Doctor Kim and Captain Jeon
Cast: Kim Mingyu dan Jeon Wonwoo
Other Cast: Find By Your Self
Author: Gyupire
Genre: Romance, Action, Medical
Rate: T
Warning: EYD tidak sesuai, Typo dimana-mana
Chapter 1
~000000000000~
"Pagi sayang.."
"Pagi.."
Kim Mingyu tersenyum. Dia mengecup singkat kening Wonwoo yang melewatinya saat tengah membuat sarapan. JeonWonwoo melanjutkan langkah kakinya menuju kulkas guna mengambil susu dan menuangkannya ke gelas tinggi yang ia bawa.
Kaki-kaki kurusnya kembali melangkah dan menyiapkan secangkir kopi untuk kekasihnya. Mingyu yang sudah selesai menyusul Wonwoo duduk di meja makan mereka.
Wonwoo langsung menyantap sarapannya sedangkan Mingyu membuka koran paginya.
Lelaki manis di sana mengiris daging, roti dan telur setengah matang. Kemudian langsung mengulurkannya kepada lelaki yang masih terpaku pada bacaannya. Mingyu membuka mulut dan menerima suapan dari terkasihnya dengan senang hati.
"Tadi malam kau pergi lagi ya?"
Mingyu mengintip dari korannya. Tersenyum kecil sembari mengangguk.
"Tiba-tiba saja ada panggilan mendadak. Jadi aku langsung pergi.."
Wonwoo mengangguk mengerti dan meminum susunya. Ia melirik jam dan bangkit. Mengambil tasnya di samping Mingyu dan mengecup bibirnya.
"Aku jalan sekarang Gyu,"
"Lebih awal?"
Wonwoo lagi-lagi mengangguk. Membereskan bekas makan mereka dan menaruhnya di bak cuci. Membalikkan badan dan kembali menciumMingyu.
"Ada kasus baru dan aku masih belum bisa memecahkannya, kepalaku pusing tapi ini harus secepatnya selesai."
Kim Mingyu tersenyum. Melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Wonwoo dan mengecup puncak segera merebahkan kepalanya di dada bidang sang kekasih.
"Aku yakin kau bisa, jadi bersemangatlah! Dan sekarang, lepaskan pelukanmu atau kau baru akan bangun lagi tengah hari nanti."
Wonwoo terkekeh. Dia bangkit dari dada Mingyu dan memisahkan diri. Entah di mulai sejak kapan dan karena apa, Wonwoo jadi lebih mudah terlelap di dada Mingyu dalam keadaan apa pun.
Lelaki manis itu tetap melingkarkan tangannya pada leher yang lebih muda. Menarik kepalanya mendekat dan mencium bibirnya dalam.
"Aku mencintaimu dokter Kim."
"Aku jauh lebih mencintaimu, Detektif Jeon."
.
.
.
"Selamat pagi, Jeon."
Lelaki kurus itu tersenyum kecil. Membalas sapaan Kwon Soonyoung dengan pelan dan segera menuju ruangannya. Lelaki manis itu menyiapkan berkas yang ia butuh kan dan menuju ruang penyimpanan alat bukti.
Namanya Jeon Wonwoo. Lelaki muda yang kini bekerja untuk kepolisian Korea Selatan sebagai detektif andalan. Pekerjaannya setiap hari menggali informasi dari kasus-kasus yang berdatangan tanpa henti. Melakukan penyelidikan dari yang aman sampai nyaris kehilangan nyawa sudah pernah ia lakukan. Meski memang masih terlalu dini namun karena pekerjaan yang ia tekuni membuatnya membulatkan tekat untuk menikah muda. Dan pilihan hatinya jatuh pada Kim Mingyu, dokter di salah satu rumah sakit besar di Seoul.
Pertama kali Wonwoo mengenal Mingyu saat mereka masih duduk di bangku senior high. Mereka berpacaran setelah lulus dan berlanjut hingga sekarang.
Kim Mingyu adalah sosok yang luar biasa untuk Wonwoo. Dia tampan, tinggi, mempesona. Sifatnya yang baik dan ramah serta sopan santunnya yang tinggi membuatnya banyak di sukai orang, terutama para orang tua dan anak-anak. Dia pintar. Bisa melakukan apa saja, dari hal-hal kecil seperti membenarkan lampu hingga menyelamatkan nyawa seseorang.
