat mengerti apa yang Sasuke rasakan, bahkan ia bisa merasakannya pula.

Namun, Naruto tidak ingin melihat sahabatnya tidak kunjung bergerak juga. Tidak move on. Terus terkurung oleh perasaannya yang tak berujung itu. Perasaannya terhadap Hinata... tidak kunjung hilang. Hampir setahun Sasuke putus dari Hinata, tetapi Sasuke tidak kunjung bergerak juga. Ia masih berdiam diri, bergelut dengan perasaannya. Naruto tidak pernah berhenti memberi Sasuke semangat, nasihat, kata-kata super, tetapi semua ucapan Naruto selalu masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.

"Hinata, heh?"

Mendengar itu Sasuke hanya melongos.

"Mau sampai kapan kau seperti ini, Teme?" ujar Naruto prihatin.

"Bukan urusanmu, Dobe,"

"Tentu saja urusanku! Kau itu sahabatku, kita udah berteman dari pertama—" seorang pelayan mengantarkan dua mangkuk ramen, dan tentu saja dua mangkuk itu untuk Naruto seorang, "—tahan sebentar Sasuke, aku makan dulu." Ucap Naruto dengan enaknya. Tanpa menunggu tanggapan Sasuke, Naruto langsung melahap makanan favoritnya itu.

Kalau dipikir-pikir... Kemarin harusnya jadi momen dimana Sasuke sama Hinata bisa berhubungan lagi. Modusnya saat Sasuke memberi ucapan happy failed anniversary ke Hinata via sms. Andai saja ia tidak menghapus kontak BBM dan nomor hand phone Hinata. Jujur saat ini ia begitu menyesal akan sifat kekanak-kanakannya itu. Mungkin Hinata sudah terlanjur benci kepadanya sehingga Hinata tidak membalas SMSnya.

Lagipula, Sasuke high expected banget kemarin, bahkan sebelum Sasuke mengetik sms tersebut di Blackberry-nya ia sudah membayangkan apa yang akan Hinata balas nanti hingga berujung pada happy ending; Sasuke dan Hinata balikan, yey! Tetapi fakta selalu menjatuhkan Sasuke dari dunia fantasinya yang gak jelas itu, Hyuuga Hinata tidak mungkin mau kembali sama pemuda pemilik rambut raven itu. Dengar-dengar sih, Hyuuga Hinata kembali menjalani hubungan dengan Sabaku no Gaara, mantan pangeran dari kerajaan Konoha Gakuen angkatan 57—yang berarti mantan seniornya Sasuke yang angkatan 59.

'Persetan dengan itu!' Sasuke selalu merutuk dalam hati ketika ia mengingat hal tersebut. 'Ya Tuhan, kapan saya move on?!'

Sasuke hanya bisa pasrah sama keadaannya saat ini—stuck onHinata—entah sampai kapan. Jangan salahkan ibunda mengandung, salahkan Sasuke yang masih kekanak-kanakan. Sedikit cerita tentang mantan sepasang kekasih ini.

Dulu, Sasuke adalah juniornya Hinata. Sasuke duduk di bangku kelas satu, sedangkan Hinata yang akan segera melanjutkan pendidikannya ke kuliah duduk di bangku kelas tiga. Sasuke yang memang dasarnya memiliki wajah tampan, cerdas, bodi oke punya, tampang dewasa banget, dan cool tentunya langsung tenar di Konoha Gakuen meskipun saat itu statusnya masih junior. Sifat cuek dan dinginnya pun sukses membuat para gadis dan—beberapa—pemuda melting, mau itu junior kek senior kek guru-guru kek, pokoknya Sasuke perfectbanget dah di mata mereka.

Lain hal bagi Hinata. Hinata mungkin satu-satunya perempuan yang tidak tertarik dengan ketampanan si bungsu Uchiha itu. Menurut Hinata, tampang hanyalah topeng. Orang tidak bisa menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Don't judge a book by its cover. Meskipun, yah.. Hinata akui, Sasuke memang tampan. Ah, tapi ia sama sekali tidak tertarik dengan Sasuke.

Menjelang kelulusan, Hyuuga Hinata dilanda patah hati berat. Hinata diputusin sama pacarnya, Sabaku no Gaara. Hubungan yang telah dijalin selama dua tahun itu pun kandas. Wajar saja Hinata begitu terpuruk, tidak jarang ia menangis jika tiba-tiba teringat mantannya itu. Namun ia tidak membutuhkan waktu lama untuk bangkit dari keterpurukannya itu karena disaat yang bersamaan, Uchiha Sasuke juga sedang mendekatinya. Perempuan mana yang tidak melting sih ketika sang pangeran Konoha Gakuen mendekatinya? Hinata sendiri yang sebelumnya tidak tertarik dengan Sasuke akhirnya luluh juga. Wajar saja, karena saat itu ia sedang patah hati, labil, dan tidak bisa berpikir panjang sehingga ia hanya bisa menjawab 'ya' saat Sasuke menyatakan cinta.

