Jura Janai, Kachura da!
=x=x=x=x=x=
Gintama © Sorachi Hideaki
=x=x=x=x=x=
Di depan pintu masuk Yorozuya Gin-chan, tampak sesosok makhluk putih besar berbentuk bebek-penguin (siapa lagi kalau bukan Elizabeth?). Di sampingnya, ada seorang anak kecil (kelihatannya tidak lebih dari 5 tahun) yang sedang berusaha memencet bel Yorozuya sambil menjinjitkan kakinya. Mereka sudah berada di depan pintu itu selama kira-kira 10 menit.
Elizabeth sudah tiga-empat kali menawarkan diri untuk memencet belnya, tapi anak laki-laki itu terus menolaknya dan bersikeras bisa memencetnya sendiri. Dengan keras kepalanya, anak itu juga bilang kalau "Aku bukan anak kecil, Elijabeth! Aku bica melakukannya cendiri!" Sangat keras kepala.
Dan sepertinya, penderitaan anak itu akan segera berakhir saat Shinpachi dan Kagura pulang belanja.
"Shinpachi!" panggil Kagura sambil berjalan menghampiri Elizabeth dan anak kecil itu. "Ada Eli, aru!" Ia menoleh ke arah Shinpachi sebentar, lalu pada Elizabeth, dan menyapanya dengan riang, "Eliiii! Lama nggak bertemu, aru!"
"Guk!" Terdengar Sadaharu menyahut di belakang perempuan bercepol itu.
"Lama tidak bertemu, Kagura-san, Shimura-san." sapa Elizabeth.
"Ah, ada Elizabeth-san, rupanya," Shinpachi yang sedang membawa tiga buah kantong plastik belanja tersenyum kecil. "Selamat siang, Elizabeth-san," sapanya kemudian, lalu melihat-lihat ke sekelilingnya, dan bertanya, "Are? Di mana Katsura-san?"
Sebelum Elizabeth sempat menjawab, terdengar suara riang Kagura yang nyaring.
"Shinpachiiii!" serunya yang sekarang sedang berjongkok. "Ada anak kecil, aru! Imutnyaaaa~!" Kagura (masih sambil menggigit sukonbu-nya) mengangkat anak berambut hitam itu dan berdiri, lalu memutar-mutarkannya dengan riang dan cepat.
"Aaa―K-Kagura-chan, i-itu anak orang, loh…" ujar Shinpachi pelan, melihat warna muka anak malang itu berubah pucat. Melihat Kagura tidak mendengarnya dan terus 'bermain' dengan anak itu, Shinpachi menoleh pada Elizabeth dan kembali bertanya, "Di mana Katsura-san, Elizabeth-san? ― Jangan bilang kalau Katsura-san menghilang atau dibunuh tsujigiri lagi…"
Elizabeth mengangkat papannya. "Kami ke sini mau meminta tolong pada Yorozuya."
Membaca itu, Shinpachi membukakan pintu Yorozuya untuk Elizabeth dan berkata, "Silahkan masuk. Gin-san ada di dalam, kok."
Elizabeth membalikkan papannya. Shinpachi membacanya. "Dan anak kecil ini adalah―"
"Guk! Guk! Guk!"
Suara gonggongan Sadaharu membuat Shinpachi berhenti membaca papan kayu Elizabeth di tengah jalan dan menoleh padanya yang sekarang sedang menatap anak kecil itu dengan tatapan aneh dan terus menggonggonginya.
"Sadaharu nakal, aru!" seru Kagura, berusaha menjauhkan anak itu dari Sadaharu. "Anak ini bukan makanan! Dia masih kecil, tidak enak kalau dimakan, aru!"
"Guk!" Sadaharu mengendus dan menjilat anak itu. Sementara anak itu (yang biasanya orang normal akan ketakutan) malah tampak senang dan balas mengelus-elus telinga Sadaharu dengan kedua tangannya yang mungil.
Kagura tampak semakin panik dan mengangkat anak itu semakin tinggi ― berusaha semakin menjauhkannya dari inugami itu. "Jangan diendus, aru! ― Sudah kubilang, kalau kau mau, makan saja Gin-chan, aru! Dia pemalas, menyebalkan, dan bodoh, jadi rasanya enak, aru!"
