Disclaimer : I own nothing. Suju and all

chara belong to their self and God.

Cerita ini terinspirasi dari Manhwa yang

judulnya Idol Love Story. Ingat hanya

terinspirasi!

Main chara : Lee Sungmin

Cho Kyuhyun

Lee Donghae

Warning : AU, typo(s), etc. So, don't

like, don't read!

.

.

.

Prolog

'Saya sangat berterimakasih atas donasi

nyonya untuk sekolah kami.'

Terlihat seorang wanita cukup berumur yang

menggunakan setelan baju mewah merk terkenal

sedang berbincang dengan seseorang di

telepon.

'Jangan sungkan Tuan Park, justru saya yang

harus berterima kasih karna sekolah Tuan telah

menerima kedua anak kami. Orang tua mana yang

tidak bangga jika anaknya bersekolah di

sekolah sebagus Shinki High School kan..

Hahaa..'

Wanita itu tertawa renyah. Sungguh anggun

dengan senyum menawannya. Tampak jika usia

tidak mampu menutupi kecantikan dan karisma

yang ada pada dirinya.

'Jangan terlalu melebihkan Nyonya Lee, Justru

sekolah kami yang seharusnya bangga bisa

menerima kedua putra Nyonya. Saya tahu

Nyonya sangatlah sibuk, tapi sesekali

datanglah ke Shinki High School untuk melihat –

lihat.'

Sangat sibuk? Sepertinya kata itu tidaklah

berlebihan.

'Oh baiklah, jika saya ada waktu, saya pasti

akan berkunjung ke Shinki High School. Terima

kasih sekali lagi Tuan.'

'Tentu Nyonya.'

PLIIP

Bunyi itu menandakan kalau perbincangan antara

mereka sudah berakhir. Wanita itu menghela

nafas. Tampak sesekali ia memijat pelipisnya.

Senyum menawan yang tadi terpatri dibibirnya

sirna, berganti dengan raut kekesalan.

"Dasar tidak tahu diri. Anak itu benar – benar

menyusahkan..."

DRAP... DRAPP.. DRAPPP...

Terdengar langkah kaki yang berlari menuruni

tangga, tanpa melihat pun wanita itu sudah tahu

siapa yang telah membuat keributan. Lagi – lagi

dia mendengus, tampak muak akan tingkah laku

putra keduanya itu.

"YA! LEE SUNGMIN!" Heechul menjerit sambil

menatap geram nanja yang sekarang tampak

syok akibat hardikan keras dari wanita yang

selama ini dipanggilnya umma itu.

Lee Sungmin, namja super aegyo nan polos itu

tampak terkejut. Wajahnya yang semula

manunjukkan raut ceria kini berubah menjadi

pucat. Jika wanita itu, ummanya yang bernama

Kim Heechul yang setelah menikah dengan

appanya Lee Hangeng, berubah marga menjadi

Lee Heechul berteriak memanggil namanya,

sudah pasti itu merupakan pertanda buruk.

"n..nee umma.." Jawab Sungmin gugup sambil

menggigit bibir bawahnya. Dengan ragu ia

menghampiri Heechul.

Lagi – lagi Lee Heechul memijat pelipisnya yang

agak berdenyut melihat kelakuan putranya itu.

"Berapa kali sudah ku katakan padamu! Jaga

kelakuanmu didalam rumah!" Heechul berteriak

kalap sambil mengacungkan telunjuknya didepan

muka Sungmin.

Sungmin terdiam, kepalanya menunduk, ia sudah

tidak bisa berkata apa – apa. Ini memang bukan

hal baru bagi Sungmin. Dibentak dan dimaki

Heechul bisa dibilang merupakan rutinitasnya

sehari-hari.

"Ini bukan hutan Lee Sungmin, berhentilah

bersikap kam-pu-ngan. Sadarlah, kau itu hanya

anak pungut, harusnya kau bersyukur dan

berterima kasih karna keluarga kami mau

mengangkat gelandangan sepertimu menjadi

bagian dari keluarga Lee yang terhormat. Jadi,

berhentilah membuatku malu!"

