DISCLAIMER : THIS AUTHOR DOESN'T OWN NARUTO AND BOF!

WARNING : AU, OOCness, Kegajean and CRACK PAIRINGS!

Genre : Romance, Drama lebay, Friendship.


"Naruto-kun..." desah seorang gadis dengan sensual.

Pria itu berkedip-kedip sembari memutar pandangannya ke sekeliling ruangan yang remang-remang. Sebagian lampu di sepanjang dindingnya berkelip-kelip seolah telah kelelahan untuk terus-terusan menyala. Karpet merah yang ia pijak tampak kusam dan terdapat beberapa sobekan bahkan lubang kecil pada permukaannya. Ia menelan ludah.

Ia membawa pandangannya kembali ke depan dimana sosok itu berada. Sosok yang baru saja memanggilnya sedang berdiri membelakanginya. Rambut hitamnya terlihat mengkilap karena pancaran sinar oranye hangat dari lampu di kedua sisinya menimpanya. Ia mengenakan baju tidur tipis berwarna putih yang menjuntai hingga lututnya. Naruto menelan ludah.

"Si-siapa kau?"

"Tolong buka bajuku, Naru-kun," bisik sang gadis tanpa menghiraukan pertanyaan Naruto. Ia menaikkan sedikit bahunya untuk mengeluarkan tangannya dari baju tidurnya. Naruto mengerjap.

"Hoi! Hoi! Ja-jangan ma-macam-macam kau! A-apa maumu, hah?" Tanya Naruto yang mulai panik dengan tindakan tiba-tiba dan berani dari sang gadis yang bahkan tidak ia kenal. Gadis itu berhenti, bahunya yang halus kini terlihat jelas oleh Naruto. Pria itu menahan nafas.

"Aku ingin kau membuka bajuku.." bisiknya manja tanpa pernah menoleh pada pria di belakangnya.

"Tu-tujuannya?" Naruto menelan banyak ludahnya. Matanya menyipit-nyipit ketakutan.

"Tolong bukakan.. kumohon, Naruto-kun.." rengeknya seakan gadis itu benar-benar sedang dalam kesulitan.

Setelah mengambil nafas dalam-dalam, Naruto berjalan ke arah sang gadis selangkah demi selangkah. Semakin dekat jaraknya pada gadis itu, jantungnya semakin ingin berhenti berdetak. Ia kembali menelan ludah ketika kedua tangannya menyentuh bahu si gadis.

"K-kau dingin sekali" Naruto sedikit menyeringai.

"Tolong hangatkan aku.." bisik gadis itu sembari menggeliat menggoda di hadapannya. Butir-butir peluh di seluruh tubuh Naruto semakin bertambah, ia mengusap sebagian di keningnya. Nafas pria itu menjadi kencang, Jantungnya meraung-raung kelaparan, otaknya panas ingin meledak saat bayangan-bayangan tidak senonoh melayang-layang dalam pikirannya.

"Si-siapa kau?" bisik Naruto tanpa menggerakkan tangannya dari situ.

Gadis itu hanya tertawa kecil sembari meletakkan tangannya di atas punggung tangan Naruto. Pria itu menyeringai karena tangannya bertambah dingin.

"He-Hei, apa kau mendengarku?"

Tawa gadis itu tidak berhenti malah semakin lama semakin kencang, membuat Naruto sedikit bergidik dan menurunkan kedua tangannya. Setelah puas tertawa, gadis itu pun berhenti.

"Panggil aku Tse-chan, Naruto-kun" ucapnya lembut.

Naruto menghembuskan nafas panjang untuk menenangkan dirinya ketika gadis itu berbalik dengan kepalanya yang tertunduk sehingga wajahnya tertutup oleh rambutnya yang panjang. Pria itu menyipit penasaran.

Naruto hendak menunduk ketika tiba-tiba gadis tersebut mengangkat kepalanya dengan cepat.