Sasuke sendiri juga tidak punya alasan tertentu saat ia menyatakan cinta pada Hinata—pada hari ulang tahunnya pula. Ia mendekati Hinata hanya karena rasa penasaran dan jika hubungan mereka kandas, hal tersebut tidak akan jadi masalah besar. Ia penasaran karena Hinata berbeda dari kebanyakan perempuan. Hinata berbeda dengan gadis-gadis yang menggilai ketampanan Sasuke. Hinata itu... One and onlybanget!

Semakin lama Sasuke semakin sayang sama Hinata. Ia tidak pernah menyesal pernah mendekati perempuan pemilik rambut indigo itu dulu karena ternyata Hinata orangnya baik banget. Hinata memang benar-benar tipe cewek idaman Sasuke karena sikapnya yang penyayang, keibuan, baik hati, suka menolong, lembut, penyabar, murah senyum, ramah, tidak sombong, ah... Pokoknya bukan nyokapnya banget deh! Soalnya nyokapnya Sasuke itu pemarah dan bawel. Intinya, Hinata itu istri idaman Sasuke banget!

Semakin besar rasa sayang Sasuke, semakin posesif pula ia terhadap Hinata. Semakin lama Sasuke semakin menyebalkan—setidaknya itu menurut Hinata. Sifat asli Sasuke mulai keluar. Over protektif, mudah emosi, dan negatif thinking, semuanya seolah-olah keluar dari balik topeng yang Sasuke kenakan. Entah kemana Sasuke yang cuek dan dewasa dahulu. Hinata hanya bisa pasrah menerima sikap Sasuke itu. Hinata mencoba untuk sabar dalam menghadapi Sasuke yang kekanak-kanakan itu.

Hinata terlalu sabar. Tidak sekali dua kali mereka bertengkar hanya karena masalah kecemburuan Sasuke semata dan Hinata selalu mengalah. Disaat Hinata ingin mengakhiri hubungan, Sasuke selalu mencari alasan supaya Hinata mengurungkan niatnya. Ah, terlalu banyak alasan. Sejak awal mereka memang tidak cocok.

Manusia mempunyai batas kesabaran. Hinata tidak bisa terus-menerus menghadapai sikap Sasuke yang tidak dewasa itu, sampai akhirnya Sasuke mengakhiri hubungannya sendiri karena pikiran negatifnya sendiri. Ia dibutakan oleh kecemburuannya dan membuat sikapnya tak terkendali. Dengan seenak jidat bapaknya, Sasuke megatin Hinata.

Namun, Hinata tidak sedih sama sekali saat Sasuke memutuskannya. Ia malah merasa... bebas! Setelah putus dari Sasuke, Hinata bagaikan seeokor burung yang akhirnya bisa bebas dari sangkarnya, lain dengan Sasuke yang justru terkurung oleh perasaannya sendiri. Ia menyesal. Sangat sangat menyesal. Kenapa disaat ia sedang sayang-sayangnya dengan Hinata, ia justru mengakhiri hubungannya. Anehnya, Sasuke tidak mau mencoba untuk memperbaiki hubungan a.k.a. rujuk dengan Hinata hanya karena satu alasan. Gengsi. Alhasil, begini lah Sasuke sekarang, galau tak berujung.

"Oke, kembali ke permasalahan," suara Naruto sukses membuat Sasuke terbangun dari lamunannya. "Teme," Naruto berkata bijak, "tadi sampai mana ya?" Rasanya ingin menampar wajah Naruto saat itu juga. "Oh! Iya!" tiba-tiba Naruto teringat, "kita sudah berteman sejak pertama masuk Konoha Gakuen, kita selalu masuk dalam kelas yang sama, kita sama-sama bergabung dalam ekskul bola—"

Hilang sudah batas kesabaran Sasuke. "Langsung ke intinya,"

Naruto yang menyadari kekesalan Sasuke hanya bisa nyengir, "Jadi intinya, you're my twin brother from different mother," Naruto terkekeh namun buru-buru berhenti ketika Sasuke menatapnya dengan death glare, "Ha ha a-aku hanya bercanda," Naruto menelan ludah ketika melihat tatapan horror Sasuke.

