Disclaimer :

Naruto by Masashi Kisimoto

A Year by Sora Kamikaze Kira

Main Character :

Sasuke Uchiha

Sakura Haruno

Rating :

Teen

Warning! Mengandung unsur kemesuman Uchiha Sasuke dan unsur kedramatisan (baca: kelebay-lebayan), OOC, dan masih butuh banyak bimbingan, kritik, dan saran.


A YEAR

Chapter One

Uchiha Sasuke, pemuda berumur 25 tahun. Masih muda tapi sudah menjadi penulis, aktor dan juga pernah menyutradarai film beberapa kali. Wajah tampan? Tentu. Aku tak perlu mendiskripsikan lebih banyak lagi karena dia memang pemuda yang sempurna yang mampu membuat kaum hawa menjerit histeris.

Bunyi langkah kaki itu menggema keseluruh ruang. Pemuda berambut raven itu memasuki ruang makan keluarganya dengan langkah yang terpaksa –sangat berat. Bukan apa-apa, sungguh jadwalnya minggu kemarin benar-benar menguras habis seluruh tenaganya. Dan kini, dia harus melanjutkan syuting di luar kota selama beberapa minggu.

"Ah, Sasuke, bagaimana harimu?"

"Hn. Melelahkan," jawab Sasuke seadanya. Ibunya pun tersenyum maklum. Wanita paruh baya bernama Uchiha Mikoto itu melanjutkan, "Bagaimana hubunganmu dengan Karin?"

"Kami hanya berkolaborasi," Sasuke mendengus ketika pertanyaan itu muncul lagi. Semua orang mengira dia sedang menjalin hubungan dengan artis cantik multitalent bernama Karin. Termasuk kakaknya, Uchiha Itachi. Dialah salah satu penyebab munculnya gosip itu karena dia menjadi produser. Sejak dua tahun yang lalu Sasuke selalu dipasangkan dengan Karin dan viola! Pasangan ini menjadi trending topic akhir-akhir ini.

"Ayolah Sasuke, kau sama sekali belum pernah berpacaran lho. Apa yang kau tunggu? Dan sepertinya Karin juga menyukaimu, fansmu juga sangat mendambakan kalian berpacaran lalu men–"

Sasuke berdiri dari tempatnya duduk, meninggalkan ruang makan dengan tidak sopan. Uchiha Fugaku selaku kepala keluarga langsung menangkap tersangka utama dengan pandangan tajam. Itachi berdehem.

"Mungkin Sasuke terlalu lelah, makanya dia seperti itu," Itachi menyangkal dan berdehem sekali lagi.

Sasuke sangat tidak menikmati ini. Ia sudah sangat lama mengikuti drama yang di'sponsori' oleh kakaknya sendiri. Berpura-pura mesra dengan Karin dan tak terhitung lagi berapa banyaknya ciuman yang dilakukannya dengan artis berambut merah itu. Sasuke sama sekali tak berniat untuk melakukan itu semua. Ia tidak ingin hidupnya berakhir bersama wanita yang tidak diinginkannya. Tapi sepertinya Karin sangat menikmati drama ini. Cih.

Uchiha bungsu itu menggeram frustasi. Mempertanyakan apa yang sedang direncanakan kakaknya.

.

.

From hating to loving each other

Seorang gadis berlari di jalan setapak, daun-daun pohon maple sudah berguguran mengotori jalan itu. Ia harus pergi ke kantornya segera mungkin, waktu telah menunjukkan pukul 07:45. Ia sudah terlambat 15 menit.

Bruk.

"Kyaa!"

Gadis itu benar-benar habis sekarang. Sudah menabrak orang, menciumnya pula. Sungguh ini tidak disengaja. Gadis berambut merah itu menerjapkan matanya berkali-kali sebelum benar-benar bangun dari posisi yang tak mengenakkan itu. Seorang pemuda tampan berambut raven menatapnya tajam sesekali membersihkan baju seragam sekolahnya.

The second surprising meet

Scene berganti. Salju turun sangat lebat, seorang gadis yang sama terjebak di halte bus dan mengigil kedinginan. Tiba-tiba sebuah jas menutupi bagian atas tubuhnya.

"Tiga tahun tak bertemu, Karin."

"Sasuke-kun!"

Keduanya saling berpelukan melepas rindu. Mendekatkan diri mereka yang semakin menghapus jarak diantara mereka.

Spring... what will happen?

3 SEASON LOVE

Coming Soon

Haruno Sakura menguap bosan untuk kesekian kalinya. Salahkan teman pirang yang telah menyeretnya ke kamar gadis itu dan menonton thriller film berjudul "Season Love" yang akan mengeluarkan seri ketiganya dengan judul "3 Season Love". Gadis bermarga Haruno itu menatap Ino yang tersenyum amat bahagia. Tentu saja, pasti karena Uchiha Sasuke itu.

"Sasuke sangat cocok dengan Karin. Bukankah begitu Sakura?"

Sakura mengangguk kecil.

"Film ini benar-benar romantis... mulai dari Sasuke yang masih SMA jatuh cinta pada seorang workaholic –Karin. Yah, walaupun awalnya mereka saling benci sih... dan –kyaaa kau tahu Sakura? Mereka akan syuting di kota kita!"

Ino begitu bersemangat. Dan Sakura baru menyadari film ini tetap menggunakan nama asli para artisnya. Mungkin Sasuke dengan Karin itu memang menjalin hubungan serius, karena Sakura juga sering melihat mereka di acara televisi dan film-film lainnya. Tapi film ini membuat mereka naik daun dengan fantastis.

Yamanaka Ino, sahabat pirang Sakura ini sangat menyukai Sasuke-Karin, terutama pada Sasuke karena dia sangat tampan. Ino juga mengoleksi semua buku-buku Sasuke, padahal Ino sangat tidak menyukai buku bertema detektif atau pembunuhan atau apalah itu selain romance. Tapi demi idola, apa sih yang tidak?

