Warning: Psychopass is not mine. And RivaMika belong to Isayama Sensei. Contains of OOC, Plotless, gajeness. Dedicated to Makishima fans who wanted better life for him. Enjoy!
.
.
.
Surai-surai tertiup angin malam bergerak maju bersama. Perak sinar bulan mencipta banyangan malam pekat. Paparannya menerpa dua serigala berbeda warna~hitam dan putih. Dua serigala yang lahir dari rahim kebencian akan sistem yang sama tapi penuh kontradiksi. Mereka berkejaran, satu bersembunyi~satu berburu. Tidak karena sang serigala hitam lebih kuat ketimbang si putih, tapi karena si putih tidak bisa membayangkan akan ada serigala sepadan yang mampu mencabik batang lehernya kecuali si pekat. Dia menginginkan itu.
Ilalang bergoyang searah angin. Baling-baling besar berputar pelan mengiringi langkah besar si putih~Makishima. Pelipisnya mulai berdarah, pakaian necisnya ternoda merah, dia hampir menyerah. Pemuda perak itu berjalan maju terhuyung, mencari tempat peristirahatan terakhir yang selalu dia impikan; hamparan luas yang ketika dia terbaring dia bisa merasakan semilir angin, melihat merahnya langit dan merasakan gelitik rumput. Ajalnya sudah dekat, dan dia tertawa.
Dirinya kesepian? Sungguh kata itu sangat tidak pantas disandingkan dengannya. Dia menyukai kesendirian. Atau setidaknya~ begitulah caranya menyangkal ketakutan terbesarnya. Seorang anak yang tidak diterima sistem, pengecualian, tidak dianggap. Tawanya hambar dan kering, tidak! Dia adalah sang agung yang istimewa. Dan hari ini dia akan mati ditempat yang dia sukai; tempat yang penuh semilir angin hingga helai-helai putih rambutnya yang tidak biasa bisa bermain menggelitik tulang pipinya yang tinggi~ bahkan terkadang menari di depan iris matanya yang keemasan.
Dia menggeletakkan diri dengan ilalang sebagai alas. Matanya terpejam perlahan bersama mengalirnya darah dari pelipis, perut dan luka-luka kecil di sekujur tubuhnya. Di sana … di sana aka nada banyak manusia yang sama sepertinya~pendosa. Tentu saja dia tidak sabar untuk meneruskan pertarungannya dengan Kougami di neraka, tapi sepertinya dia masih harus menunggu lama. Dunia menggelap dan keberadaannya pun lenyap.
.
.
.
"Kakak! Dia lelaki yang dulu mencegahku!" suara gadis itu antusias dan tertahan. Sosok pendek bersurai gelap yang selalu mengernyit, mengerutkan dahinya lebih dalam.
"Dia sekarat," ucapnya tanpa basa-basi dengan nada tanpa belas kasih.
"Tolong dia … dia sama sepertiku," gadis bersurai gelap itu memohon. Tangannya menyentuh pelipis sang serigala putih.
"Apa dia bukan penegak? Atau dari Biro?"
"Aku tahu tidak perlu meragukan penilaianmu, Kak. Tolong dia, dan kita bisa pergi dari negeri jahanam ini."
Seberkas senyum yang langsung hilang menandakan kesepakatan mereka.
"Kurasa tubuhnya tidak berat, tapi kau tidak perlu mengangkatnya sendiri Mikasa. Jika kau bisa merasakan suka, bertingkahlah seperti wanita, aku bertaruh lelaki ini akan takut begitu dia melihat sedang digendong wanita yang badannya lebih kecil darinya."
Wajah Mikasa memerah, padahal dia belum bertindak apapun.
Tangan lembutnya menyimpan pisau berbentuk aneh dari tangan lelaki itu, menyelipkannya dalam kantung jaket lalu memapah pemuda yang selalu menghantui malamnya.
"Kakak, hidupku sempurna sekarang."
"Tch, semoga ayah cepat menghancurkan system iblis negara ini."
"Semoga …."
.
.
.
A/N: I'm not quite sure what is it about. I do love Makishima, Mikasa and Levi. Anyway, thanks for reading. xoxo
