Ketiga siswa itu berdiam diri, tidak ada yang berniat untuk memecahkan keheningan yang sudah terjadi selama hampir setengah jam itu. Hanya helaan nafas berat yang keluar dari salah satu siswa disana. Surai hitamnya jatuh menutupi dahinya, dibagian kiri wajahnya terdapat tiga bintik indah yang menambah kesan manis padanya. Sayangnya, paras manis itu sedang tertunduk lesu melihat teman kesayangannya yang sedang berada dalam situasi sulit. Siswa lainnya yang mempunyai postur sedikit lebih tinggi dari siwa sebelumnya juga hanya bisa menatap kasihan pada teman di hadapannya.
"Jonghyun, aku tau ini sulit tetapi ini sudah keputusan akhir dari kepla sekolah" akhirnya siswa bermata kucing itu angkat bicara. Sang lawan bicara hanya bisa terkekeh, walaupun dua temannya itu tahu bahwa dia sedang bersedih.
"aku tahu Minhyun, aku tahu selama ini kalian berdua sudah sangat membantuku mempertahankan eskul ini" karena itu memang kenyataanya, Jonghyunlah yang selama ini sudah merepotkan dua sahabatnya yang sekarang sedang menjabat sebagai anggota osis. Sebenarnya, sudah dari tahun lalu eskul yang sedang dia pertahankan dengan mati-matian ini mau dibubarkan. Alasannya, tentu karena kurangnya peminat yang masuk eskul seni dari tahun ke tahun. Jonghyun tidak tahu kenapa, karena menurut cerita turun temurun yang ia dengar dari keluarganya yang kebetulan merupakan alumni dari sekolahnya sekarang, eskul senilah yang paling populer dikalangan murid pada saat itu.
Maka pada saat Jonghyun melangkahkan diri masuk dengan angan-angan yang besar, dihadapi dengan kenyataan dimana eskul seni sedang diambang kehancuran. Hanya tersisa beberapa kakak kelas tingkat dua yang mengurus, tidak pernah mengadakan latihan, dan tidak diberikan dana. Tidak adanya dana tentu tidak menjadi masalah, semua siswa maupun siswi sekolah ini merupakan orang yang terpandang, banyak dari mereka yang berkecukupan bahkan berlimpah harta. Termaksud jonghyun. Tetapi pandangan para murid terhadap eskul seni makin memburuk. Banyak yang beranggapan anggota eskul seni adalah anak yang malas belajar, nakal, bertindak semaunya, dan hal-hal buruk lainnya. Yang menyebabkan para walipun melarang anaknya untuk mengikuti eskul seni dan memilih untuk mengikuti eskul seperti berkuda, golf, tenis, sains dan yang lainnya.
"ah atau begini saja!" siswa dengan papan nama Ong Seongwoo mengagetkan Minhyun dan Jonghyun yang sedang tenggelam dengan pikirannya masing-masing. "minhyun, kita minta kepada kepala sekolah. kita akan membubarkan eskul seni jika mereka tidak mendapat juara di festival sekolah nanti" kedua temannya melebarkan mata mereka, bedanya jonghyun menatap seongwoo dengan penuh harap, dan minhyun yang menatap seongwoo seakan-akan ingin menelannya hidup-hidup.
"yang benar aja, jangankan mendapat juara mendapat anggota aja ngga bisa" mendengar apa yang dikatakan minhyun, jonghyun kembali terduduk lesu. "siapa bilang sih ngga bisa dapet anggota, tahun ajaran baru kan berarti ada murid baru juga dong" senyum jonghyun kembali merekah mendengar sanggahan seongwoo, sedangkan minhyun mengutuki dirinya sendiri yang lupa bahwa hari senin mereka akan menjadi kakak kelas, yang berarti akan mempunyai adik kelas.
"itu berarti, kita harus mati-matian mencari anggota pada saat perkenalan eskul nanti" seongwoo dan jonghyun mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan minhyun. "aku akan mempertaruhkan semuanya, tahun ini adalah tahun kita aktif untuk terakhir kalinya setelah tingkat tiga kita akan fokus pada ujian perguruan tinggi" seongwoo dan minhyun setuju dengan pendapat jonghyun. Nanti pada saat mereka tingkat tiga, semua kegiatan diluar pembelajaran akan dihentikan. Maka dari itu, pada tingkat dua inilah masa-masa dimana mereka dapat menikmati sisa kehidupan sekolah mereka.