"Huft, Ino, aku benar-benar ingin muntah melihat film itu tahu. Banyak sekali sih adegan ciumannya?! Dan lagi, beberapa adegan menjerumus ke –ehm kau pasti tahu. Weks," Sakura menjulurkan lidahnya seakan benar-benar muntah.

"Sakura, Sakura, kita sudah 16 tahun! Film seperti itu banyak kita jumpai sekarang. Ini jaman modern Saku..." balas Ino santai. Sakura menggelengkan kepala sambil berguman 'ah sudahlah' menandakan ia tak ingin berdebat lebih lama lagi. Bagaimanapun Ino adalah sahabatnya sejak kecil.

"Ah! Lihat!" Ino menunjuk ke dua digit angka di kalendernya. Angka 20 itu dia lingkari dengan spidol merah. "Ayo ke Konoha Center sekarang!"

.

.

Konoha Center 10.00 a.m

Lagi-lagi diseret Ino Yamanaka.

Kini Sakura dan Ino berdiri tepat di depan gedung Konoha Center yang megah itu. Konoha Center adalah gedung pertemuan dan tempat biasa diadakannya pameran. Di bagian depan terdapat jejeran restoran dari yang murah sampai yang paling mewah. Di dalamnya sangat luas dan kau akan dibuat kagum dengan desain arsitekturnya.

Di halaman paling depan terdapat spanduk cover film "3 Season Love" ditambah tulisan-tulisan yang menerangkan adanya talk show hari ini dan saat ini juga. Pandangan gadis berambut pink itu ia alihkan kepada Ino. Memandangnya dari atas sampai bawah. Sungguh penampilan yang berlebihan. Mini dress berwarna ungu bergelombang di bagian pinggang sampai lututnya. Kalung berliontin hati bewarna perak dan gelang dari marmer bewarna ungu juga sepatu high heels 7 cm.

Kemudian Sakura melihat dirinya sendiri. Kaos pink yang bagian lengannya ia gulung agar lebih pendek, celana jeans hitam, dan sepatu bewarna pink, serta tas selempang bewarna putih dengan motif bunga sakura di beberapa bagian. Rambutnya saja hanya dia gerai.

Ah, dia lupa bawa payung. Ini kan musim semi.

"Ayo masuk Sakura!"

"Aku tunggu di kafe itu saja," Sakura menunjuk sebuah kafe kecil. Ino cemberut.

"Masa' kau tega membiarkanku pergi sendirian Saku?" Sakura menghela nafas panjang dan mengurungkan niatnya untuk menyesap white coffee di kafe itu. Tak tega juga membiarkan sahabatnya sendirian.

Riuh terdengar dimana-mana. Banyak fans Sasuke-Karin yang berkumpul di tempat itu untuk melihat idola mereka secara langsung. Banyak hal yang mereka teriakkan dengan satu tujuan yaitu kekaguman melihat idola mereka yang sering muncul di media massa . Fans-fans itu juga membawa spanduk bertuliskan Sasuke-Karin.

Ino menyeret Sakura menuju deretan paling depan. Jujur saja Sakura sangat tidak menyukai berdesak-desakan seperti ini layaknya warga minta sembako.

"Jadi, Sasuke-Karin, apa tanggapan kalian tentang seri ketiga dari film Season Love ini?" tanya MC sambil tersenyum lebar. Karin capat-cepat menjawab.

"Film ini adalah film yang pasti kalian tunggu-tunggu," Karin merengkuh lengan Sasuke yang duduk di sebelahnya. Pemuda itu tersenyum tipis menatap Karin, membuat semua fans mereka berteriak histeris.

"Karena film ini, aku dan Sasuke akan lebih 'panas' dan romantis. 3 Season Love akan menunjukkan keindahan musim semi di Konoha. Karena kami yakin tempat ini..."

Keindahan musim semi.

Sasuke menerjapkan matanya dua kali saat pandangannya bertemu dengan sosok gadis berambut sangat-sangat langka –pink, mirip dengan warna bunga sakura yang sering dijumpainya saat musim semi. Hm, aneh tapi menarik, membuat Sasuke menyeringai tipis.

"Bagaimana Sasuke?"

Sasuke tersadar dari tindakan bodohnya dan menjawab 'Hn' pendek, singkat dan sangat tidak jelasnya itu. Berbeda jika dia sedang berakting, Sasuke berubah menjadi laki-laki yang sangat romantis di filmnya.

"Haha, yah, kita tunggu saja film ini tayang tahun depan!"

.

"Itu tadi sangat bagus! Sayangnya kita agak terlambat..." Ino berseru saat mereka keluar dari Konoha Center. Ino memang sengaja keluar terakhir untuk melihat aktor idolanya itu. Sayangnya saat mengantri tanda tangan memakan waktu yang panjang, jadi giliran Sakuralah yang menyeret Ino keluar dari kerumunan.

Tak beberapa lama kemudian Sakura menjawab, "Ah, kau pulang duluan saja Ino, aku ada urusan sebentar."

"Baiklah-baiklah, aku pulang sekarang, jika kau minta jemput tinggal telfon saja," balas Ino, disusul menghilangnya gadis blondie itu.

Sakura berjalan kearah deratan toko-toko kecil yang berada tepat di belakang parkiran outdoor. Untuk mencapai cafe yang sejak tadi ingin dijejakinya itu Sakura harus melewati parkiran terlebih dahulu.

Tring!

Bel cafe berbunyi menandakan ada seseorang masuk. Gadis berambut pink sebahu itu memilih tempat duduk yang paling dekat dengan jendela. Setelah mendapatkan tempatnya, ia pun memesan satu gelas white coffee dingin. Sakura sudah cukup penat dengan semua ini.

