"Selamat atas pernikahannya Naruko, Sasuke." Sungguh, lidahku terasa kaku saat aku mengatakan selamat kepada adik kembarku ini. Ada perasaan tidak rela di dalam hatiku. Entah kenapa dadaku terasa sakit melihat kedua orang ini bahagia.

"Sama-sama Kak Naruto. Aku bahagia kau datang kemari."

Ingin sekali aku menculik Naruko, dan membawanya ke sebuah desa terpencil jauh dari hiruk pikuk kota, dan membuat kehidupan disana. Tapi aku tidak mau membuat kedua orang tuaku kecewa, atau Naruko yang akan membenciku setelah aku menculiknya.

Aku mencoba untuk tersenyum, walaupun senyumku terlihat menyedihkan. Aku mencoba untuk menerima pernikahan mereka. Ini hari yang bahagia bagi adikku, dan aku tidak mau membuat kehancuran di sana.

"Selamat untukmu Sasuke, aku berharap kau menjaganya selalu."

Sasuke mengangguk mengerti, dia tersenyum tipis kepadaku. "Ya, aku akan menjaganya selalu, Kakak ipar."

"Aku tidak akan memaafkanmu jika kau menyakiti adikku." Itulah kalimat terakhir yang aku ucapkan, sebelum pada akhirnya aku di tembak oleh seseorang dari lantai atas.

Tubuhku terjatuh, suara teriakan menggema di aula gereja ini. Naruko langsung menghampiriku, dan membaringkan tubuhku di atas pahanya. Dia menatapku sedih, air matanya terus membanjiri seluruh wajahnya.

"Kak! Kakak! Jangan mati! Bertahanlah!"

Dia terus memanggilku, namun aku membalasnya dengan senyuman lemah. Tanganku bergerak untuk menyentuh pipi putihnya. "Hey, jangan menangis, Imouto ... Kakak akan terus mengawasimu dari tempat yang berbeda ... kakak mencintaimu."

Setelahnya, aku tertidur untuk waktu yang lama.

.

..

.

Aku terbangun dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhku. Napasku terengah-engah seperti seseorang yang berlari marathor puluhan kilometer.

"Sial, mimpi yang sangat buruk."

"Unngghh... Kak Naruto?"

Aku menoleh kesamping, di sana telihat Naruko yang mulai membuka matanya. Tubuh telanjangnya membuat darahku berdesir kencang. "Ini masih malam, kamu kembali tidur saja."

"Apanya? Ini sudah jam 6 pagi. Menma juga pasti ada di kamar mandi."

Aku menatap ke arah jam weker yang menunjukkan pukul 6 pagi. "Astaga...maafkan aku, Naruko-chan."

Naruko tersenyum manis, kemudian mencium bibirku dengan lembut. "Selamat pagi, Kakak." Dia menatap diriku dengan wajah yang merah merona. "Aku akan membuatkan sarapan untuk kita. Kakak lebih baik mandi terlebih dahulu."

Aku mengangguk, dia kemudian beranjak dari ranjang, lalu mengambil pakaiannya yang berserakan di atas lantai. Aku tersenyum sembari menatap punggungnya yang terus menjauh. Untung, mimpi itu tidak menjadi kenyataan, aku sangat senang jika Naruko mencintaiku, bukan mencintai Sasuke.

Well, mungkin dosa ini akan terus aku tampung hingga kematian menjemput diriku.

Ini dosa terindah dalam hidupku.

Naruto by Masashi Kishimoto

.

..

...

Nightmare

...

..

Mengambil Ending dari fict milik Wonder Stella.