"!!!!!!!!"

Wajah yang sangat hancur. Kedua pipinya sudah peyot, bola matanya yang putih melotot lebar ingin melompat, bibirnya seakan ingin jatuh dari wajahnya namun masih bisa dimanyun-manyunkan seperti ingin mencium pria di hadapannya dengan nafsu.

Bola mata Naruto bergoyang-goyang horor, keringatnya semakin deras membanjiri tubuhnya, kedua bibirnya ajojing, lututnya berdisko hebat, dan jantungnya melompat-lompat hebat dalam tubuhnya.

"Set-Set-Set-Set-Setsetsetset-Set! Set! SETAAAAAAAAAAAAAAAAAN !!!"

Menempatkan nyawa diatas segalanya, Naruto mengambil seribu langkah dalam sekejap.

"Ah, Naruto-kuuuuuuuuuuuuun! Matte! Matte Yooooo!"

"UGYAAAAAAAAAA!!"

Pria berambut kuning melompat dari tempat tidurnya dan...

Bruk!

Ia terjatuh dalam posisi tengkurap.

"Adadadaw," Naruto mengusap-usap kepalanya sambil meringis kesakitan, sesaat kemudian ia berhenti dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dinding berwarna krem, meja belajar sederhana, lemari pakaian, sebuah cermin, rak buku plastik, dan beberapa poster. Pria itu menghembuskan nafas panjang sembari mengurut dadanya.

"Itu mimpi... Cuma mimpi Naruto," katanya meyakinkan diri sendiri.

"Onii-chan! Kau ini ribut sekali, ada apa sih?!" seorang bocah menjeblak pintu kamarnya tanpa permisi, jantung Naruto nyaris melompat.

"Konohamaru! Hati-hati jika membuka pintu!" protes Naruto yang masih belum sembuh dari pengaruh mimpi buruknya. Konohamaru hanya mengangkat satu alisnya.

"Apa hari ini kau berencana untuk tidak bersekolah, nii? Kami bertiga sudah setengah mati membangunkanmu tapi kau seperti orang mati saja.. Nenek pikir kau sedang tidak enak badan.."

"....."

Hening sejenak. Naruto menaikkan satu alisnya seraya perlahan berbalik menatap jam dinding bundar di belakangnya.

07.05

"UAPAH!" Naruto buru-buru keluar dari dalam kamarnya tanpa menghiraukan Konohamaru dan menabrak tubuh pendeknya begitu saja.

Bocah itu menggeram sembari merapikan rambut hitamnya, "ONII-CHAN!"

"Aaaah, Hontou ni gomeeeeen", teriak Naruto yang sudah berada di dalam kamar mandi.

"Baka!"

"Konohamaruuu," panggil suara serak seorang wanita, "selesaikan makanmu, nak.."

Konohamaru menghela nafas kemudian berjalan kembali ke ruang makan, "Baik, nek..." ia duduk bersila dan hendak mengambil sumpitnya ketika Naruto keluar dari kamar mandi dengan tubuh basah berbalut handuk. Pria itu secepat kilat berlari kembali ke kamarnya dan membanting pintu.

"SIAL! AKU TERLAMBAAAAAT!" teriaknya heboh.


"Sudah waktunya bagi anda untuk pergi ke sekolah, ojo-sama,", tegur seorang pelayan pria di belakangnya sembari sedikit membungkuk.

Gadis itu mengelap mulutnya dengan serbet hijau tua dan meletakkannya di atas piring lebarnya. Kedua mata indahnya bergerak ke kiri dan kanan. Sekitar lima pelayan wanita tengah berdiri di setiap sisi meja makan dengan sepuluh kursi tersebut.

"Apa hari ini jalan menuju sekolah macet?" tanyanya sambil memandangi kuku jemarinya.