Broken home. Ibu dan kakaknya –Sasori pindah keluar negeri. Tinggal bersama ayah yang pemabuk dan jarang pulang. Tak cukup sampai disitu, setiap ayahnya mabuk dan pulang ke rumah pasti membawa satu-dua wanita penghibur entah dia bayar dengan uang siapa, karena Sakura sendiri hanya hidup dengan uang kiriman dari ibunya. Itupun kalau tidak ketahuan ayahnya.

Sakura benar-benar berada dalam kesulitan ekonomi. Berbeda dengan Ino –tetangga sekaligus sahabatnya, Ino sangat dimanja oleh orangtuanya. Bahkan di hari ulangtahun yang ke-16 kemarin dia baru saja mendapatkan mobil baru bewarna ungu. Beruntunglah uang sekolah Sakura dibiayai oleh keluarga Ino.

Masalahnya sekarang dia baru saja dipecat dari kerja part time di sebuah toko kue. Sakura mendesah frustasi. Hidup begitu sulit. Kenapa selalu uang yang menjadi masalah? Dulu juga orangtuanya selalu bertengkar masalah uang, uang dan uang. Sakura pun tak habis pikir kenapa ibunya tak mengajaknya sekalian ke Paris.

Sekarang bagaimana dia harus melanjutkan hidupnya? Sakura tak mau terus-terusan bergantung pada keluarga Ino. Pasti dia sudah cukup merepotkan mereka.

Bel berbunyi lagi. Sakura masih tenggelam dalam hidup kelamnya, dengan setengah gelas white coffee dihadapannya yang menunggu untuk diminum. Gadis itu tak menyadari orang lain tengah duduk tapat di depannya.

Sakura mendengar orang itu memesan kopi karamel, saat itu juga dia mengangkat kepalanya. Seorang wanita berpakaian sedikit –err aneh tersenyum manis kepadanya. Dia memakai jas wanita yang besar –sampai mata kakinya, kacamata hitam, dan kain yang diikat simpul di leher. Wanita itu melepas kacamata dan topinya. Kemudian menikmati pesanan yang dia minta dengan santai.

Oke itu tidak berpengaruh apapun bagi Sakura.

Sakura tenggelam dalam lipatan tangannya dan mendesah frustasi lagi.

"Sedang tidak baik?" wanita itu mengeluarkan suaranya juga. Sakura mengangguk lemah, dia tetap tenggelam di lipatan tangannya.

"Hm, melelahkan."

Wanita itu tersenyum –tentu saja Sakura tidak tahu akan ini.

Sakura mengangkat kepalanya. Mungkin sudah cukup hari ini meratapi nasipnya. Tak sopan jika berbicara dengan orang yang lebih tua dengan posisi seperti itu. Sakura tersenyum terpaksa, "Tapi aku tidak akan menyerah, aku baik-baik saja Nyonya."

"Bagus kalau begitu," wanita itu tersenyum lagi.

"Ah ya, Anda sepertinya bukan orang sini?" tanya Sakura.

"Memang, aku dari Oto. Hanya sedang mengawasi anakku... takut terjadi apa-apa."

Bibir Sakura membentuk lengkungan tipis. Wanita ini sungguh sosok ibu yang baik. Sampai-sampai mengikuti dimana anaknya berada. Melihat wanita ini sungguh membuatnya kangen pada ibunya di Paris.

"Nyonya adalah ibu yang sangat baik. Pasti anak Nyonya adalah gadis yang cantik dan baik pula."

Wanita itu terkekeh pelan, "Dia laki-laki 25 tahun."

Apa dia tidak salah dengar? Sakura menahan tawa. Sungguh, dia berusaha menahan mati-matian tawanya agar wanita itu tidak tersinggung. Yah, memang benar sih dia ibu yang baik, tapi ini overprotective namanya. Sakura tidak sanggup membayangkan bagaimana manjanya pria berumur duapuluh lima tahun itu.

Setelah berdehem singkat Sakura berucap, "Apa dia pernah terancam sehingga Nyonya harus mengawasinya?"

"Pernah, waktu itu maag-nya kambuh. Dan aku sedang berada jauh di rumah. Dia sangat membuatku panik. Akhirnya aku mengikutinya diam-diam."

"Mengapa tidak terus terang?"

Wanita paruh baya itu menggeleng pelan. "Aku takut jika mengganggunya, dia anak yang sensitif."

Sakura berfikir anak itu harus benar-benar berterimakasih pada ibunya kini. Sekaligus minta maaf karena merepotkan wanita yang sudah melahirkannya ke dunia. Sakura menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Lagipula, kasusnya yang terakhir membuatku harus lebih waspada. Dia ditipu managernya puluhan juta yen," wanita itu melanjutkan.

"Manager?"

"Lihat acara Seleb News hari Kamis?" wanita itu balik bertanya. Sakura menggeleng. Tapi dia pernah mendengar dari Ino waktu hari Kamis gadis blonde itu bercerita habis-habisan tentang idolanya –Uchiha yang telah ditipu managernya, sampai-sampai Ino menyumpah serapahi penipu itu.

Wanita itu langsung mengisyaratkan Sakura untuk melihat lebih dalam kafe, menunjuk pojok meja dimana ada seorang pemuda berumur 20-an dengan rambut raven, kemeja hitam, dan kacamata hitam yang dikenakannya. Sakura harus memincingkan matanya untuk melihat lebih jelas siapa dia. Kebetulan, pemuda itu melepas kacamatanya sedikit.

Mata onyx tajam.

Sukses membuat Haruno Sakura membelalakkan matanya.

"Uchiha Sasuke?"

"Ya."

Masih memperhatikan Sasuke, tawa Sakura mulai terdengar. Sungguh itu membuatnya kaget ketika mengetahui Sasuke adalah anak kesayangan mama. Hmpph, mungkin Ino harus tau akan ini.

