Title : My Rival My Love
Pairing: Kris x Luhan
Genre : Romance, Comedy
Disclaimer : Kris is Luhan's and Luhan is Kris'
Chapter 1
" Hmmmm.." Chen menarik nafasnya dalam-dalam ketika dirinya telah sampai di bandara. Ia segera membuka kacamata hitamnya, dan menarik kopernya keluar. " Hey kakak, ayo cepat sedikit !" Seru Chen, ketika melihat kakaknya, Luhan, tengah sibuk bergelut dengan barang-barangnya.
" Tu—tunggu sebentar..! Aduh ini—Tunggu !" Sahut Luhan cepat, ia segera menarik koper dan tas-tas miliknya, dan segera berlari menuju kearah Chen yang telah berada jauh di depannya. " Hey Chen, sebagai adik yang baik, kau harus membantuku dong.. Masa kau tega sih membiarkanku dengan barang-barangku sebanyak ini.."
" Lalu apa ? Aku cukup bawa barang milikku, dan kau bawa barang milikmu.. Adil kan ? Dasar wanita.." Ucap Chen mengejek, dan mengacungkan tas dan koper yang tidak lebih besar dari milik kakaknya. Seolah kedut-kedutan membentuk sudut siku-siku muncul di dahi Luhan, " Heh, bocah ! Siapa yang mengajarkanmu berkata seperti itu ?! Sudah berapa kali aku bilang aku ini laki-laki tulen ! Apa perlu kubuktikan keperkasaanku kepadamu huh ?!"
" Apa-apaan kau ? Selama bertahun-tahun kita tinggal serumah, aku sudah sering melihat punyamu tahu ~" Ejek Chen lagi, tawanya meledak ketika melihat wajah sang kakak sudah menyerupai tomat busuk. " Sialan kau Kyuu ! Akan kuadukan pada ibu nanti !"
" Terserah padamulah, baby Luhan . Dasar bocah manja ," Decah Chen sembari memutar kedua bola matanya.
" Kau yang bocah ! Ah sudahlah ! Chen, kita tidak akan beristirahat ?" Tanya Luhan disela 'percakapan hangat'nya.
" Hn ," jawab Chen singkat padat dan tidak jelas apa maksudnya.
" Disini saja ya.." Ucap Luhan tanpa aba-aba langsung memasuki sebuah café yang ramai pengunjung. Chen dengan cepat langsung mengambil kursi terdekat dari pintu, selagi Luhan sibuk memilih apa yang akan dia pesan.
" Nona aku pesan satu ice cappuccino, Chen kau mau pesan apa ?!" Tanya Luhan dengan suara super stereo.
" Ya tuhan, apakah dia benar-benar kakakku ?" gumam Chen. " Samakan saja dengan milikmu !"
" Baiklah nona, aku pesan dua cappuccino, tolong diantar ke meja nomor delapan ," ucap Luhan sembari tersenyum kecil, dan sukses membuat sang penjaga kasir merona merah.
Luhan segera menarik kursi di sebelah Chen, dan tak berapa lama kemudian sang pelayan pun segera mengantarkan ice cappuccino mereka, dan sang pelayan pun cepat-cepat pergi sebelum ia merona lagi melihat senyuman maut Luhan. Tanpa basa-basi lagi Luhan segera meneguk ice cappuccino yang ia pesan. Ia mencibil. " Sepertinya kurang sesuatu.." gumam Luhan.
" Nona, aku—"
PLAASSHH
Luhan membelakkan matanya, ketika ia mendapati cappuccino miliknya tumpah tepat ke kaos hitam seorang lelaki yang lebih tinggi darinya. Sang lelaki segera membuka kaca mata hitamnya, mengekspos manik onyx indah miliknya. " Astaga.." desah sang lelaki tersebut.
" Ma—ma—maaf !" Luhan segera membungkukkan tubuhnya beberapa kali. Chen yang melihat kejadian itu hanya bisa terdiam dan menggeleng-gelengkan kepalanya. " Anggap saja kau tidak kenal dia Chen, anggap dia bukan kakakmu. Pura-pura tidak tahu Chen.. Pura-pura tidak tahu ," Gumamnya pelan, dan memandang ke arah lain, walaupun sebenarnya dia merasa agak khawatir.
" Tch, " desah sang lelaki tersebut, dan menatap Luhan. " Bisakah kau gunakan matamu dengan baik ?" Tanya lelaki itu dengan nada bicara mengintimidasi. Wajah tampannya yang memang notabenenya terkesan arogan, dan mata tajam menyalang seolah siap membantai habis orang yang telah mengganggunya.
" Maaf .." Ucap Luhan, dan membungkukkan tubuhnya lagi. " Aku tanya, bisakah kau pergunakan matamu dengan baik ?! Memangnya kau tidak melihatku ada di sini apa ?!" Bentak sang lelaki dengan cepat.