"baiklah, hari ini juga aku akan memberitahu kepala sekolah dan kau seongwoo" seongwoo yang sudah siap-siap melangkah pergi berbalik karena ulah minhyun "beritahu pada anggota lain bahwa rapat tentang perkenalan eskul akan dimulai hari senin sesudah pulang sekolah hari pertama, ingatkan pada mereka bahwa tidak ada waktu untuk bersantai" yang diperintah hanya mengangguk-angguk lucu seperti anak anjing. Jonghyun hanya bisa tertawa melihat mereka berdua.
Hari pertama tahun ajaran baru dimulai, ada yang bersemangat, ketakutan, cemas, semua tergantung kepada pribadi masing-masing. Seperti yang terlihat pada siswa baru yang bertuliskan lee daehwi di dekat saku jasnya. "ya! Woojin, donghyun, youngmin sinii" melambai sambil meloncat-loncat kecil, memang badannya yang mungil menyulitkan teman-temannya untuk mencarinya di tengah kerumunan murid lainnya. Jangan tanya keadaan temannya saat itu, kedua temannya khususnya yang paling tinggi dan yang besurai warna coklat hanya bisa menahan tawa maklum dengan sikap daehwi. Tapi tidak dengan salah satu temannya yang bergigi gingsul yang sedang berjalan sambil melotot ke arah daehwi.
"ngapain sih pake teriak-teriak, malu tahu" setelah sampai dihadapa daehwi siswa bergigi gingsul itu langsung memarahi daehwi, yang diomeli? Tidak peduli. Daehwi malah tertawa dan menarik tangan donghyun juga youngmin untuk segera masuk ke dalam gerbang. "woojin, kalo kamu ngomel terus kita tinggal loh ya" kata daehwi sambil cekikikan. "ya! Dasar ular, kemari kau" woojin berlari untuk menangkap daehwi, daehwi yang tahu posisinya membahayakan langsung melarikan diri. Sambil mengucapkan 'permisi' 'maaf' berkali-kali melewati kerumunan murid yang ada.
Daehwi terus berlari sambil menengok kebelakang, disana masih ada woojin yang mengejarnya, seram memang kalau woojin sudah terganggu akan sikap usil daehwi, tapi daehwi tidak ada kapoknya. Karena berlari sambil memperhatikan woojin dibelakangnya, daehwi tidak melihat ada siswa yang melintas di depannya. Sudah jatuh tertimpa tangga, namun di kamus daehwi saat ini sudah jatuh tertimpa orang, yap double combo. Woojin yan
Melihat kejadian itu tertawa puas, memperlihatkan gigi gingsulnya yang menawan.
Daehwi tidak lagi merasakan sakit ketika dia melihat seseorang dihadapannya. "maafkan aku, aku tidak berhati-hati" daehwi bungkam, siswa itu membantu daehwi berdiri dan membersihkan jas bagian belakang daehwi yang sedikit kotor "kamu tidak apa-apa kan?" daehwi masih bungkam, "ada yang luka?" daehwi tidak bisa menjawab yang dipikirkan hanyalah mata bulat hidung mancung, "ah, perkenalkan aku samuel, kim samuel" butuh lima detik bagi otak daehwi untuk berfungsi kembali "lee daehwi" 'tampannya' batin daehwi.
Setelah puas menertawai daehwi, woojin mencari donghyun dan youngmin tidak sabar untuk menceritakan apa yang terjadi dengan daehwi tadi. Tapi tatapannya justru terhenti pada sesorang yang terlihat sedang kebingungan mencari sesuatu, sama seperti woojin ia adalah murid baru disekolahnya dan woojin sangat iba melihatnya. 'sepertinya ia kehilangan sesuatu' batin woojin sambil melangkah menghampiri anak itu "apa kau kehilangan sesuatu?" anak itu terkisap sangat terkejut dengan kehadiran woojin. Woojin melirik papan nama yang tertera di jas lawan bicaranya dan membacanya dalam hati 'ahn hyungseob' dia putih, matanya mengerjap lucu terlihat hampir menangis, bibirnya kecil dan memerah.
dengan takut-takut hyungseob menjawab "gantungan kunciku hilang" sambil melirik woojin. Jujur, dia sangat terkesima dengan kehadiran woojin. Dari pagi dia sudah takut untuk mengawali hari, dia paling benci hari pertama sekolah, teman baru, adaptasi baru, ditambah gantungan kunci kesayangannya hilang ntah kemana. "biar aku bantu cari, gantungannya yang seperti apa?" tanya woojin sambil mulai mencari, woojin menunduk bahkan sampai berjongkok untuk mencari gantungan kunci hyungseob. "er.. kelinci. Karakter kelinci di film zootopia" woojin menatap hyungseob sebentar, dan kembali mencari. Untung saja woojin tau karakter kelinci di film zootopia itu yang seperti apa, dirumah ia merupakan anak tertua dari tiga bersaudara, adik-adiknya paling update jika menyangkut film kartun.