"Ahahaha!"

Sasuke yang notabene mempuanyai pendengaran yang tajam langsung menoleh ke sumber suara. Dengan cepat wanita itu mengisyaratkan Sakura untuk menunduk agar tidak ketahuan. Untung Sasuke hanya curiga beberapa saat. Sakura mengakhiri tawanya.

"Apa yang kau tertawakan?"

"Ehm. Maaf Nyonya, tadi saya hanya kurang percaya," ucap Sakura berbohong karena sesungguhnya dia menertawakan hal yang lain. Wanita itu menyerahkan kartu namanya sebagai bukti.

"Kau sudah percaya?" tanya wanita yang bernama Uchiha Mikoto itu. Sakura mengangguk, dia meminta maaf sekali lagi.

"Tidak apa-apa, begini –maaf siapa namamu?"

"Haruno Sakura."

"Baiklah, Sakura-chan, aku tahu kau butuh uang. Sejak tadi aku mengawasimu juga, dan mungkin tanpa kau sadari aku mendengar semua apa yang kau ucapkan tadi," Sakura kaget mendengar pengakuan dari wanita itu. Yah, mungkin dia tidak sadar juga mencerocos tentang hidupnya sampai terdengar orang lain.

"Ta-tapi bagaimana bisa Anda mempercayai saya? Bukankah Sasuke telah ditipu sebelumnya?"

"Aku tahu apa yang terbaik untuk anakku," Mikoto tersenyum. Detik setelahnya dia pergi dari kafe menyusul Sasuke yang sudah keluar lebih dulu.

Sakura menatap penuh arti kartu nama itu.

.

.

Ini sudah keberapa kalinya dia mondar-mandir sambil membawa sebuah kertas. Haruno Sakura bimbang apa yang harus dilakukannya sekarang. Menjadi seorang manager? Bagaimana cara kerjanya? Lagi pula dia hanya remaja 16 tahun! Sedikit yang ia tahu manager sama saja dengan maid pribadi yang mengikuti tuannya dimanapun ia berada.

Uh, apalagi dengan Uchiha Sasuke. Sakura yakin dia bukanlah orang yang menyenangkan. Sangat bertolak belakang dengan ibunya yang ramah dan baik. Satu lagi, jika ia mengambil pekerjaan itu bagaimana dengan sekolahnya di tahun pertama SMA?

Pendidikan tidak boleh ditinggal.

Klek.

Pintu kayu itu terbuka. Memperlihatkan tiga orang yang berbeda. Sakura berhenti mondar-mandir di ruang tamu. Ayahnya pulang setelah lima hari pergi entah kemana. Seperti biasa bau alkohol menguar di sekujur tubuhnya, pakaian sudah berantakan dan basah. Ditambah lagi seorang wanita berpakaian seronok berada di pangkuannya.

Satu orang lagi yang tak pernah dilihat Sakura, pria yang sepertinya lebih tua dari ayahnya dan terlihat sangat kaya. Dia melangkah masuk disusul dengan ayahnya yang berjalan sempoyongan.

"Aa, jadi ini gadis yang kau maksud, Kizashi?" pria itu mendekati Sakura sambil menyeringai menakutkan. Saat ia akan menyentuh wajah Sakura, gadis itu mundur lebih dulu.

"Aku ingin 100 juta yen," jawab ayah Sakura –Kizashi Haruno. Tunggu, apa maksudnya ini?

"Baik-baik, besok ku kirim. Nah, gadis manis, ayo ikut paman!" Sakura tersentak ketika tangan itu mencengkram lengannya. Sakura berontak, "Apa maksudmu, ayah?!"

"Bawa dia jauh-jauh Kakuzu," malah ucapan itu yang terlontar di mulut ayahnya. Sakura membelalakkan matanya. Dia dijual?!

Semakin Sakura berontak, semakin kuat cengkraman orang itu. Pria bernama Kakuzu itu segera menyeret, membekap mulut Sakura, dan mendorongnya kasar ke dalam mobil. Tak lama kemudian mobil itupun tancap gas meninggalkan rumah. Semuanya gelap.

Tolong aku, Kami-sama...

.

.

"Hal bodoh apa yang membuatmu menyeretku ke tempat ini?" oke, itu adalah susunan kata-kata paling panjang yang diucapkan Uchiha Sasuke hari ini. Yang dia butuhkan sekarang adalah tidur tenang di kamar, bukan malah pergi ke club seperti ini.

"Ayolah Sasuke, kita butuh refreshing tahu, anggap saja ini pembukaan film baru kita!"

"Betul!"

Sasuke mendelik kesal pada dua sahabat bodohnya ini. Uzumaki Naruto dan Suigetsu malah tersenyum lebar. Kalau dia tahu, ini bisa merusak pamornya di entertainment nanti.

"Tenang Teme, penampilan ini pasti menipu semua orang," ucap Naruto seakan-akan tahu apa yang dipikirkan Sasuke. Pemuda berumur 25 tahun ini mendengus melihat penampilannya saat ini, rambut raven-nya dilepekkan dengan gel, lalu dipasang topi dan pakai kacamata hitam. Bajunya kaos lengan pendek yang kedodoran.

Sedangkan Naruto tidak banyak mengubah penampilannya, karena posisinya sebagai sutradara memang tidak terlalu dikenal banyak orang, tidak seperti Suigetsu dan Sasuke. Suigetsu sendiri mewarnai rambutnya dengan warna merah tidak permanen dan kontak lens warna merah.

Akhirnya mereka memasuki klub itu dengan Sasuke yang terpaksa.