"K-Kagura-chan…"
"Guk! Guk!" Sadaharu berusaha menyampaikan sesuatu pada Kagura, tapi perempuan itu tidak mau mendengarnya dan sibuk menjauhkan anak itu dari Sadaharu.
"Jangan, Sadaharu! Kau makan Gin-chan saja! Atau lebih baik, si damegane itu, aru!"
"Ka-Kagura-chan," Shinpachi berjalan menghampiri Kagura dan kemudian mengambil anak itu dari tangan Kagura. "Anak ini adalah klien. Lagipula, dia tidak bisa berlama-lama di sini, bukan? Bagaimana kalau orang tuanya mencarinya?"
"Ano, aku―"
"Tapi, Shinpachi…! ― Aku masih mau bermain dengannya, aru!"
Shinpachi tidak mengacuhkan Kagura dan berjalan memasuki Yorozuya Gin-chan sambil menggendong anak itu. "Nah, adik kecil, kau ke sini mau meminta tolong pada Yorozuya, kan? Tenang saja, kami akan berusaha membantumu sebisa kami!" ujarnya dengan lembut, tersenyum kecil.
Anak itu balas menatap Shinpachi dengan datar. "Aku bukan adik kecilmu!" serunya.
Shinpachi hanya tertawa kecil mendengarnya.
"Shimura-san," Elizabeth mengangkat papannya lagi, mengalihkan perhatian si kacamata. "Sebenarnya, anak ini…" Ia membalikkan papannya.
Anak itu kembali berseru, "Aku Kachura!"
"Anak ini adalah Katsura-san."
Shinpachi seakan membatu di tempat seketika itu juga. Kagura yang tadinya sedang memeluk Sadaharu (mengadu pada Sadaemon tentang 'mama' yang jahat dan tidak membiarkannya bermain dengan anak kecil), langsung menoleh. Sementara Sadaharu menggonggong puas, seperti berkata, "Benar kan, apa yang kubilang! Kalian tidak mau mendengarkanku, sih!".
Brak!
Sedetik kemudian, Shinpachi langsung membuka (mendobrak) pintu masuk Yorozuya Gin-chan. Masih berada di genkan, dengan panik, laki-laki itu memanggil nama bosnya. "G-GIN-SAAAAAAAAAAN! GIN-SAN, INI GAWAAAAAT!"
"Ada apa, Shinpachi?" Terdengar suara datar khas Gintoki dari dalam toilet. "Keadaan Gin-san sekarang jauh lebih gawat, oi."
"G-GI-GIN-SAAAN!" Shinpachi berteriak panik lagi, masih dengan Katsura di gendongannya. "K-KATSURA-SAN, KATSURA-SAN―"
"Gin-chan, Zura melahirkan, aru!" potong Kagura.
Samar-samar, terdengar teriakan Shinpachi, "B-bukan itu, Kagura-chaaaaaan!"
Brak!
Gintoki langsung keluar dari dalam toilet. "Hah! ? Apa yang kau bilang tadi! ? ― Zura melahirkan! ?"
"B-bukan, Gin-san!" seru Shinpachi sambil berjalan menghampiri bosnya. "I-ini―"
"Oi, Kagura, kau tahu kan, berbohong itu tidak baik!" omel Gintoki (dalam hatinya, Shinpachi menghela nafas karena ternyata Gintoki tidak termakan ucapan Kagura). "Zura tidak mungkin melahirkan! Dia kan membelah diri!"
Shinpachi langsung menjedutkan kepalanya ke tembok terdekat.
.
.
.
"Jadi…" Setelah bersusah-payah menjelaskan pada Gintoki, Shinpachi menghela nafas dan kembali melanjutkan, "Anak ini adalah Katsura-san. Katsura Kotarō-san."
Gintoki mengorek hidungnya. "Lalu?"
"'Lalu' apa?" Shinpachi balik bertanya, heran.
"Bagaimana cara Zura membelah diri?"
Shinpachi ber-facepalm ria. "Kapan kau bisa mengerti kalau anak ini adalah Katsura-san, bokeeee! ?"
"Tentu saja aku mengerti kalau bocah ini adalah Zura, dameganeeee!" balas Gintoki, ikutan kesal (samar-samar, terdengar suara "Aku bukan bocah dan Jura, aku Kachura!"). "Bocah ini adalah Zura karena dia hasil 'membelah diri' dari Zura, kaaaaaan! ?"