Pelayan pria di belakangnya mengangguk, "Kami sudah memeriksanya dan sudah menyiapkan jalur cepat untuk and-"

"Hari ini aku tidak ingin naik heli, Kabuto..." potong sang gadis dengan nada dingin seraya membenarkan blazer putih terangnya yang dibingkai dengan garis hitam. Pada kantong sebelah kiri atas, terdapat sebuah lambang dengan gambar seekor singa yang tengah mengaum dengan sebuah buku terbuka di belakangnya, di bawahnya terdapat tulisan Raion High School. Sementara di sebelah kanan atas disematkan sebuah lencana emas dengan ukiran tulisan "A Class."

"Ta-tapi, ojo-sa-"

Gadis itu memotong perkataan pelayannya dengan mengangkat satu tangan, "Aku tidak ingin mendengar alasan lain!"

Pelayan bernama Kabuto itu buru-buru membungkuk, "Ba-baik, ojo-sama.."


"Nenek! Aku berangkat dulu, nek!" teriak Naruto dari luar rumah sembari menuntun sepeda hitam bercorak oranye miliknya.

"Matte, Naruto!" Seorang wanita tua bertubuh pendek dan gemuk dengan rambut abu-abu sebahu berlari tergopoh-gopoh keluar rumah menghampiri cucunya.

"Bento-mu, nak.." katanya seraya menyerahkan sebuah kotak makan yang dibungkus serbet pada Naruto.

Naruto tersenyum lebar, "Awww, nenek chiyo.. aku sangat mencintaimu, nek!" katanya cepat sembari sedikit membungkuk untuk mencium pipi neneknya. Sang nenek hanya tersenyum sembari menepuk bahu cucunya yang dibalut blazer hitam. Naruto kemudian memasukkan bentonya ke dalam tas punggung dan menaiki sepedanya.

"Aku berangkat dulu, nek! Ja!" ia melambai sebelum mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi.

"Ittarashai (*)!" nenek balas melambai.


"Apa ada yang anda butuhkan lagi, ojo-sama?"

Gadis itu melirik pelayan pribadinya sejenak, "Tidak ada," jawabnya seraya memakai sabuk pengamannya, "..cepat jalankan.."

"Baik, ojo-sama.."


"Siaaaaaaaaaaal," runtuk Naruto sembari terus mengayuh sepedanya seakan tiada hari esok. Rambut kuningnya yang mencolok berkibar-kibar diterpa angin yang bertiup berlawanan dari arahnya.

"Sumimaseeeen!" teriak Naruto ketika membalap seorang tukang pos bersepeda yang sedari tadi menghalangi jalannya.

"Etetetetet!" sepeda pak tua miring-miring kehilangan keseimbangannya karena bocah itu sedikit menyerempetnya. Naruto sangat berterimakasih karena adanya jalur khusus sepeda yang ada di jalan raya kotanya ini. Setidaknya ia terhindar dari macet. Tapi tetap saja mengayuh sepeda butuh tenaga ekstra.


"Ino belum datang?" tanya gadis berambut pink sembari melirik jam tangannya. Ia bersandar malas pada dinding.

Gadis dengan gaya rambut bercepol dua mengangkat bahunya dan kembali tiduran di atas sofa empuknya, "Mungkin dia bangun telat lagi?"

"Kalaupun dia terlambat, aku akan menghangatkan tehnya lagi," tambah seorang gadis yang keluar dari dalam dapur ruangan minimalis tersebut, diletakkannya baki berisi empat cangkir dan sebuah teko di atas coffee table.

"Ne ne, kau pengertian sekali, Hinata-chan," kata gadis bercepol sembari mengambil cangkir dan menuangkan teh dari dalam teko.

"Hei.. Hei.. beginikah acara sebelum memulai pelajaran?" gadis cantik dengan rambut pink itu tertawa kecil kemudian mengambil secangkir tehnya dan duduk di sofa.

"Ehem.. Ritual, Sakura.." ucap gadis bercepol seraya meminum tehnya perlahan.