Tugasnya sebagai dokter membuat Mingyu selalu menjaga Wonwoo dengan sangat amat baik dan Wonwoo sangat bersyukur atas itu.
Hubungan mereka juga berjalan lancar tanpa kendala berarti. Awalnya memang agak sulit menyesuaikan jadwal mereka yang bekerja sebagai orang sibuk. Yang benar-benar sibuk tanpa mengenal waktu. Saat akhir pekan, atau Wonwoo sedang lenggang dia akan berkunjung ke rumah sakit Mingyu ataupun kalau lelaki tampan itu pulang lebih cepat, dia akan menjemput Wonwoo dan mereka menghabiskan malam bersama.
Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal satu atap. Membuat keduanya memiliki sedikit lebih banyak waktu untuk bertatap muka. Mereka bertemu saat pagi. Mingyu menyiapkan sarapan dan Wonwoo membuatkan lelaki tampan itu kopi. Lalu mereka berangkat bersama -dulu, sebelum Wonwoo akhirnya membeli mobil- lalu saat malam tiba, berbaring di satu ranjang berbagi kehangatan. Walaupun terkadang, salah satu dari mereka mendapat panggilan mendadak atau tidak pulang hingga dua-tiga hari lamanya.
"Ketua Jeon. Sepertinya sekarang adalah saat yang tepat untuk meringkus para gembong ini. Bukti yang kita dapatkan sudah cukup kuat untuk menahan mereka. KomJen Lee Donghae memerintahkan kita untuk segera bersiap menuju lokasi para tikus-tikus ini bersembunyi."
Wonwoo menganggukkan kepalanya dan dengan sigap langsung menyiapkan diri.
"Di terima. Siapkan pasukan. Kita berangkat sekarang."
.
.
.
"Hai.. selamat pagi manis.."
Kim Mingyu menyapa seorang anak perempuan yang tersipu di ranjangnya melihat senyum tampan sang dokter. Mingyu mendekat dan mengusap surai anak kecil itu dan memeriksa tubuhnya.
"Waahh kau sudah sembuh ya? Asyiknya~ setelah ini kita bisa bermain bersama!"
Anak kecil berusia lima tahun itu bertepuk tangan dan memekik senang. Ia melompat memeluk Mingyu yang sudah siap. Mengusak rambut panjang beraroma strawberry.
Dokter muda itu melepaskan pelukan mereka dan kembali menidurkan JaeHee ke tempat tidurnya. Lalu memandang sepasang suami-istri yang tersenyum melihat kelakuan anaknya.
"Keadaannya semakin membaik. Sepertinya cedera pada kakinya sudah sembuh walaupun masih harus berhati-hati. Tolong jangan biarkan dia untuk berlari-lari dulu, setidaknya setelah dua minggu memang sudah tidak ada lagi keluhan maka kakinya memang sudah sembuh total."
Wanita paruh baya di sana mengusap lengan suaminya. Memandang senang dan haru pada lelaki yang ia cintai itu. Dan tersenyum pada Mingyu sembari menggenggam tangannya.
"Terima kasih dokter.. aku takut sekali kalau kakinya sampai kenapa-kenapa. Tapi syukurlah dia sekarang sudah sembuh, dokter.. terima kasih.."
Kim Mingyu tertawa kecil dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Tidak apa-apa nyonya, aku hanya membantu sedikit saja, semua berkat Tuhan.. aku hanya perantara.."
Lelaki tua, suami nyonya di hadapannya maju dan menepuk bahu Mingyu. "Tetap saja nak, terima kasih sudah menolong puteri kecil kami.."
Mingyu menarik napas panjang dan tersenyum. Membungkuk hormat dan pamit undur diri dari hadapan sepasang suami istri itu. Setelah sebelumnya ia bilang kalau pasien sudah boleh keluar dan mengucapkan selamat sekali lagi untuk kesembuhan putri mereka.
"Dokter Kim! Ada pasien korban kecelakaan! Kondisi kritis!"
Mingyu yang tadinya berjalan santai menyusuri lorong, langsung berlari menuju ruang operasi begitu seorang perawat memanggilnya.
.
.
.
Wonwoo dan anggota kepolisian lain mulai menyiapkan diri. Mulai dari berbagai peralatan yang canggih, senjata yang siap di samping kanan dan kiri mereka, bahkan alat pelindung diri yang juga tidak kalah pentingnya.