"ah! ketemu" mata hyungseob berbinar senang, woojin berhasil menemukan gantungan kunci kesayangannya. "terima kasih banyak" hyungseob membungkuk dan setelah itu mengulurkan kedua tangannya kearah woojin. Woojin tidak menyerahkan gantungan kunci itu langsung kepada hyungseob tetapi justru membandingkannya dengan wajah hyungseob "kalian mirip" setelah mengatakan itu woojin menaruh gantungan kunci di telapak tangan hyungseob dan meninggalkan hyungseob yang masih terkejut dengan apa yang ia dengar. Sebenarnya, hyungseob tidak hanya terkejut dengan apa yang ia dengar namun juga dengan getaran di jantungnya yang berpacu dua kali lebih cepat.
Anak-anak tingkat dua dan tiga ramai mengerubungi papan mading mereka masing-masing. Mading kelas tiga berada di lantai satu, dan mading kelas dua berada di lantai dua, begitu juga dengan mading kelas satu yang berada di lantai tiga. Tidak seperti tingkat satu yang harus menghadiri upacara penerimaan murid baru dan disana mereka di beritahu kelas masing-masing, bagi anak-anak tingkat dua dan tiga setiap tahun ajaran baru para murid akan kembali dipecah sesuai dengan nilai akhir yang mereka dapat. seperti sekarang ini anak-anak tingkat dua saling mendorong untuk melihat dimana kelas mereka sekarang dan dengan siapa mereka akan sekelas nanti. Ada yang mengeluh karena kelasnya menurun, ada yang mengeluh karena berada di kelas yang sama dengan musuhnya dan sebaliknya ada yang bersorak senang ketika mengetahui kelasnya masing-masing.
Semua kericuhan yang terjadi di depan mading seketika berhenti ketika tiga orang siswa mendekati mading, kerumunan yang tadinya berada di depan mading memberi jalan bagi ketiga siswa tersebut. "ya, bagus-bagus. Kalian memang harus memberi kita jalan" ucap salah satu siswa yang memiliki surai hitam, sambil bertepuk tangan dengan gerakan memutar. "mereka tidak memberi jalan untukmu jisungssi" ucap salah satu siswa yang paling pendek diantara dua temannya. "yang pasti bukan untukmu juga jinwoo" balas jisung tidak mau kalah. "kita bisa melihatnya bersama-sama kalian tidak perlu mundur seperti itu" suara husky itu memotong pembicaraan temannya yang sepertinya akan mulai bertengkar, ia berbicara dengan para murid yang saat ini sedang mengelilingi mereka.
Siswa itu tinggi dan berbadan besar, kira-kira 180cm untuk tingginya dan terihat besar karena lebar bahunya bukan karena berat badannya. Rambutnya berwarna coklat muda, jika tersenyum maka matanya ikut tersnyum dan memiliki bintik hitam di sudut bawah mata kanannya. "ya! Daniel, bukankah ini bagus. Kita tidak perlu berdesak-desakan hanya untuk melihat kelas" jisung mulai mengomel, yang diomeli hanya bisa cengengesan. Kerumunan murid yang ada disana hanya bisa mengangguk dan bergumam. Siapa yang tidak mengenal kang daniel, yang merupakan satu-satunya perwaris dari perusahaan besar kangdaily. Kangdaily bergelut di bidang teknologi, banyak inovasi-inovasi baru yang bermunculan dari sana yang membantu kegiatan sehari-hari masyarakat banyak. Suksesnya bukan main, bahkan kangdaily merupakan penyumbang dana terbesar bagi sekolah ini.