"Tidak normal, Tenten.." tambah Sakura yang memutar bola matanya.

"Ritual untuk orang tidak normal.." Hinata memadukan perkataan keduanya seraya menghampiri cermin untuk seluruh badan di sudut ruangan. Ia merapihkan blazer putihnya kemudian menyisir rambut panjangnya.

Tenten dan Sakura terkekeh.

"Orang tidak normal seperti kita, huh?" Sakura menaikkan alis.


Naruto masih berjuang mengebut sepedanya di sepanjang jalan. Dalam hatinya hanya tertera doa agar ia bisa melewati gerbang sekolah yang sebentar lagi akan ditutup. Karena kalau sudah ditutup, oh, tamat sudah riwayatnya mengingat pelajaran pertama hari ini adalah biologi, bisa habis ia dimakan oleh Oro-sensei.

"Uwooooooooogh!" ia menambah kecepatannya lagi hingga rambutnya terlihat ingin lepas dari kepalanya.

Namaku Namikaze Naruto.. teman-temanku memanggilku Naruto, Naru, Nar-Nar dan sebagainya entahlah.

Aku tinggal bersama nenekku, pamanku, dan juga adikku. Ibuku telah lama meninggal semenjak melahirkan adikku, dan ayahku, si brengsek itu pergi entah kemana. Yah, dia lebih tepatnya bukan ayah kandungku.

Saat ini aku bersekolah di sebuah sekolah besar yang diidam-idamkan seluruh remaja di negeri ini. Oh, mungkin aku terlalu berlebihan tapi begitulah kenyataannya.

Beberapa orang siswi berseragam sailor sedang asyik bergosip sembari berjalan di trotoar ketika Naruto melewati mereka.

"Ne ne, bukankah itu siswa Raion!"

"Uwaaah, kawaii desu ne (*)!"

"Sou sou!"

Naruto mau tak mau mendengar seruan dari para gadis imut tersebut. Ia meringis dengan wajahnya yang merah, menahan dirinya untuk berteriak-teriak norak sambil menahan sepedanya yang mulai oleng.

Kau akan merasa terhormat ketika mengenakan seragam ini. Blazer berwarna hitam dengan bingkai garis putih disertai dengan lambang singa di sisi kirinya. Raion High School. Sebuah sekolah luar biasa mahal yang keseluruhan siswa dan siswinya adalah orang-orang terpilih.

Naruto melepas satu genggamannya dari stang sepeda untuk membenarkan posisi lencana silvernya yang berada di sebelah kanan blazer. Terdapat ukiran tulisan "SC Class" pada benda tersebut.

Jika kau mendapatkan beasiswa untuk bersekolah disini, maka kau akan masuk ke dalam Scholarship Class seperti ku.


"Skak mat,"

"Kalau kau bergerak seperti itu maka kau sendiri yang akan mati, Shino..."

"Sial, kapan aku bisa menang melawanmu, Shikamaru.."

Shino kembali mengelus dagunya dengan mata terfokus pada papan catur di hadapannya. Kedua siswa tersebut mengenakan lencana silver yang sama. SP Class.

Jika hasil test IQ mu ketika mengikuti ujian penyaringan Raion di atas rata-rata, maka kau akan masuk ke dalam Special Class.


"Hmm.. kira-kira pemecahan soalnya seperti ini," kata gadis itu seraya mencorat-coret kertas di mejanya.

"Tunggu sebentar, tapi ini harus menggunakan rumus yang ini.."

"Aku yakin yang ini.."

"Bukan, pasti yang ini.."

Para gadis itu menjadi ribut sendiri dengan membela pendapat masing-masing. Lencana silver yang mereka kenakan bertuliskan "AL Class."

Ada pula kelas percepatan, yaitu Acceleration Class.



"Oooooi! Aku mendapat foto terbaru!" teriak seorang siswa pada teman-teman sekelasnya ketika ia berada di depan pintu kelas sembari mengangkat laptop kecilnya.