"Urusai,"

"Intinya, aku bakal terus menyuportmu, Teme!" Naruto berkata dengan semangat, "Tidak adil jika Tuhan terus membuatmu terpuruk seperti itu. Hinata is just past. Look forward Sasuke, there are still a lot of hot chicks!"

Sasuke sweatdropped mendengarnya. Semangat macam apa itu... "Mungkin Hinata belum yang terbaik untukmu. Hinata atau siapapun itu, pasti ada yang lebih baik buatmu, Teme. Mestinya kau bersyukur karena hubungan kalian kandas, berarti Tuhan menyiapkan orang yang lebih baik lagi, yang mungkin lebih dewasa, lebih bisa membuatmu bahagia, tertawa, dan yang jelas lebih cantik," Naruto memberikan cengiran khasnya, "aku gak suka liat Sasuke yang terus terpuruk kaya' gini. Sasuke yang kerjaannya ngetweet-ngetweet galau. Sasuke yang gak bisa move on. Mana Sasuke yang dulu ceria, dan suka tertawa?" FYI, Naruto, Sasuke adalah tipe orang yang susah ceria dan tertawa.

Sasuke hanya mengkerutkan keningnya. Apa yang Naruto katakan entah mengapa sedikit membuka hati dan pikirannya. Ia merasa lebih tenang entah mengapa. Ternyata apa yang Naruto katakan benar. Tentu saja ia tidak bisa move on karena Sasuke terlalu menutup diri. Sasuke tidak pernah membuka hatinya lagi untuk orang lain setelah ia putus dari Hinata. Ia terlalu naif.

Naruto benar-benar memberinya pencerahan. Ya, setidaknya, setelah mendengar petuah Naruto, ia akan mencoba untuk bangkit dari keterpurukannya.

"Kau benar," Sasuke menyunggingkan seulas senyuman tipis yang mungkin hanya dirinya dan Tahun yang lihat, "terima kasih, Dobe."

Merasa berhasil, Naruto tersenyum dengan lebarnya, "Sama-sama, Dobe! Sekarang, ayo kita main Dota!" ucap Naruto semangat. Sasuke hanya menepuk dahinya. Namun dalam sekejap Naruto mengurungkan niatnya ketika bola mata safir itu melihat sesosok orang yang sedang berjalan ke arah Ichiraku's Restaurant.

"Te-Teme.."

"Hn?" Sasuke menegak coke pesanannya.

"I-itu," Naruto menelan ludah, "Hinata..."

Setelah mengucapkan nama tersebut, Sasuke sukses menyembur coke yang ia minum. Tepat ke hadapan Naruto. "UAPAH?!"

"Jangan nengkok!" Naruto kontan memberi perintah pada Sasuke.

"Please, lindungi gue!" raut wajah Sasuke terlihat panik. 'Damn, gue harus ngapain ini!'

"Tenang, Sas, serahkan padaku," ucap Naruto mantap.

Perempuan pemilik rambut indigo itu telah memasuki Ichiraku's Restaurant. Ia tidak sendiri. Ia ditemani seorang pemuda berambut merah di sebelahnya. Sepertinya kedua orang itu tidak menyadari keberadaan Naruto dan Sasuke. Untungnya...

"Hinata-neesan! Garaa-niisan!" teriak Naruto ke arah kedua orang itu sambil melambaikan tangannya.

"What the f—" ucapan Sasuke terhenti ketika ia mendengar suara itu. Ya, suara itu...

"Na-Naruto-kun?"

.

.

"Ya Tuhan... Apa salahku?" :(

THE END

*digampar*

Ralat, TBC


NOTE: Fic ini hanya terdiri dari dua chapter. Jadi kemungkinan diupdate cepet, karena saya niatnya mau dijadiin satu chapter saja, eh tapi kepanjangan-_-

Oh iya saya terharu lho masih banyak yang mengharapkan fic Why Did I Know You :'' Sedang dalam proses pengetikan! Karena saya hampir lupa plotnya *plak* sudah hampir setahun lebih enggak nyentuh FFN karena saya lagi memperjuangkan sesuatu *curhat* dan WDIKY agak complicated nih karena saya benar-benar sedang mendalami ceritanya lagi dan mencoba memperbaiki plot. Kirain udah pada lupa, eh ternyata... ARIGATOU! *nangis sesegukan* tapi gak janji juga ya, saya takut kalau kebanyakan janji nanti gak ditepatin dan susah jadi orang sukses :( Pokoknya buat yang bersabar tunggu yaa dan do'akan author supaya author bisa nyelesein fic-fic yang Hiatus meskipun author ditumpuk oleh banyak kerjaan #plak

Thanks for reading and review!

23 Agustus 2012