" Tapi aku kan sudah minta maaf !" Seru Luhan tak mau kalah. " Tapi memangnya hanya dengan minta maaf saja kau bisa mengembalikan bajuku bersih seperti semula apa ?!" Seru lelaki tersebut dengan suara yang tidak kalah tingginya dengan Luhan. Sontak adu mulut itu menyita perhatian pengunjung café itu.
" Baik ! Bila dengan ini kau bisa berhenti membentakku !" Seru Luhan. " Pelayan !" Panggil Luhan cepat, kepada seorang pelayan yang sedang membersihkan meja.
" I—iya .." jawab sang pelayan, dan segera menghampiri Luhan. Luhan dengan segera merebut lap kotor yang ada di tangan sang pelayan. Dengan cepat Luhan segera 'membersihkan' noda kotor di kaos lelaki itu, sang lelaki hanya bisa memutar matanya, dan menggigit bibir bagian bawahnya dengan kesal.
" Hentikan ! Kau bisa merusak kaos hitam kesayanganku !" Sergahnya dengan cepat, namun kata-katanya hanya dianggap sebagai angin lalu oleh Luhan. " Kau mau bajumu bersih bukan ?! Nih.. Kau lihat ! Aku sedang membersihkannya !"
" Hentikan ! Kubilang hentikan !" Serunya dan segera mendorong Luhan hingga jatuh tersungkur.
~~Triiing~~
Sang lelakipun segera membersihkan noda di kaosnya dengan jemari tangannya, walaupun nampaknya tidak berpengaruh apapun.
Lelaki itu pun segera berjongkok, tepat dihadapan Luhan yang masih tetap dengan posisi terjatuhnya. Tangannya dengan cepat meraih sebuah benda, tanpa sepengetahuan Luhan. " Tidak disangka, selain matamu yang bermasalah, ternyata kau juga tuli. Sepertinya kau salah memilih musuh, bung.." ia berbisik tepat di telinga Luhan, dan menyeringai licik. Lelaki itu pun segera bangkit, dan pergi keluar dari café itu.
" Hey baby Lu ! Kau benar-benar memalukan sekali sih !" Seru Chen, tapi pada akhirnya ia ikut membantu Luhan. " Hey—Chen—"
" Tunggu, kalungmu mana ?" Tanya Chen, Luhan membelakkan matanya, dan segera meraba leher sampai dadanya. " Tunggu.." Luhan pun bangkit dan segera mencari-cari kalung salibnya di kolong meja.
" Tidak ada.. Tunggu ! Jangan-jangan.." Luhan segera berlari keluar. " Hey ! Tunggu ! Astaga bocah itu benar-benar ceroboh sekali ! Awas saja kalau sampai ia membuat masalah lagi ," Gumam Chen.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Wufan !" Panggil seorang lelaki tampan bersurai hitam kecoklatan dan bermanikkan senada dengan rambutnya, lelaki yang dipanggil pun membalikkan tubuhnya dan tersenyum. " Maaf ya.. Sudah lama menunggu ?"
" Tidak, aku baru saja datang kemari.." Ucap lelaki yang dipanggil Wufan dan segera memeluk lelaki itu. " Tunggu.. Tunggu.. Bajumu kenapa kotor begitu ?"
" Hhh.. Kau membuatku terpaksa mengingatnya lagi, Yixing.." Ucap Wufan sedikit mencibil, namun kembali tersenyum. " Ini karena ketumpahan cappuccino.. Lagi-lagi orang bodoh yang berjalan tanpa menggunakan matanya untuk melihat.. Tapi tenang saja, orang itu sudah mendapat balasan. Ia telah salah memilih musuh.." Ucap Wufan dengan seringai liciknya ketika melihat kalung dengan bandul salib ditangannya.
" Hahaha jadi siapakah orang yang kurang beruntung itu ?" Tanyanya sembari tertawa kecil, ia tahu betul bagaimana tabiat lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya.
" Tentu saja akan kubuat ia menderita. Dia benar-benar menyebalkan, Yixing. Kaos yang kau berikan padaku sampai kotor begini.." Desahnya.
" Tidak apa, kita bisa menggantinya dengan yang lebih baik. Jadi ? Kita langsung pulang ?" Tanya lelaki yang dipanggil Yixing itu.
" Kau maunya bagaimana ? Aku hanya akan mengikuti apa katamu ," Ucap Wufan sembari mengacak-acak rambut Yixing lembut.
" Pulang saja.. Lagi pula dengan baju kotor seperti itu, kau mana mau keluar jalan-jalan denganku.." Ucap Yixing tersenyum kecil. " Iya sih, tapi aku kan sudah berjanji mau mengajakmu berkeliling di Beijing.." Ucap Wufan segera mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya.