"Tapi Katsura-san tidak membelah diriiiiiii!"
"Lalu, bocah ini apa, aa! ?"
"Gin-chan dan Shinpachi berisik, aru."
"Sudah kubilang, anak ini adalah Katsura-saaaaaan!"
"Lalu, kenapa Zura menjadi bocah seperti ini, aa! ?"
"Itu…!" Shinpachi baru saja mau membalas, tapi tidak bisa. Di hadapannya, Gintoki sudah tersenyum tanda kemenangan. "J-JUSTRU KARENA ITU KATSURA-SAN KE SINI, KAAAAAAN! ?" balasnya tiba-tiba, memukul kepala Gintoki dengan sebuah kipas kertas raksasa yang entah didapatnya dari mana.
"Ow!"
Setelah tenang kembali, Shinpachi kembali duduk di atas sofa dan menghela nafas berat sambil mengelus-elus dadanya.
Gintoki mengelus kepalanya sebentar, lalu mengamati Kachu―Katsura yang sedang duduk di antara Shinpachi dan Elizabeth, kemudian mengangkatnya dan mendudukkannya di atas pangkuannya.
"Gin-san apa yang kau lakukan." tanya Shinpachi dengan wajah dan suara yang sama datarnya.
"Gin-chan, aku juga mau memangku Zura, aru! Gin-chan curang!" protes Kagura yang duduk di sebelah Gintoki.
"Bukan Jura, tapi Kachura."
Gintoki sengaja tak menggubris pertanyaan Shinpachi dan protesan Kagura. Dengan santainya, ia memainkan (menggerak-gerakkan) kedua tangan mungil Katsura. "Jadi, Zura-kun," ujarnya. "Kenapa kau jadi kecil begini, aa?"
"Bukan Jura, tapi Kachura!" protes Katsura dengan nada khas Katsura Kotarō-nya yang biasa, hanya saja, jadi terdengar lebih imut.
Gintoki menghela nafas sebentar. "Baiklah, Jura-kun."
"Kachura!"
Pria berambut keriting alami itu lalu mengangkat Katsura dari pangkuannya dan menghadapkan wajahnya dengannya. "Kachura."
"Bukan Kachura, tapi Kachura."
"Ka-chu-ra~"
"Bukan Kachura, tapi Kachura." Katsura mencubit kedua pipi Gintoki dengan kesal. "Gintoki, kau menyebalkan. Mati caja, cana."
"Iyaaaaa, Kachura-kuuuun," Gintoki menjauhkan Katsura dari wajahnya (kalau begini terus, bisa-bisa, wajah Gin-san yang mulus jadi rusak, nih) dan meledeknya. "Anak kecil sepertimu nggak pantas ngomong begitu."
"Bukan anak kecil, tapi Kachura!" Katsura mengulurkan kedua tangannya, berusaha mencubit kedua pipi Gintoki lagi, tapi gagal. Dan akhirnya, ia ganti menjambak rambut Gintoki.
"Ita! Itatatata!" jerit Gintoki kesakitan. "Oi, lepa―Ow!―lepaskan, bocah!"
Katsura menjambak rambut keriting Gintoki dengan semakin kuat. "Ten-pā!"
"Ow! Lepaskan, kono yarō! ― Bukan―Ita!―mauku juga berambut keriting alami seper―Gyaa!―ti ini, tahu! ― Gyaaaaaaaa!"
"Zura-kun," Kagura mengambil paksa Katsura dari tangan Gintoki dan kemudian ganti mendudukkannya di atas pangkuannya. "Jangan jahat dengan otou-san. Tidak baik, aru."
"Oi, siapa 'otou-san', aa? Aku nggak ingat punya anak gorila nan rakus dan kasar sepertimu!"
Katsura mendongakkan kepalanya ke arah belakangnya, menatap Kagura yang sedang memangkunya. "Tapi, Leader―"
Kagura menjitak pelan kepala Katsura. "Panggil aku 'onee-chan', aru!"
"E-eh?" Katsura menatap Kagura dengan heran sambil mengelus-elus kepalanya "O-onee-chan…?"