Bunyi dentuman musik terdengar keras, seperti keadaan di club-club lainnya, bau alkohol menguar sangat jelas. Sebagian orang duduk di meja bartender, ada juga yang memesan tempat VIP dan juga ada yang menari striptease pula, wanita penghibur tak luput dari pandangan ketiga pemuda itu.

Baru saja memasuki ruangan, music berhenti dan terdengar suara dari salah satu sound system yang ada.

"Pelelangan akan dimulai tiga menit lagi, bagi yang tertarik kami menawarkan gadis-gadis baru, mereka masih virgin. Tempat berada di ruang 2 seperti biasa."

"Wah, ada pelelangan. Aku pergi dulu Naruto, Sasuke!" Suigetsu langsung menghilang dari pandangan mereka.

"Dasar Suigetsu," cibir Naruto dan mengajak Sasuke duduk di kursi depan bartender. Sasuke memutar matanya bosan.

"2 vodka," ucap Naruto singkat.

"Aku tak ingin minum," Sasuke berkata dengan pandangan bosannya.

"Ayolah Teme! Jangan bilang kau tak pernah minum alkohol?"

"Ck," Sasuke sangat tidak suka jika dia diremehkan. Hanya saja dia tidak menyukai minum-minum macam ini walau ia sudah berumur 25 tahun sekalipun.

Naruto sudah menghabiskan dua gelas vodka –lihat, pemuda itu berambut pirang itu langsung teler. Sasuke menghabiskan tiga gelas vodka dan itu tak terlalu berpengaruh padanya. Dia hanya merasakan pipinya memanas.

.

Oke, oke, ini sudah sejam berlalu. Naruto masih sibuk menghabiskan segelas lagi. Sasuke meninggalkan Naruto yang teler di mejanya, mencari Suigetsu untuk pulang. Kakinya melangkah mencari ruang 2. Sampai akhirnya dia menemukan pintu itu dan melangkah masuk.

Ruangan itu berhiaskan karpet merah di lantainya, ditengah ruangan dipasang kaca tebal melingkar. Di dalam lingkaran itulah seorang gadis yang dijual dipamerkan.

"200 juta yen!"

"250 juta yen!"

Terdengar suara orang-orang yang sibuk menyebut nominal untuk membeli seorang gadis –pastinya. Harga yang mereka tawarkan sebenarnya sangat mahal, tapi untuk seorang aktor ternama seperti Uchiha Sasuke nominal itu bukanlah apa-apa baginya.

Akhirnya ia menemukan Suigetsu. Pemuda itu berdecak kagum menatap gadis yang dijual sekarang. Sasuke mendekatinya, "Ayo pulang."

"Sebentar Sasuke, aku ingin membeli yang ini," jawab Suigetsu, masih memandangi gadis itu. Sasuke mengikuti arah pandangnya ke tengah ruangan. Dahinya berkerut, dilepasnya kaca mata hitam yang agak menutupi pandangannya.

Pink.

Bukankah gadis itu ada di talk show-nya tadi pagi?

"500 juta yen!"

"Wah, harga yang fantastis tuan!" MC menjawab tawaran dari Suigetsu.

Sakura yang tak kuat berdiri langsung ambruk, menguatkan topanganya pada lutut dan telapak tangan. Ia sangat pusing –sungguh pusing. Semua terasa berputar-putar, perasaannya tak karuan, jantungnya berdegup kencang pula. Uh, dia benar-benar kehilangan kesadarannya, tapi dia masih terbangun, hanya saja otaknya tidak bisa berfikir apa-apa.

Sasuke memandang Sakura dalam diam –tidak, dia sama sekali tidak tertarik pada bagian tubuh Sakura yang terekspos, bukan berarti gadis itu benar-benar bugil, tapi hampir. Tubuhnya hanya berbalut bikini bewarna pink. Sedari tadi gadis itu sempoyongan, sepertinya dia minum minuman keras sebelum tepat berada di ruangan ini. Entah apa yang dipikirkannya sekarang, namun pasti, dia berucap,

"900 juta yen."

"Luar biasa! Anda yakin tuan?"

"Wah-wah, tak kusangka kau tertarik juga eh, Sasuke?"

Sasuke diam saja. Semua orang juga diam, berarti tak ada tawaran yang lebih tinggi lagi. Sasuke pemenang untuk mendapatkan Sakura.

.

.

Matahari pagi mulai menampakkan sinarnya. Pagi yang cerah untuk memulai aktivitas. Di sebuah gedung hotel lantai empat dengan kamar bernomor 1005 itu terlelaplah seorang gadis berumur 16 tahun. Sepertinya dia tidak nyaman dengan tidurnya.

"Ugh..."

Rasa pusing masih menghantui gadis berambut pink itu, teringat semalam ia telah dipaksa minum minuman yang membuatnya begini. Dia merubah posisinya lagi, dan sinar matahari langsung menerpa wajahnya. Mata bewarna hijau emelard itu akhirnya terlihat juga. Dia menerjapkan mata berkali-kali. Dimana ini?

"Dasar bodoh," Sakura yakin bahwa ada suara laki-laki yang sangat jelas. Gadis itu membalikkan badannya lagi. Benar, seseorang tengah duduk di atas kasur yang sama dengannya.

Laki-laki.

Kasur.

Dia hanya memakai bikini.

"KYAAA!"'

Sasuke menyesap kembali kopi tanpa gulanya. Tangan putih itu memegang selembar kertas berisi data gadis yang telah dibelinya semalam. Dia menatap tajam kertas itu. Tak diperdulikannya Sakura yang tengah mebiru –takut dan berfikiran yang tidak-tidak. Kemarin sudah pasti menjadi hari yang paling buruk.

Apalagi sekamar dengan Uchiha Sasuke.

Sudah ia duga dia pasti brengsek, suka memainkan wanita, mesum, dan yang–

"Sudah bangun dari mimpimu nona?" Sasuke bertanya dengan sarkatis.