"Heee? Benarkah?" sahut mereka dan buru-buru mengerubunginya.

"Apa kau memotretnya saat ia memakai bikini two pieces? Atau keempat-empatnya?"

"Ne ne! Aku ingin Haruno!"

"Hyuuga Hyuuga!"

"Kau punya Maito yang terbaru kan?"

"Aku ingin membeli semua koleksi Yamanaka milikmu!"

"Hop!" siswa berkacamata tersebut mengangkat satu tangannya, "Tenang semuanya, hasil kerja kerasku kali ini akan memuaskan kalian semua!"

"Yoooooooosh!" seru semua siswa di kelas mereka dengan semangat perang sementara para siswi sibuk sendiri dengan gosip hangat mereka.

"Heee? Nani? Presiden kelas kita ditolak?" siswi berambut hijau kebiruan bernama Mika membelakak kaget.

"Hmm.." Yuzuru mengangguk seraya memelintir ujung rambutnya yang hitam nan panjang.

"Yah, kasihan sekali dia.." Mika menggeleng sedih.

"Sudah kubilang kan, kalau tidak selevel maka jawabannya adalah tidak," sambung gadis yang sedang membuka-buka buku catatannya di sebelah Mika.

"Benar," tambah Yui yang duduk di depannya.

"Tapi mana ada yang selevel dengan mereka.." seloroh Mika sembari menautkan alisnya.

Seluruh siswa kelas tersebut mengenakan lencana bronze yang sama yaitu, G Class.

Dan jika kau lulus ujian penyaringan Raion dengan normal dan mampu membayar biayanya yang sangat mahal itu, maka kau akan masuk ke dalam General Class.


Namun ada satu hal yang kurang aku mengerti dari sekolah ini.

Gadis itu mengambil cell phonenya dari dalam saku untuk memanggil seseorang. Dilihatnya pemandangan di luar kaca. Terlihat jalan-jalan Kota Konoha yang sangat kecil dipadati dengan berbagai macam kendaraan. Awan-awan putih sedikit menutupi pemandangan di bawah sana.

"Moshi-Moshi.. Ne, aku tidak ingin masuk sendiri.."

Mengenai keberadaan sebuah kelas yang tidak umum.


"Guys, let's go down to the runway," kata Sakura seraya memasukkan cellphonenya ke dalam saku.

"Astagaaa, aku sudah nyaman disini.." keluh Tenten yang masih tiduran di atas sofa enggan membuka matanya.

"Ayo, Ten-chan.." ajak Hinata seraya menarik tangan Tenten.

"Kau ingin mereka kecewa karena kehadiran MS4 yang tidak lengkap?" Sakura mengedipkan satu matanya dan tersenyum nakal sementara yang lain menyeringai geli.

Menurutku kurang normal karena jumlah siswanya hanya empat orang.



"Mereka datang! Mereka datang!" seru seorang siswa di koridor sekolah dimana banyak siswa dan siswi sedang berlalu-lalang. Sebagian besar dari mereka buru-buru berlari menuju ke balkon belakang gedung sekolah diiringi dengan riuh. Dalam sekejap, balkon gedung megah dengan lima tingkat itu terlihat penuh oleh siswa Raion dengan seragam hitam putih mereka. Mulai dari balkon tingkat satu hingga tingkat keempat.

Hampir dari seluruh siswa di sekolah kami mengelu-elukan mereka secara berlebihan, entah mengapa.. aku dengar mereka berasal dari golongan borjuis yang bahkan mampu membeli sebuah pulau.

Jauh ke belakang gedung tersebut terhampar sebuah landasan untuk pesawat kecil dan sebuah hanggar di ujung gedung. Tak lama kemudian, dari dalam hanggar tersebut keluar tiga orang siswi yang mengenakan blazer berwarna putih.