Gemas, Kagura langsung memeluk Katsura dengan amat sangat erat. "Zura imut, aru! Kawaisugi, aru! Zura, kau begini saja terus! Jadi adikku, aru!"
Di dalam pelukan (maut) Kagura, wajah Katsura memucat. Ia juga berusaha melepaskan diri, tapi berhubung Kagura adalah seorang Yato yang berkekuatan super… Yah…
Elizabeth mengangkat papannya. "K-Kagura-san, Katsura-san-nya… Bahaya…"
"Kagura-chan," panggil Shinpachi. "Lepaskan Katsura-san. Apa kau tidak lihat, Katsura-san sampai menjadi pucat begitu?"
"Okaa-san berisik, aru."
"SIAPA 'OKAA-SAN', HAH! ?"
.
.
.
"Jadi, intinya, tubuhku menjadi ceperti anak kecil ini―"
"Bukan 'seperti', tapi 'memang', Kachura-kun."
Sebuah zori dilempar ke muka Gintoki.
"―karena amanto. Dan aku ke cini mau meminta bantuan kalian!" Laki-laki itu lalu bersujud di hadapan Yorozuya Trio dan melanjutkan, "Kumohon! Tolong bantu aku agar aku bica kembali normal!"
Bahkan, di sampingnya, Elizabeth juga ikut bersujud sambil mengangkat papan bertuliskan "Kami mohon, Yorozuya-san!".
Di hadapan Katsura, Trio Yorozuya itu terdiam. ― Yah, bukan 'terdiam' dalam arti yang sebenarnya, sih… Lebih tepatnya, Gintoki (sambil mengangkat satu kakinya) mengorek hidungnya, Kagura sibuk bermain dengan Sadaharu, dan Shinpachi―Oh, hanya Shinpachi yang serius mendengarkan Katsura.
Katsura menatap datar pasangan 'ayah dan anak' itu. Elizabeth di sampingnya ganti mengeluarkan papan bertuliskan "…".
Shinpachi menghela nafas melihat sikap dan kelakuan kedua orang itu. "Kalian ini… Apa kalian tidak bisa bersikap serius di hadapan Katsura-san? Meski sekarang Katsura-san berwujud anak kecil, tapi dia tetap Katsura-san, loh! Dan sekarang, Katsura-san adalah klien kita! Klien kita setelah sekian lama!"
Katsura yang jadi merasa tidak enak sendiri karena merasa seperti sedang dibela Shinpachi, mengangkat tangannya. "Ano… Chinpachi-kun, tidak apa-apa, kok. Biar aku yang―"
"Perbaiki sikap dan perilaku kalian dulu sebelum protes karena sepi klien, dong! Kalian ini―"
"Berisik, nomor delapan." sela Gintoki dan Kagura bersamaan.
"AKU BUKAN NOMOR DELAPAAAAAN!"
"Zuraaa," Gintoki kembali ke posisi duduknya yang benar dan sengaja tak mengacuhkan Shinpachi (dan sukses membuat laki-laki itu semakin marah). "Kenapa amanto itu mengubahmu menjadi anak kecil sok tahu begini, aa? ― Kukira, kau menjadi bocah seperti ini karena sebelumnya kau menjadikan makam seorang anak kecil sebagai toilet, oi, Zura."
"Aku bukan anak kecil cok tahu, juga bukan Jura, tapi Kachura." balas Katsura seraya melipat kedua tangannya di depan dadanya. "Dan aku tidak mungkin menjadikan makam cebagai toilet, Gintoki."
"Oi, Zura, jangan bilang kau sudah lupa dengan arc Kucing Liar Kabuki-chō. Waktu itu, kau kan juga menjadi kucing karena―"
Satu zori lagi dilempar ke muka Gintoki.
Elizabeth mengangkat papannya, mulai menjelaskan. "Sebenarnya…"
-Elizabeth's Flashback-
Beberapa jam sebelumnya, siang hari yang cerah di Kabuki-chō, distrik yang selalu sibuk. Katsura, dengan pakaian ala biksu dan topi jerami serta tongkat biksunya, dan Elizabeth di sampingnya, sedang berjalan dengan tenangnya di tengah jalan, di tengah-tengah kerumunan orang.