Wonwoo memilih menyetir mobilnya sendiri bersama sang sahabat sekaligus partnernya, Soonyoung. Mereka mulai melaju dengan kecepatan yang tidak bisa dikatakan lamban. Namun mereka juga tidak ingin membahayakan pengguna jalan yang lain.
Meski memilik wajah manis, saat sedang melakukan operasi penangkapan Wonwoo adalah atasan yang sangat disegani. Kegesitannya dalam bertindak dan juga strateginya yang selalu tepat sasaran sukses membuat bawahan bahkan atasannya terkagum-kagum. Pemuda itu selalu bertingkah dingin di depan orang lain. Namun akan berbeda jika di hadapan kekasihnya, Mingyu.
Kim Mingyu mulai berlari ke arah depan ruang unit gawat darurat. Mobil ambulance sudah tiba tepat saat ia sampai. Para perawat mulai mengeluarkan pasien yang ternyata seorang gadis remaja. Luka ditubuhnya cukup parah, kepalanya mengeluarkan banyak darah. Mingyu di bantu para perawat lain langsung mendorong ranjang pasien menuju ruang UGD.
Mingyu langsung memasangkan okgsigen untuk pasien tersebut. Kemudian ia memeriksa tanda-tanda vital pada pasien.
"Tanda-tanda vitalnya sangat lemah, pernapasan dan detak jantungnya sudah tidak stabil. Tekanan darah juga menurun drastis. Dokter Lee cepat lakukan CT scan dan dokter Hao tolong siapkan ruang operasi." Tegas Mingyu.
"Baik dokter Kim." Jawab dokter Lee Seokmin dan Dokter Minghao. Kemudian mereka langsung bergegas melakukan perintah dari Mingyu.
Wonwoo masih melaju menuju lokasi tempat para mafia bersarang. Dibelakangnya para polisi bawahannya siap membantu. Saat tiba dilokasi mereka langsung bergerak perlahan namun gesit. Wonwoo, Soonyoung dan beberapa polisi lainnya mulai bergerak untuk masuk ke dalam. Mereka menyiapkan senjata. Polisi yang lain juga bergerak mengepung tempat tersebut.
Penangkapan yang dilakukan kali ini merupakan penangkapan mafia penjual narkoba dengan jangkauan yang lumayan luas. Mereka sudah lama menjadi incaran tim kepolisian. Namun ternyata kelompok penjahat ini selalu punya cara untuk mengelabui polisi. Mereka punya banyak koneksi sehingga memudahkan pergerakan mereka dalam menjual narkoba di Korea dan beberapa negara tetangga lainnya.
Beruntung berkat kegigihan Wonwoo yang juga dibantu Soonyoung akhirnya gerombolan penjahat ini bisa terbongkar. Wonwoo yang diikuti Soonyoung mulai bergerak. Mereka masuk perlahan sambil mengacungkan senjata api. Dirasa tempat sudah aman, mereka mulai melangkah ke ruangan yang tertutup.
"Tidak ada tanda kerusakan di jaringan otak atau tanda pembekuan darah. Namun syaraf pada kaki korban terganggu. Kakinya tidak bisa berfungsi lagi. Ditambah luka yang dialami korban membuat kakinya bisa saja membusuk." Lapor Seokmin pada Mingyu.
"Bagaimana dengan pemeriksaan darahnya?" Tanya Mingyu.
"Golongan darah korban B dengan Rhesus positif. Tingkat pembekuan darahnya juga baik dan tidak ada masalah."
"Siapkan pasien dan bawa ke ruang operasi, minta persetujuan keluarga. Kita harus mengamputasi kakinya. Berikan pengertian kepada keluarganya sehalus mungkin." Perintah Mingyu lagi.
"Baik dokter Kim."
Mingyu langsung bergegas menuju ruang operasi. Saat akan mencuci tangannya tiba-tiba Seokmin memanggilnya.
"Mingyu!"
"Sudah ku bilang panggil aku dokter Kim saat sedang di rumah sakit."
"hehe maaf aku lupa." Jawab Seokmin sambil terkekeh.
"Dasar bodoh. Memangnya ada apa?"
"Orang tuanya tidak setuju anaknya di operasi amputasi."