Seolah telah menunggu jatah air bersih selama ratusan tahun. Seluruh siswa-siswi Raion pun berseru heboh menyambut kehadiran tiga gadis tersebut.

Seragam mereka pun berbeda dengan kami yang mengenakan hitam-putih. Mereka mengenakan putih-hitam. Bahkan ada yang mengatakan bahwa keseluruhan lantai lima adalah wilayah mereka, bukan.. mungkin seluruh sekolah ini.

Seruan mereka bertambah heboh ketika sebuah pesawat kecil datang menghampiri landasan di hadapan mereka. Terdapat tulisan besar "Raion" di badan pesawat tersebut. Suara bisingnya nyaris tertutupi dengan riuh mereka yang menyerupai supporter sepak bola di Manchester.

"Himeeeeee!"

Aku sama sekali tidak peduli karena rasanya tidak begitu penting bagiku.


Sang gadis mendengus bosan saat melihat pemandangan di luar sana. Hampir seluruh siswa Raion berdiri di setiap balkon gedung sekolah terkecuali lantai lima. Ia memutar bola matanya.

"Orang-orang aneh.."

Hanya saja yang ku tau..

"Kita sudah sampai, ojo-sama," Kabuto membungkuk pada nona mudanya.

"Aku tau, Kabuto.." jawab sang nona muda seraya melepas sabuk pengamannya, ia merapikan blazernya sejenak kemudian mengambil tasnya dari tangan Kabuto.

Pelayan yang lain kemudian membukakan pintu.

"Semoga hari anda menyenangkan, ojo-sama.." ucap Kabuto.

"Hmm, Arigato.." jawab sang nona datar.

Gadis itu menghela nafas seraya mengibaskan poninya yang menggantung di depan wajahnya.

..salah satu diantara mereka adalah putri pemilik sekolah besar ini.


Satu kaki melangkah keluar dari dalam pesawat diikuti kaki yang lainnya, sosok tersebut menuruni tangga putih yang menyamai warna pesawat tersebut.

Sang gadis turun dari pesawat sembari mengedarkan pandangannya pada gedung megah bergaya victorian di hadapannya, mengacuhkan para pemakai blazer hitam yang sedang melambai-lambai menyambut kedatangannya. Terdapat dua patung singa tengah mengaum yang ditopang menara tinggi pada sisi kiri dan kanan gedung tersebut.

Rambut pirangnya berkibar-kibar diterpa angin kencang yang dihembuskan baling-baling pesawat jenis Fokker F-50 tersebut di sekitar landasan. Matanya beralih pada hanggar ketika tiga gadis berseragam sama tengah berjalan menghampirinya seraya melambaikan tangan.

Gadis itu tersenyum lebar seraya berlari menghampiri dan memeluk mereka satu persatu.

"Ohayo, Ino-chan.." sambut Hinata yang dipeluk erat olehnya.

"Ohayo, Hina-chan.."

"Kau kesiangan lagi, huh?" tanya Sakura sedikit memiringkan kepalanya.

Gadis itu memutar bola matanya malas, "Tidak perlu ditanya.. aku mimpi buruk semalam," jawab Ino.

"Hoooo... kau mimpi dilamar duda kumuh lagi?" Tenten menaikkan satu alisnya penasaran sementara Hinata menahan tawanya. Mereka berempat berjalan kembali menuju hanggar yang letaknya tidak begitu jauh dari landasan. Ino menggeleng pelan, wajahnya menjadi pucat ketika mencoba mengingat mimpinya semalam.

"Si-siluman kucing.. di-dia ingin membuka bajuku.." ungkapnya seraya memeluk tubuhnya sendiri dengan ekspresi horor.

Tawa Tenten dan Sakura meledak membuat Ino memicing.

"Tidak lucu, bodoooh! A-aku benar-benar takut! Wajahnya seram sekali!"