Katsura membahas tentang film 'Summer Sonata'-atau-apalah-namanya bersama Elizabeth sambil berjalan. Meski Elizabeth tidak menanggapinya, si pemimpin Jōishishi itu terus saja berbicara. Kadang, ia juga membahas soal acara TV lainnya, atau nmaibō, atau menu makan malam nanti, atau ide memelihara kucing dan anjing, atau kostum cosplay yang cocok untuk menyamar nanti, atau―
Brugh!
―Atau kenapa ia terjatuh tiba-tiba.
Setelah berdiri kembali dengan bantuan Elizabeth (dan setelah menerima tatapan aneh dari orang-orang di sekitarnya: "Ya ampun, biksu berambut panjang? Laki-laki atau perempuan, tuh?", "Makhluk apa itu yang di sebelahnya? Menggelikan.", dan sama sekali tidak ada yang bertanya "Loh? Kenapa dia jatuh tiba-tiba?")
"I-itta…" Kemudian, sambil mengelus-elus hidungnya yang berdarah, Katsura menoleh ke sekelilingnya, mencari si biang kerok yang menyebabkan dirinya terjatuh tiba-tiba itu. Tapi yang tampak hanyalah orang-orang yang tampak panik dan kemudian langsung kembali berlalu-lalang.
Melihat tidak ada seorang pun yang mencurigakan, Katsura membersihkan debu dari pakaiannya, memakai kembali topinya yang terlepas tadi, dan bergumam pelan, "Mungkin, tidak sengaja tersandung batu, ya…"
"'Batu' katamu? 'Batu'! ?"
―Oh, suara aneh itu mengalihkan perhatian Katsura. Katsura pun kembali melihat ke sekelilingnya, begitupula Elizabeth.
"Di bawah sini, biksu bodoh!"
Mendengar suara cempreng itu, Katsura menundukkan kepalanya, dan mendapati se… Seekor… Seekor makhluk kecil yang aneh. Sangat aneh. Wujudnya seperti manusia, tapi sangat pendek (tidak lebih dari 30 cm), berkulit ungu pucat, berantena, bermata sipit, berpipi tembem, berbibir tebal, dan berambut ungu gelap. (Rasanya, mengingatkan Katsura pada seorang pangeran amanto. ― Err, siapa namanya? 'Baka Ōji'? 'Heta Ōji'? ― Bah, lupakan.)
Elizabeth tampak kaget melihatnya. Sudah jelas dari gambar emotikon Σ(˚ㅿ˚; ) di papan kayunya dan mulutnya yang terbuka sedikit.
Sementara itu, kalau orang normal pada umumnya akan berteriak kaget atau pingsan, Katsura malah menghentakkan tongkat biksunya dengan kesal, lalu berseru, "Bukan biksu bodoh, tapi Katsura!"
Dan untungnya, sekarang sedang sepi.
"Aku tidak peduli siapa namamu, biksu bodoh!" balas makhluk kecil itu sambil menunjuk Katsura dengan kasar dan kesal. "Kau menyenggol dan kemudian menindihku! Cepat minta maaf padaku!"
"Bukan biksu bodoh, tapi Katsura," balas Katsura lagi, lebih kalem kali ini. Ia melanjutkan, memejamkan kedua matanya sebentar, "Dan meskipun aku seorang samu―biksu yang menjunjung tinggi hukum dan nilai dan norma―"
"Dengar, manusia, aku tidak peduli siapa kau―"
"―Aku tetap tidak akan mau meminta maaf jika itu bukan salahku."
Makhluk kecil itu (yang kemungkinan besar adalah amanto), tampak tersinggung dengan ucapan Katsura. "Apa―"
"Kau dengar ucapannya? Bukan salah Katsura-san! Kau yang membuatnya tersandung! Kau telah mempermalukan Katsura-san!" Elizabeth, yang tiba-tiba saja sudah bertampang horor ala Eli-go 13-nya, membalikkan papannya. "Sekarang, cepat bersujud dan minta maaf pada Katsura-san!"
"Apa! ?" Amanto kecil itu tampak semakin tersinggung. Warna kulitnya yang tadinya ungu pucat, kini mulai tampak merah.
"Maa, Elizabeth," Katsura menepuk dan kemudian mengelus pelan punggung bebek-penguin alien peliharaannya itu, menenangkannya. "Tidak usah sampai sebegitunya. Bukan salahnya sepenuhnya, kok."