"A-apa yang kau lakukan hah?!"

"Oh, tadi malam kau yang paling menikmati permainan kita berdua, malah minta tambah," Sasuke berkata enteng ditambah seringai andalannya.

Sakura bergidik ngeri. Ini pasti mimpi! Ia tidak mungkin kan melakukan you-know-what dengan Sasuke? Di umurnya yang 16?

Tidak-tidak-tidak.

Apa yang harus ia lakukan? Lapor ke polisi?

"Brengsek! Kau harus tanggung jawab! Aku akan melaporkanmu ke polisi!" bentak Sakura emosi. Dia terus-memukuli Sasuke sebelum tangannya dicengkram pemuda itu.

"Cerewet. Kaulah yang harusnya berterimakasih kepadaku."

Sasuke melempar kertas yang dibawanya tepat di hadapan Sakura. Di situ tertera semua identitas dirinya. Dan yang paling bawah adalah surat keterangan bahwa ia telah dibeli oleh Uchiha Sasuke. Sakura membelalakkan matanya.

"Aku sama sekali tidak tertarik dengan tubuhmu," Sasuke berucap lagi.

"Lalu untuk apa kau membeliku?"

"Aku tak ingin mengeluarkan uangku sia-sia. Sederhana, sebagai ganti uang 900 juta yen itu, kau harus jadi manager dan maid pribadiku."

Sasuke menindih Sakura. Oke, ini sangat menakutkan untuk gadis seumurannya. Sakura menatap Sasuke tajam untuk menutupi rasa takut itu. Sedangkan pemuda di atasnya menyeringai kemenangan –seolah semua hak asasi dirinya berada di tangan pemuda itu.

"Jika kau berkhianat, rasakan sendiri akibatnya..." Sasuke mengeluarkan sepatah-demi patah kata dengan amat seksi, tapi sukses membuat Sakura lagi-lagi bergidik.

Kami-sama, cobaan apa lagi yang menimpaku?

.

.

Konoha Park 08.00 a.m

Mobil lamborgini berwarna hitam itu terparkir tepat di halaman depan taman Konoha. Hari ini taman Konoha dibuka terbatas untuk umum karena di sinilah syuting hari pertama film "3 Season Love" dimulai. Di luar taman sudah banyak wartawan yang berkumpul untuk menyambut kedatangan Uchiha Sasuke.

"Ramai sekali..." Sakura berguman pelan.

"Hn. Ingat apa saja yang harus kau kerjakan. Dan ini," Sasuke menyerahkan setumpuk map, satu tas besar dan dua buah smartphone.

"Yang biru adalah milikmu sedangkan yang hitam, punyaku. Aku menitipkan benda ini selama syuting berlanjut."

Sakura mengangguk mengerti.

"Jangan sekalipun berkhianat. Kau sudah tanda tangani kontrak Haruno."

Sasuke keluar dari mobil dengan kilatan-kilatan kamera yang menyambutnya. Sakura menyusul Sasuke, langkah kaki pemuda itu cukup cepat. Wartawan pun ikutan menyerbunya juga hingga membuat Sasuke harus turun tangan.

"Uchiha-san, siapa gadis ini?"

"Apakah Anda memiliki hubungan khusus dengannya?"

"Bagaimana dengan Karin?"

Dan bla-bla-bla, pertanyaan aneh itu terus dilontarkan sementara fans-fans Sasuke-Karin menatap Sakura tajam saat ini. Gadis bermarga Haruno itu sweatdrop, seganas inikah mereka?

Tersadar akan tanda tanya wartawan-wartawan itu Sakura berani memperkenalkan diri, "Selamat pagi. Saya manager Uchiha Sasuke yang baru. Haruno Sakura," Sakura membungkukkan badannya sopan kepada semua wartawan. Tatapan tajam fans Sasuke mulai berkurang.

Sasuke pun menyeret Sakura secara kasat mata menuju lokasi syuting.

.

Terhitung sudah kedua kalinya mereka berciuman.

Uh, Sakura menutup matanya. Tak kuasa melihat adegan di depannya, secara langsung pula. Bisa-bisa kepolosannya luntur karena ulah Uchiha itu. Daripada memikirkan hal konyol yang hanya membuatnya ingin muntah, Sakura membaca ulang kontrak-kontrak Sasuke. Banyak sekali tawaran iklan, talk show, maupun tawaran film. Padahal Sasuke masih fokus ke film "3 Season Love".

Sakura bingung, apa yang harus dipilihnya. Dia tidak mengerti bagaimana cara memilih hal-hal seperti ini. Oh ayolah, dia hanya anak SMA tahun pertama. Huh, kalau membolos sehari saja dari sekolah sih tak apa. Tapi bagaimana hari-hari berikutnya? Ia sudah terikat kontrak dengan Sasuke sejak tadi pagi.

Gadis berambut pink itu memincingkan matanya tak kala melihat seseorang yang berpenampilan familiar, berdiri cukup jauh dari lokasi syuting. Sakura melangkah mendekati orang itu.

"Mikoto-san?"

"Sakura, bagaimana kau bisa jadi manager Sasuke hari ini? Sungguh membuatku terkejut saat melihatmu ada di acara Seleb News Live tadi. Aku langsung terbang dari Oto ke sini untuk memastikannya," jelas Mikoto panjang lebar.

"Ano... ceritanya sangat panjang Mikoto-san. Tapi saya mohon bantuannya," Sakura membungkuk, "dan bukankah Anda sudah berada di Konoha sejak kemarin-kemarin?"

"Ah, tidak usah seformal itu. Panggil saja aku Kaa-san, lagi pula aku ingin sekali memiliki anak perempuan," Mikoto terkekeh, "ada urusan pribadi jadi aku harus ke Oto sejak kemarin sore sehabis dari kafe itu."