"Yare yare.. ceritakan di dalam saja, Ino-chan.. lagipula sebentar lagi pelajaran kita akan dimulai.." Hinata menepuk bahu Ino yang hanya mengangguk lemah.

"Ne ne.. mungkin ini karma karena kau telah menolak ajakan kencan presiden dari G Class.." sindir Tenten santai.

"Urusei! Lagi pula mana mungkin aku berkencan dengan orang seperti itu!" sanggah Ino seraya mencibir.

"Hontou? Bukankah yang seperti itu tipemu? Kaya tapi cup-"

"Hentikan!" sahut Ino yang refleks menutup mulut Tenten.

"Hoi hoi.. kalian berisik sekali.."

Keempat siswi tersebut kembali masuk ke dalam hanggar. Pada bagian kanan blazer mereka tertanam lencana yang serupa. Lencana kecil berbahan emas dengan ukiran tulisan "A Class."

Nama kelas itu... Aristocrat Class...

XXXXXXX

Girls Over Flowers

-

A Fanfiction by

Hey Dhee

-

-

Inspired by

Boys Over Flowers

School Rumble

Toradora!

K-On

Cool Fanarts

Other Anime

-

-

Starring :

-Uzumaki Naruto as Namikaze Naruto-

-Yamanaka Ino as Yamanaka Ino-

-Haruno Sakura as Haruno Sakura-

-Hyuuga Hinata as Hyuuga Hinata-

-Tenten as Maito Tenten-

Enjoy!

XXXXXXX

Episode 1 :

Mary-Sue 4

XXXXXXX

Seorang security guard berjalan keluar dari dalam posnya untuk mengecek keadaan di luar gerbang sekolah.

"Sudah pukul 07.15 waktunya ditutup.."

Setelah memastikan tidak ada yang datang lagi, ia kembali masuk ke dalam posnya seraya menekan beberapa tombol yang terdapat di dindingnya.

"Password Accepted"

Grak Grak

Dua pagar hitam besar nan tinggi bergerak perlahan dari arah yang berlawanan, hendak menutup jalan masuk ke dalam.

"Huwoooooooooooooogh! Matte! Matte!"

Sang security menaikkan alis bingung kemudian buru-buru keluar dari posnya untuk memastikan teriakan tersebut. Di ujung sana dilihatnya seorang siswa tengah mengayuh sepedanya mati-matian.

"Oooi! Baka! Hentikan! Kau sudah terlambat!" teriak si security yang diacuhkan oleh siswa tersebut. Blazernya nyaris terbang ke langit saking berlebihannya kecepatan ia mengayuh semetara kedua pagar masih berjalan untuk bertemu.

Tiga..

"Haaaaaaaaaaaaaaaagh!"

Dua..

"Bakayaro! Kau bisa mati terjepit nanti! Menyingkir!"

"Uruseeei! Minggir! Minggir, HOOOI!!"

Wuuuuuushhhh!

Satu..

"Hu- Huwoooooh!" mata sang security membelalak ingin keluar ketika sepeda tersebut melompat melewatinya dalam sekejap mata, nyaris menghantam kepalanya.

Bruk!

Sang security guard terduduk lemas dan pagar menutup dengan sempurna.


"Haaaah," Naruto membanting kepalanya ke atas meja dengan lelah ketika bel istirahat berbunyi. Teman-teman sekelasnya tampak bersemangat berlari keluar kelas.

"Oi kau, apa semuanya baik-baik saja, Naruto?" seseorang menyenggol kepalanya dengan siku. Naruto hanya mengangkat satu tangannya.

"Haaa, aku baik-baik saja, Kiba.."

"Kau tidak ingin ke kantin? Ada Lee, Chouji, Shikamaru, Shino dan Kankuro disana," kata Kiba sembari meletakkan tas laptopnya di meja Naruto.

Naruto mengangkat kepalanya kembali dan menggerak-gerakkannya, "Haah, baiklah.. rasanya bosan juga kalau sendirian saja di kelas.." ia kemudian mengambil kotak bento dari dalam tasnya, "Let's go.."