Mingyu mendesah pelan. "Biar aku yang menemui orang tuanya."
Mingyu langsung menemui orang tua pasien tadi. Dapat Mingyu lihat wajah sedih dari sosok lelaki dan wanita paruh baya di hadapannya. Mingyu langsung mendekati mereka.
"Permisi. Perkenalkan saya dokter Kim. Saya yang akan mengoperasi anak kalian nantinya jika kalian setuju pada operasi ini." Mingyu memperkenalkan dirinya sambil membungkuk.
"Dokter, saya mohon jangan operasi kakinya. Aku tidak ingin ia sedih dan malu nantinya." Ucap wanita tadi.
Mingyu mengajak ibu dari pasiennya tadi untuk duduk kemudian mengelus punggung wanita tadi berusaha menenangkannya.
"Aku tau ini berat untuk kalian. Tetapi jika kita tidak melakukan operasi maka keadaannya akan lebih berbahaya lagi, nyonya dan tuan. Saat operasi dilakukan nanti mungkin awalnya ia akan menangis, namun jika kalian terus mendukungnya maka ia akan tersenyum dengan perlahan. Namun jika kalian membiarkan ia tidak dioperasi pada akhirnya mungkin kalian tidak akan bisa lagi melihat wajah sedih atau senyum manisnya lagi." Ucap Mingyu lembut.
Keduanya terdiam. Benar apa yang dikatakan Mingyu. Jika anak mereka tidak di operasi maka kakinya akan membusuk lalu akan menyebar ke seluruh tubuhnya. Mereka akan kehilangan anak mereka.
"Tolong operasi dia dokter Kim. Kami percaya pada anda."
Wonwoo dan Soounyong sudah berada di depan sebuah pintu raksasa. Mereka yakin para mafia tersebut sedang bersembunyi di dalamnya. Mereka tidak akan menyadari kedatangan polisi karena memang pihak kepolisian bergerak diam-diam.
Wonwoo memberikan kode kepada anak buahnya. Mereka semua bersiap di depan pintu tersebut. Wonwoo mengangguk kepada polisi yang ada di belakangnya. Dua orang polisi langsung mendobrak pintu tersebut. Wonwoo dan yang lainnya langsung bergerak masuk.
Karena tindakan mendadak para polisi, gerombolan mafia tadi langsung mencoba untuk melarikan diri. Namun perang tembakan dan juga baku hantam tidak terelakan karena beberapa anggota mafia juga memiliki senjata.
Mingyu mulai memasuki ruang operasi lengkap dengan pakaian dan juga penutup kepalanya. Salah satu perawat memasangkan sarung tangan steril.
"Tanda-tanda vital pasien stabil. Operasi sudah boleh dilakukan." Ucap salah satu perawat.
Mingyu dibantu dokter Minghao mulai melakukan operasi pada pasien. Tangan Mingyu mulai bergerak dengan lincah. Perlahan ia mulai mengiris lapisan kulit kaki pasien dengan pisau operasi. Operasi amputasi merupakan operasi yang cukup lama memakan waktu. Yang paling susah adalah saat melakukan pemotongan tulang. Saat sedang melakukan pemotongan tiba-tiba monitor menunjukkan tanda-tanda vital pasien yang melemah.
"Dokter tekanan darahnya melemah."
"Lakukan transfusi darah. Sepuluh tetes per menit."
Para perawat mulai melakukan perintah Mingyu. Sedangkan Mingyu dan Minghao terus fokus. Semakin cepat operasi maka akan semakin baik untuk keadaan pasien.
Wonwoo menembak beberapa mafia yang mencoba memberontak. Para mafia beberapa kali mencoba menembaknya namun Wonwoo cukup gesit untuk bergerak. Mendengar kegaduhan dari dalam, polisi yang tadinya berjaga di luar langsung bergerak masuk dan membantu Wonwoo.
Salah satu mafia berhasil memukul Wonwoo tepat di punggungnya. Hal tersebut sukses membuat pria manis itu tersungkur. Pukulannya tidak main-main buktinya Wonwoo kesusahan untuk kembali bangkit. Mafia tersebut mengambil pisaunya dan bersiap menancapkannya di punggung Wonwoo. Tangannya terangkat-
DORR
Beruntung Soonyoung sempat melihat Wonwoo yang terjatuh. Ia langsung menembak mafia tadi membuat sang mafia juga jatuh tersungkur tepat di sebelah Wonwoo. Wonwoo menatap Soounyoung dengan pandangan yang seakan mengatakan "Terima kasih Kwon".