Sakura berguman 'oh' pelan dan menuruti isyarat Mikoto untuk duduk di sampingya. Tunggu, memanggil ibu Sasuke dengan panggilan 'Kaa-san'? Oke, ini mulai terlihat aneh. Namun karena dia adalah ibu dari 'bos'-nya sekarang, Sakura mau tak mau harus menurut juga.

"Mulai sekarang Kaa-san tidak usah mengawasi Sasuke lagi, Kaa-san bisa mempercayakannya padaku. Dan aku ingin tahu kebiasan apa yang dilakukan Sasuke? Artisipasi kalau terjadi apa-apa. Itu kalau Kaa-san mau."

"Tentu saja, yang paling penting Sakura-chan harus menjaga kesehatan dan pola makan Sasuke. Beri dia salad setiap hari, makanan berbau tomat adalah kesukaannya. Jangan lupa membawa obat maag setiap saat."

"Baik Kaa-san," ini terdengar seperti menjaga hewan peliharaan bagi Sakura.

"Nah, satu lagi kuperingatkan padamu Sakura-chan. Jangan jatuh cinta pada Sasuke," Mikoto berkata kelewat serius dengan segala penekanan di tiap ucapannya. Sakura mengangguk mantap. Untuk apa dia jatuh cinta pada laki-laki manja macam Sasuke?

.

"Dari mana saja kau?"

"Tadi aku ke toilet," jawab Sakura saat ditanyai Sasuke dengan nada yang menyebalkan.

"Minum."

"Ha?" entah kenapa otak Sakura tidak bisa menangkap maksud tuannya itu dengan mulus. Sasuke berdecak kesal, menandakan ia sedang emosi walaupun ekspresinya tidak terlalu terlihat. Detik setelahnya Karin datang membawa dua kaleng minuman bersoda. Ekspresinya berbinar dan langsung duduk di dekat Sasuke. Sambil merangkul pemuda itu ia menempelkan kaleng soda ke pipi tirusnya.

"Kau pasti sangat haus sayang," ucap Karin manja. Sasuke masih memasang wajah tanpa ekspresi.

'Yeah, opera sabun dimulai,' batin Sakura memutar bola matanya.

"Pembantu, air mineral," ucap Sasuke dengan nada memerintah dan secara tak langsung menolak tawaran Karin. Sudah pasti 'kan siapa orang yang ditujunya sekarang?

Perempatan muncul di dahimu Sakura. Pembantu? Ukh, panggilan yang menyebalkan walaupun kenyataannya dia memang sejenis 'babu'.

"Ah, biar kuambilkan," balas Karin cepat. Ia bangkit dan berjalan kearah sie konsumsi.

"Mana air mineralku?" tanya Sasuke setelah Karin menjauhi mereka.

"Kau tidak dengar Uchiha? Dia sudah mengambilkannya untukmu," balas Sakura seakan meragukan pendengaran tuannya.

"Hn. Kurasa akan ada yang dapat hukuman malam ini," ucap pemuda raven itu penuh penekanan sambil menyeringai mengerikan. Baiklah Sakura, cepat ambil tindakanmu.

"IYA! Baiklah-baiklah!" Sakura yang merasa phobia langsung gelagapan menuju tempat yang sama dengan Karin. Gadis berambut merah itu telah mengambil sebotol air dan sudah setengah jalan menuju tempat Sasuke. Sakura berlari mendekatinya.

"Karin-san, biar aku saja!" ucap Sakura langsung merebut botol dari tangan Karin, dan ia pun mendapat deathglare dari si rambut merah.

"Apa yang kau lakukan gadis bodoh?!" teriakan Karin tak di hiraukan Sakura kerena ia telah berlari ke tempat Sasuke.

Dengan napas tersenggal gadis itu berucap sambil menyerahkan botol airnya, "Ini. Puas? Tidak ada hukuman, oke?"

"Aku tidak haus."

Sasuke melongos pergi seenak jidatnya.

Sakura menjerit.

.

.

Gadis bernama Haruno Sakura itu mengerucutkan bibirnya, memasang wajah masam dan melipat tangannya di depan dada. Tak usah ditanya ini gara-gara siapa. Pemuda yang lebih tua 10 tahun darinya itu memegang kemudi dengan santai. Sakura sangat yakin ia tertawa jahat dalam pikirannya sekarang.

"Kagum dengan ketampananku?" dengar, suaranya saja sudah semakin menyebalkan.

Sakura menerjapkan mata seperti orang tertangkap basah, "Ti-dak! Aku hanya memikirkan bagaimana cara agar rambutmu terbakar sampai habis, kemudian kehilangan ketampananmu dan fans-mu."

"Kau baru saja mengakui bahwa aku tampan."

"A-apa?!"

"Rambutku masih ada. Aku masih tampan."

"Kau tidak tampan! Kau jelek! Baka!"

"Kalau begitu kau tak perlu membakar rambutku."

"Aargh!" Sakura menggeram kesal. Percuma berdebat dengan orang macam Sasuke, seperti tidak ada habisnya. Kau pasti tahu rasanya ingin mencincang orang yang membuat mood-mu minus.

Tak beberapa lama kemudian mereka telah sampai di Konoha Mall. Keadaan di sini tak pernah sepi pengunjung. Lagipula ini sudah sore, semakin malam semakin ramai orang datang. Sakura tidak peduli apa yang ingin Sasuke lakukan disini tapi yang pasti, ia ingin cepat-cepat menjauhi pemuda itu layaknya menjauhi virus mematikan.

Sasuke telah memakai jaket biru donker berhoodie, kaca mata hitam seperti biasa, namun untuk lebih menutupi identitasnya ia memakai masker. Lalu ia pun keluar dari mobil. Namun Sakura tak kunjung mengikutinya, masih dengan mimik kesal.