Tumbuh di keluarga yang sangat berkecukupan tidak membuat daniel menjadi anak yang sombong, justru sebaliknya ia sangat baik hati. God daniel, adalah nama lain dari seorang kang daniel. Bermula dari teman sekolah dasarnya, lalu sampai pada teman-teman sekolah menengah pertamanya dan sampai sekarang. Kaya, baik, tidak sombong, pintar, tampan, tinggi dan masih banyak lagi pujian yang di arahkan kepada daniel. Karena terlalu banyak mereka menyingkatnya menjadi god daniel. Jisung meletakan jari telunjuknya ke mading, mulai untuk mencari namanya. "carikan namaku juga" jinwoo terlalu malas untuk membaca huruf-huruf kecil nan dempet itu. "jinwoo kita di kelas yang sama tapi.. ya! Daniel kita beda kelas" daniel terkejut, ia tidak mau berpisah dengan jisung dan jinwoo. Daniel mengecek sendiri namanya di mading, belum sempat menemukan namanya daniel merasakan ada yang menubruk punggungnya. Ketika daniel menoleh kebelakang memastikan apa yang terjadi, ia melihat seseorang sedang membungkuk berkali-kali ke arah kerumunan murid sambil mengucapkan maaf. Lalu orang itu langsung menghadap mading ia berada disamping kanan daniel, jari telunjuknya menelusuri mading mencari kelasnya.
Daniel memperhatikannya, seseorang di sampingnya ini seperti tidak menyadari keadaannya sekarang, ia terus bergumam 'ong seongwoo' sambil mempertajam penglihatannya. "ong seongwoo?" daniel bertanya pada seongwoo berniat untuk membantu mencarikan namanya "ya ong, bukan hong atau gong" jawab seongwoo tanpa melihat ke arah daniel. "ah! Ong seongwoo!" seongwoo berteriak ketika dia melihat jari telunjuk daniel menunjukan namanya. Daniel sendiri tidak menyadari bahwa jari telunjuknya berhenti pada nama ong seongwoo, ia tertawa ketika menyadari apa yang terjadi pada dirinya dan dengan si ong ini. "terima kasih ba-" seongwoo tidak dapat melanjutkan rasa terima kasihnya ketika dia melihat siapa yang berada di sampingnya saat ini. Daniel menaikan kedua alisnya "hm?" menunggu lanjutan ucapan terima kasih seongwoo. Seongwoo melihat ke sekelilingnya, tatapan marah, jengkel, kesal dia rasakan sampai ke ubun-ubunnya. "ehe ehe ehe" seongwoo tertawa hambar sambil menggaruk tengkuknya canggung "sepertinya guru memanggil para anggota osis" lalu lari terbirit-birit dari hadapan daniel dan para murid lainnya. Alasan yang sangat bodoh, pertama tidak ada guru yang sedang berada disana, tidak ada pengumuman dari pengeras suara, dan dia berlari bukan ke arah ruang guru.
"wah.." jisung tidak bisa berkata apa-apa lagi selain itu, kerumunan mengeluh dan membicarakan perilaku seongwoo kepada daniel tadi. Sedangkan daniel, dia sedang menahan tawanya. "daniel, kenapa kau tertawa geli sekali aku jadi ikut tertawa" jinwoo yang melihat daniel terkikik geli jadi ikut tertawa dengannya. "bukankah dia sangat lucu?" disela tawanya daniel bertanya pada jinwoo "setelah aku pikir-pikir lagi yang tadi itu sangat lucu, lihat jisung belum menutup mulutnya sampai sekarang" lalu jinwoo dan daniel kembali tertawa lagi. "heol?... daniel kau sekelas dengannya!" jisung yang sudah sadar dari keterkejutannya menyadari bahwa daniel dan seongwoo berada di kelas yang sama. Daniel dan jinwoo berhenti tertawa, dan mengecek apa yang dikatakan oleh jisung. Mereka bertiga saling berpandangan dan tawa merekapun meledak "ya! Kau menemukan namanya, dia menemukan namamu. Lihat ini, namamu persis dibawahnya" jisung tertawa sampai mengeluarkan air mata "sial, takdir macam apa ini lucu sekali" jinwoo menimpali.
Daniel hanya tertawa, padahal beberapa waktu yang lalu dia sangat kesal karena tidak sekelas dengan jisung dan jinwoo. Tetapi sekarang dia justru senang ketika mengetahui dia sekelas dengan ong seongwoo. Daniel merasa kehidupan sekolah tingkat duanya ini akan seru sekali.