"Ha!" Amanto itu membusungkan dadanya, merasa menang dari Elizabeth. "Bukan salahku, kan, hei, manusia? Sekarang―"
Katsura, entah sengaja tak mengacuhkan amanto itu atau memang tidak mendengarnya, terus berujar, "Lagipula," Katsura mendekatkan mulutnya dengan (daerah yang kira-kira) telinga Elizabeth, tapi tidak mengecilkan volume suaranya, dan melanjutkan, "Meskipun itu memang salahnya, seorang pecundang sepertinya, sudah pasti tidak mau mengakui kesalahannya sendiri, bukan?"
"Hei! Aku bisa mendengar ucapanmu itu, manusia nista! Dan aku bukan pecundang! Kau dengar! ? Haaaah! ?"
"Diamlah, pendek."
Jleb!
Tanpa Katsura sadari, ia sudah menusuk sebuah pedang ke hati amanto kecil nan pendek itu.
"Aku tidak pendek!" Warna kulit amanto itu menjadi semakin merah. "Dengar, manusia! Kau akan merasakan akibatnya kalau kau mengejekku! Tak ada seorang dan se-amanto pun yang berani mengejekku sebelumnya!" serunya. Di belakangnya, Katsura bisa melihat api yang berkobar.
Katsura mengernyitkan dahinya, bingung. "Aku hanya mengatakan kenyataan, bukan me―Oh…" Dan kemudian, sebuah senyum jahil tersungging di bibir Katsura. Entah kenapa, amanto ini juga mengingatkannya pada Takasugi saat mereka masih kecil.
"Kau memang pendek." Begitulah yang tertulis di papan kayu milik Elizabeth. "Dan kecil."
"Diam, makhluk aneh!"
"Bercerminlah."
"Apa! ?"
"Elizabeth!" Katsura merentangkan tangan kanannya di depan Elizabeth, bermaksud menghentikannya. Lalu, secara perlahan, Katsura berjalan menghampiri amanto kecil itu dan berjongkok di hadapannya. Kemudian, ia membuka mulutnya dengan cukup lebar, dan mengucapkan dua suku kata, "Chi. Bi."
Chibi. Kecil. Pendek.
Dan Katsura melihat sebuah ledakan bom di belakang amanto itu.
"Kurang ajar!" Amanto itu berteriak, suaranya terdengar nge-bass, bukan cempreng lagi. "Akan kubuat kau merasakan akibatnya karena berani mengejekku, manusia!"
Katsura berdiri kembali, melipat kedua tangannya di depan dadanya. "Mau bagaimana lagi? Kau memang pendek dan kecil. Heh." Lalu tertawa kecil (melalui lubang hidungnya), menghinanya.
"Katsura-san tidak akan kalah dari makhluk aneh nan pendek dan kecil sepertimu!" timpal Elizabeth.
"Dan kau tidak bisa kabur dari kenyataan, ochibi-san."
Amanto berantena itu lalu membuka mulutnya yang kecil menjadi amat-sangat lebar, memasukkan tangan kanannya ke dalam mulutnya (Katsura mengernyitkan dahinya saat melihatnya), dan mengeluarkan sebuah tongkat yang dua kali tinggi tubuhnya. "Lihat ini!" serunya kemudian, menunjukkan tongkat itu dengan penuh rasa bangga kepada Katsura dan Elizabeth.
"Oooh!" Kedua mata Katsura berbinar tiba-tiba, tampak bersemangat. "H-hei, bagaimana caranya kau mengeluarkan tongkat yang lebih tinggi daripada tubuhmu itu?" Ia berjongkok, lalu bertanya lagi, "Apa kau sebuah robot? Robot kucing? Apa kau datang dari masa depan?" tanyanya bertubi-tubi, benar-benar tertarik dan bersemangat.
"Prok prok prok!"
"Dan apa mulutmu itu kantong ajaib? ― Maksudku, mulut ajaib? Mulut ajaib empat dimensi kah?"
"Kereeen!"
Amanto itu, masih berada di posisi menunjukkan-tongkat-dengan-bangga, sweatdropped. 'Manusia ini benar-benar bodoh, ya…' pikirnya. Dengan cekatan, ia mengarahkan tongkat yang berbentuk seperti tongkat ala mahou-shōjo itu ke arah Katsura.