"Kalau kau tak mau keluar, aku akan mengunci mobil dan kau mati konyol kehabisan oksigen," ucap Sasuke. Sakura mendengus.

"Lebih baik begitu, kemudian kau masuk penjara karena kasus pembunuhan," balas Sakura ketus. Sasuke memasuki mobil kembali.

"Hn. Ingin dapat hukuman rupanya," Sasuke berucap sambil memegang tengkuk Sakura, membuatnya merinding. Menyebalkan, Sasuke selalu saja mengandalkan hukumannya untuk menakuti Sakura.

"FINE! Oke, Uchiha, kau menang."

"Hn."

Mereka memasuki Konoha Mall yang megah itu. Kekesalan Sakura masih berlanjut saat Sasuke membawanya ke sebuah butik pakaian wanita. Tidak, bukan itu yang membuat Sakura sekesal ini, namun Sasuke yang langsung menyambet pakaian-pakaian itu tanpa berkonsultasi 'mana yang bagus untukmu' pada Sakura. Sakura takkan berharap karena kekesalan itu jadi berkali-kali lipat –hampir semua pakaian yang diambil Sasuke membuatnya tercegang. Tidak hanya harganya yang fantastis, tapi juga kurangnya bahan yang digunakan untuk membuat pakaian-pakaian itu sehingga Sakura bisa mengekspos beberapa bagian yang tidak seharusnya.

Sasuke berjalan terlalu cepat membuat Sakura tak bisa mengikuti setiap langkahnya walaupun gadis itu mengomel setiap detik. Setelah kartu kredit itu tergesek sekalipun, ia masih mengomel.

"Bawa ini."

"Apa-apaan kau? Ini sama sekali tak pantas dipakai!"

"Bukankah wanita sepertimu menyukainya, eh?"

'Dasar tak tahu diri. Bukannya berterimakasih malah mengomel,' yah setidaknya itulah yang dipikirkan Sasuke sekarang saat Sakura berkata dengan nada kesal.

"Hn. Jika itu maumu, besok kau bugil saja?"

Wajah Sakura memerah.

.

.

Sakura terbaring di sofa hotel yang empuk itu. Sudah jam 1 malam tapi dirinya tidak merasa kantuk sama-sekali. Mata emelard hijau miliknya bergulir menatap Sasuke yang tertidur lelap. Gadis berambut pink itu menghela nafas berat. Baru sehari saja sudah begini. Ia merasa Sasuke adalah masalah hidupnya sekarang. Sakura tidak yakin ia akan tahan begini terus. Ia tidak pernah menemui orang semenyebalkan dan semanja pemuda itu. Haha, mungkin dia harus kabur, pergi di negeri entah-berantah dan mengganti namanya.

Gadis itu menerjapkan matanya beberapa kali. Kabur.

Dengan gerakan tanpa suara Sakura mulai memasukkan pakaiannya yang sudah ia beli bersama Sasuke tadi siang ke dalam tas ransel. Setelah semua siap, dia melangkah sangat hati-hati melewati kasur yang ditempati Sasuke sekarang.

Yes! Kasur sudah terlewat. Sekarang hanya tinggal pintunya saja...

"Mau-kemana-Haruno?"

"AH!"

Sakura sangat kaget, selain berkata secara tiba-tiba, Sasuke juga telah berdiri tepat di belakangnya. Pemuda itu dengan sigap langsung melempar ransel Sakura ke segala arah, menggendong Sakura, dan mengunci pergerakan gadis itu sesampainya di kasur. Sakura benar-benar tidak bisa bergerak sekarang.

"Mencoba melarikan diri Haruno?" ucap Sasuke. Wajah mereka sangat dekat sekarang. Mereka saling melemparkan tatapan tajam.

"Ya! Tanpa bertanya pun kau tahu kan? Kau! Menyebalkan, manja, angkuh, mesum! Seenaknya sendiri seperti aku adalah bonekamu! Aku bukan milikmu!" Sakura menarik nafas panjang. Ia mencoba melepaskan dirinya walaupun sia-sia karena tenaga Sasuke jauh lebih besar darinya.

"Kau menjual diri, aku membelimu. Jadi kau milikku," Sasuke masih menatapnya tajam.

"Aku tak menjual diriku, baka! Kau tidak tahu bagaimana rasanya di jual oleh ayahmu dan tak ada yang peduli lagi! Sasuke baka! Baka!" Sakura memarahi Sasuke. Ia tak peduli walau air matanya mengalir sekalipun. Tak peduli seberapa perih tangannya karena Sasuke. Hatinya lebih perih dari ini.

Sakura masih kalut dalam tangisan dan emosinya, tiba-tiba cengkraman itu terlepas. Sesuatu yang lembut menyapu bibirnya. Namun Sakura masih menangis, tapi ia telah kehilangan kata-katanya. Gadis itu mendorong dada bidang Sasuke agar melepaskan ciuman itu, tapi justru Sasuke yang semakin mendekat dan mengigit bibir Sakura agar gadis itu mau membuka mulut.

Sakura reflek membuka mulutnya dan Sasuke langsung menjelajahi seluruh lorong hangat itu. Di peluknya Sakura dengan erat agar dia tak lepas kontak itu. Selama tiga menit lamanya, akhirnya Sasuke baru melepas ciumannya. Gadis di depannya benar-benar membutuhkan oksigen, sudut-sudut matanya masih mengeluarkan cairan.

"Hukuman untuk gadis cerewet sepertimu."

To Be Continue


AN : Karena pas upload ini siang-siang, konnichiwa Minna! Sora datang dengan fiction twoshoot gaje yang sudah dikerjakan entah sejak kapan... karena Sora udah nyiapin chapter selanjutnya maka akan di upload beberapa hari kedepan! Yahoo! #ditabok

Oke, jaa! Mind to review?