Sakit. Sungmin tahu dia bukanlah anak kandung

orang yang selama ini dipanggil umma dan appa.

Dia hanya lah anak yang hidup terlunta – lunta

dipinggir jalan, meminta belas kasihan dari

mobil-mobil mewah yang berlalu-lalang, mengais

makanan dari tempat sampah, hidup tanpa orang

tua, tanpa rumah dan tampa teman. Waktu itu,

Sungmin hanyalah anak kecil yang tidak tahu

apa-apa. Entah kepada siapa dia harus

mengadu akan kesulitan hidup yang mengujinya.

Tapi, cahaya harapan mulai muncul ketika

Sungmin kecil yang waktu itu berumur 6 tahun

bertemu dengan Hangeng, namja yang sekarang

dipanggilnya dengan sebutan appa. Dan sekarang

disinilah dia berada, rumah mewah keluarga

Lee.

"Mianhe.. u.. umma.. hari ini adalah hari pertama

ku ke sekolah. Aku sangat senang karna aku

akan satu sekolah bersama hyung. Ja.. jadi,

aku ingin segera menyusulnya agar dapat

berangkat bersama.." ucap Sungmin lirih.

"Apa katamu?" tanya Heechul sarkatis. Ia

menyeringai sambil tersenyum mengejek kearah

sungmin.

"Apa kau pikir Donghae senang memiliki adik

seperti mu, huh?"

"Apa kau sadar, kalau Donghae sangat muak

dengan keberadaanmu dirumah ini. Sejak

kedatanganmu, Donghae menjadi kehilangan

perhatian appanya. Dan aku benci ketika suamiku

membiarkan anak gelandangan sepertimu

mendapat segalanya sedangkan anak kandungnya

sendiri terabaikan!"

SUNGMIN POV

"Apa kau sadar, kalau Donghae sangat muak

dengan keberadaanmu dirumah ini. Sejak

kedatanganmu, Donghae menjadi kehilangan

perhatian appanya. Dan aku benci ketika suamiku

membiarkan anak gelandangan sepertimu

mendapat segalanya sedangkan anak kandungnya

sendiri terabaikan."

Apa benar yang umma katakan, Hae hyung

membenciku?

Apakah salahku jika aku terlahir sebagai orang

miskin yang tidak mempunyai orang tua dan

menjadi gelandangan?

Apa salah jika aku mengharapkan cinta dan

kasih sayang dari keluarga ini?

Kenapa?

Padahal aku sangat menyayangi keluarga ini, aku

sangat menyayangi appa dan umma, bahkan aku

sangat menyayangi Hae hyung, menyayanginya

lebih dari diriku sendiri. Aku sangat menyayangi

mereka. Rasanya benar-benar sakit ketika orang

yang selama ini kau sayangi dengan seluruh

jiwamu ternyata membencimu, ternyata

mengharapkan kepergianmu dan ternyata tidak

pernah menganggapmu sama sekali. Hatiku

bergetar, rasa ini sungguh menyesakkan dada.

Mataku memanas. Pandanganku mulai mengabur

oleh tumpukan cairan bening, tidak, jangan

sampai aku mengangis. Tahan Sungmin, tahan.

"Mi.. mianhe umma.. hiks.."

Ah sial! Aku sudah tidak bisa menahan

isakanku, pasti umma akan semakin memandang

rendah diriku ketika melihat keadaanku yang

menyedihkan ini. Seorang namja yang menangis.

"Kenapa sekarang kau malah menangis. Apa kau

baru sadar bahwa kau itu tidak berguna, huh!"

"Ujian masuk sekolah saja kau tidak lulus,

sampai-sampai aku harus mengeluarkan uang

untuk bisa memasukkanmu kesekolah itu. Benar-

benar memelukan!"

"Dasar tidak tahu diri!"

Tes.

Air mataku jatuh begitu saja, aku benar-benar

tidak bisa menahannya. Hatiku benar-benar

sakit. Ya, sudah sepantasnya mereka

membenciku. Aku memang tidak berguna.

"Mianhe.. Mianhe.."

.

.

.

TBC

Nb: republish dari awal :)) ditunggu review nya :')))

-HwangNiSung-