Katsura menghindar ke belakang, agak kaget dengan 'serangan dadakan' si ochibi-san. "Uwaah! ― Kau marah? Aku memujimu barusan, loh!"
"Diam." Amanto itu memejamkan kedua matanya, mulutnya tampak berkomat-kamit mengucapkan suatu mantra seperti dukun. "Inilah akibatnya kalau kau berani mengejekku yang tampan ini!" Secara tiba-tiba, ia membuka kembali kedua matanya, mengucapkan satu kata terakhir sambil mengayunkan tongkat ajaibnya ke arah Katsura. "Berubah!"
Poff!
"U-uwaa―! A-apa yang―"
"!"
Seketika itu juga, kepulan asap berwarna hijau mengelilingi Katsura. Amanto itu memasukkan kembali tongkatnya ke dalam mulutnya dan tertawa puas. "Rasakan akibatnya―" Lalu membalikkan tubuhnya. "―dan selamat tinggal!" Dan kemudian, ia langsung tancap gas, masih sambil tertawa. "Ahahahaha! Au revoir, humain!"
"Katsura-san!"
Elizabeth langsung menghampiri Katsura begitu asapnya mulai menipis. Sambil mengangkat papan bertuliskan "Katsura-san!", makhluk putih besar itu menengok ke sekelilingnya, mencari sosok majikannya tercinta. "Katsura-san!"
Srek
Begitu merasakan sebuah tarikan kecil di bagian bawah tubuhnya (kostumnya), alien bebek-penguin itu menundukkan kepalanya, dan mendapati seorang anak kecil yang sedang menatapnya sambil terus memegang bagian ujung bawah tubuhnya (kostumnya).
"Elijabeth!" Saat Elizabeth menoleh padanya, anak itu tersenyum senang dan kemudian memeluknya. "Cyukurlah kalau kau celamat!"
"Eh? Ka-Katsura-san…?"
Anak itu mengangguk. "T-tapi…" Anak itu melepaskan pelukannya dari Elizabeth, lalu mendongak menatapnya sekali lagi, dan bertanya, "Kenapa kau jadi becar cekali, Elijabeth? ― Dan kenapa aku jadi cadel begini?"
Saat itu, hal yang Elizabeth sadari adalah bahwa Katsura-san berubah (dikutuk) menjadi anak kecil.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Elizabeth langsung menggendong Katsura dan membawanya ke Yorozuya Gin-chan.
-End of Elizabeth's Flashback-
"Jadi, begitulah…"
Trio Yorozuya dan Sadaharu diam, menatap Katsura dengan amat-sangat datar.
"Zura bodoh, aru…" ujar Kagura.
"Guk!" timpal Sadaharu.
"Itu salah Katsura-san sendiri, kan…" sahut Shinpachi.
"Kau benar-benar bodoh. ― Berat wig di kepalamu itu pasti sudah menghancurkan otakmu yang kecil itu," ucap Gintoki sambil mengorek hidungnya lagi. "Itu salahmu sendiri, kan? ― Ck, apa kau nggak bisa menjadi lebih bodoh lagi, aa, Kachura-kun?"
Katsura melipat kedua tangannya di depan dadanya. "Bukan Kachura, tapi Kachura."
"Terdengar sama saja bagiku."
"Karena itu, Yorozuya-san," Elizabeth mengangkat papannya. "Tolong bantu agar Katsura-san bisa kembali ke wujud tubuh aslinya!"
-Tsudzuku-
KACHURA-CHAMAAAAAA, CELAMAT ULANG TAHUUUUUUN 8D #dhuar
Ah, nggak terasa, ya, sudah satu tahun saya kerja di fandom Gintama TwT #pentingamet
Ini sebenernya oneshot, tapi karena saya keenakan ngetik, jadinya panjang banget. Akhirnya, saya bagi jadi 3 chapter, deh OTZ
Mungkin saya bakal update tanggal 10 Juli, soalnya saya bakal pisah dari Kompu-chan sampai tanggal 9 Juli TwT #curcol
Sekali lagi, selamat ulang tahun buat Zu―Katsura~
~Seiryuu Kasane