"Hei, Hei.. coba lihat apa ini.." ucap Sakura yang baru masuk ke dalam ruangan sembari menutup pintu. Ia tersenyum sinis dan melempar sebuah gumpalan kertas yang ia pegang pada Tenten.

Tenten yang sedang tiduran di sofa membuka gumpalan tersebut dan membacanya, senyum sinis yang sama tergambar di wajahnya, "Waw waw waw, dia benar-benar cari mati rupanya... darimana kau mendapatkannya?"

"Well, seseorang yang dapat dipercaya memberikannya padaku.." jawab Sakura bangga.

Hinata merebut kertas tersebut dari tangan Tenten kemudian membacanya, ia memutar bola matanya, "Anak itu lagi, bukankah ia sudah mendapat peringatan sebelumnya.." kemudian mengopernya pada Ino yang tengah asyik berbaring di depan televisi sambil membaca majalahnya.

Gadis itu hanya mengernyit kemudian membaca kertas tersebut.

Sakura

Hinata

Ino

Tenten

S-H-I-T

MS4 = S-H-I-T!

SHIT = Feses!

Feses = Disgusting

MS4 = Disgusting!

Utterly Disgusting!

Terlihat banyak gambar kotoran hewan yang menghiasi tulisan hinaan itu. Ino menggeram sembari meremas-remas kertas tersebut dan melemparnya ke tempat sampah.

"Brengsek!" ia memaki sembari bangkit dari tidurnya. Wajahnya kini merah dengan amarah, kedua alisnya bertaut, dan satu tangannya mengepal.

"Saatnya mengeluarkan peringatan terakhir, huh?" tanya Sakura yang kini sedang bersandar pada dinding sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Ia menaikkan satu alisnya, senyum sinisnya masih belum pudar malah semakin menjadi.

Ino berjalan mendekati jendela besar di ruangan tersebut, memandang halaman luas yang terhampar di bawah sana dengan banyak siswa Raion yang beraktivitas di sekitarnya. Sejenak gadis itu memejamkan matanya untuk memikirkan sesuatu.

"Haaah... Ahahahahaha!" Ino tiba-tiba terbahak.

Tenten buru-buru bangun dari tidurnya dan mengambil posisi duduk dengan kaki bersila, ia tersenyum lebar, terlihat antusias menunggu keputusan dari sang leader sementara Hinata mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dari dalam saku blazernya dan mengibaskannya.

Ino kemudian berpaling pada tiga sobatnya, "Habisi dia!"


General Class

Class I B

Seorang gadis berjalan lenggang memasuki kelas yang sudah dipenuhi oleh teman-teman sekelasnya. Guru yang akan mengajar mereka belum datang rupanya. Ia hendak duduk di kursinya ketika seseorang mencolek bahunya dari belakang.

"Matsuri-chan, ini catatanmu aku kembalikan.. domo arigato," seorang siswi berkacamata menyerahkan sebuah buku padanya.

"Sama-sama, Fuyu-chan" jawab Matsuri sembari mengedipkan satu matanya. Gadis itu menarik tasnya dari atas meja ke pangkuannya untuk memasukkan buku tersebut. Gerakannya terhenti ketika menyadari ada sesuatu yang salah pada permukaan mejanya.

Seisi kelas mendadak diam ketika ikut menyadari hal tersebut sementara bola mata Matsuri kian membesar ketakutan.

"Ma-Matsuri-chan..."

"Kau.."

Sebuah kartu berwarna hitam merekat pada permukaan meja siswi tersebut. Pada kartu tersebut terdapat tanda silang merah besar dan tertulis..

YOU

DIE!

MS4


To Be Continued...


Author sangat menerima review dan flame

Hontou ni Arigato


(*)

Kawaii desu ne! = Imut ya!

Ittarashai = take care