Para mafia berhasil di bekuk. Ada sekitar 15 orang yang ditangkap. Para polisi mulai memasukkan mereka ke dalam mobil tahanan.
Soonyoung membantu Wonwoo untuk berdiri. Ia langsung memapah sahabat sekaligus partnernya itu ke dalam mobil. Kali ini Soonyoung yang menyetir. Mereka mulai meninggalkan lokasi. Masih ada beberapa polisi yang ditugaskan untuk menjaga tempat kejadian tersebut.
"Kekasih tampanmu itu pasti akan marah melihatmu terluka Jeon." Canda Soonyoung.
"Aku selalu punya cara untuk menjinakkannya Kwon." Ucap Wonwoo. Kemudian mereka berdua tertawa.
Wonwoo memejamkan matanya. Ia merindukan kekasih tampannya sekarang. Ia bisa membayangkan wajah khawatir Mingyu jika tau dirinya terluka. Mingyu begitu peduli padanya, Wonwoo tidak tau bagaimana menggambarkan kesempurnaa Mingyu hanya dengan kata-kata. Ia ingin cepat pulang dan memeluk calon pendamping hidupnya itu.
Mingyu berhasil melakukan operasi. Tanda-tanda vital pasien juga sudah stabil. Ia tersenyum, bersyukur kali ini satu nyawa berhasil ia selamatkan. Meski dari raut wajahnya terlihat sekali jika ia kelelahan. Namun baginya nyawa orang lain lebih penting.
Sebelum menjadi dokter ia sudah bersumpah bahwa ia akan menolong dan berusaha untuk menyelamatkan orang lain. Ia tahu kehilangan orang yang dicintai pasti sangat berat. Meski ia belum mengalaminya dan ia berharap tidak akan mengalaminya.
Mingyu mendudukkan dirinya di kursi ruangannya. Memejamkan matanya sejenak. Tiba-tiba ia teringat dengan kekasih manisnya. Ia sangat merindukan pemuda tersebut. Mungkin memeluk dan dipeluk kekasihnya itu adalah kebutuhan yang sangat ia perlukan sekarang.
TBC
FF ini terinspirasi dari parodi Meanie yang mereka jadi dokter sama polisi di salah satu fansign. Sebenarnya idenya sudah lama sekali ada. Jalan cerita murni punya saya sendiri. Awalnya saya minta si BSion yang bikin ff ini saya cuma sumbang ide. Nah yang part awal-awal itu dia yang nulis tetapi tiba-tiba dia lempar lagi kesaya -_- untung jarak saya dan dia jauh berbeda pulau. Kalo dekat sudah saya mutilasi itu anak.
Saya gak terlalu ngerti sama scene detektif atau kepolisian jadi maklum kalo banyak kekurangan. Terus untuk scene dunia medis saya juga minta maaf kalau mengada-ada khususnya buat anak kedokteran. Anggap saja saya lagi menghayal /plak
Saya memang salah satu tenaga medis tetapi saya seringnya nolong persalinan bukan di ruang operasi hehe. Mau cerita sedikit sih pengalaman pas jadi bidan magang. Jadi walaupun bidan, kami juga harus menguasai ilmu keperawatan dasar seperti memasang infus, penyuntikan obat ataupun perawatan luka. Nah saya waktu itu pernah kebagian di ruang operasi. Pernah sih ada operasi mendadak atau CITO. disana saya tau walaupun operasi dadakan tetap harus dilakukan prosedur awal seperti pemeriksaan golongan darah dan berapa lama proses pembekuan darah pasien dan itu kata dokternya yang wajib dan utama diperiksa.
Saya pernah liat operasi amputasi, tumor jinak pada payudara, Caesar, dan saking excitednya melihat saya bahkan pernah kena muncratan darah. Sampe dokternya pada ketawa dan saya malu.
Mohon review ya tetapi yang membangun. Kalau ada kritikan ga masalah tetapi tolong sampaikan dengan halus dan bijaksana. Saya orang yang suka menerima kritikan.
Palembang, 19 Mei 2016
SALAM MEANIE!