" Jadi ? Pergi sekarang ?" tanya Wufan. " Hm !" Yixing mengangguk dengan bersemangat, dan segera menggandeng lengan Wufan.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Hosh.. hosh.. Kemana perginya ?" desah Luhan masih dengan nafasnya yang terengah. " Ah itu dia !" Luhan segera berlari menuju kearah seorang lelaki yang sangat familiar yang baru saja ia temui tadi, bersama dengan seorang lelaki yang sedang berjalan menuju ke tempat parkir.
" Sepertinya mereka mau naik mobil.." gumam Luhan dan segera mencari-cari kendaraan yang ia bisa gunakan untuk sementara. " Aha !"
" Nyonya.. Harganya sudah murah sekali, ini bagus untuk dibawa sebagai oleh-oleh untuk keluarga nyonya ," kata seorang wanita paruh baya, yang sibuk menjajakan kerajinan tangannya.
" Ah.. Bagaimana ya, kalau ini kami sudah punya banyak dirumah.. Maaf ya ," kata sang ibu yang ditawari.
" Sepeda !" Seru Luhan, dan segera menaiki sepedanya.
" Hey.. ! Tunggu ! Mau kau bawa kemana sepeda milikku ?!" tanya sang wanita paruh baya itu, sambil sibuk bergelut dengan kerajinan tangannya.
" Ng.. Ng.. Sepedanya boleh kupinjam sebentar kan ? Ini, kurasa ada sedikit uang di kantung celanaku ," kata Luhan dan segera memberikan uang yang ada di saku celananya, dan dengan cepat melesat tanpa mendengarkan jawaban dari sang wanita paruh baya itu.
Luhan pun segera mengayuh sepedanya dengan cepat, bersamaan dengan berangkatnya mobil sang 'pencuri' kalung salib milik Luhan.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Sebuah mobil sedan berwarna hitam legam berhenti di parkiran mobil. Diiringi dengan sepeda Luhan yang masih mengekori dibelakangnya. Luhan segera memarkirkan sepedanya, dan bersembunyi dibelakang sebuah mobil, ketika mendapati kedua sejoli tersebut berjalan menuju kearah mall.
Piiiipp~~ Piiipp~~
Dengan tergesa, Luhan segera membuka kunci ponsel touch screen bernuansa hitam miliknya. " Ya—" belum sempat Luhan meneruskan kalimatnya, sebuah suara dari seberang sana segera memotong perkataannya dengan cepat. " DASAR KAU XIAO LUUUUU ! KEMANA SAJA KAU ?! SEENAKNYA MENINGGALKANKU DI BANDARA !" seru sebuah suara yang ternyata adalah adik Luhan yang tak lain dan tak bukan adalah Chen. Suaranya yang super stereo membuat Luhan terpaksa menjauhkan ponselnya dari telinganya.
" Hey Chen ! Aku belum mau kau buat tuli !" Desah Luhan sambil memegangi telinganya. " Aku sekarang berada di mall, masih me—"
" APA ?! KAU SEDANG DI MALL ?! KAU INGIN MENINGGALKANKU DAN BERSENANG-SENANG SENDIRIAN HUH XIAO LU ?!" Seru Chen lagi, dan lagi-lagi Luhan menjauhkan ponselnya dari kupingnya. " Bukan begitu !" Seru Luhan, ia segera keluar dari tempat persembunyiannya. Matanya menerawang jauh, ketika mendapati kedua lelaki tersebut sudah tidak ada.
" Aaaaahh.. Ini semua gara-gara kau !" Seru Luhan dan segera mematikan teleponnya. Ia pun berlari sekencangnya.
" Tch, sial.. Aku jadi kehilangan jejak lelaki sialan itu kan.." gumam Luhan, dan terus berlari.
xxxxxxxxxxxxxxxxx
" Kau mau pesan apa ?" Tanya Yixing sesampainya di sebuah coffe bean. " Aku tidak mau pesan apa-apa ," Jawab Wufan singkat.
" Hmm.. Baiklah kalau begitu, nona aku pesan vanilla latte-nya saja satu ," Ucap Yixing. " Baik, satu vanilla latte akan segera diantar ," kata sang pelayan, dan segera pergi.
" Setelah ini jalan-jalan di taman hiburan, bagaimana ?" tanya Yixing. " Aku hanya mengikuti perkataanmu saja ," jawab Wufan sambil mengelus rambut Yixing.
" Huuummm.. Wufannie.." Yixing tersenyum manja.
Luhan berlari, dan segera berhenti menatap sekelilingnya. Ia menatap butik-butik, dan toko-toko accessories, namun hasilnya nihil, orang yang ia cari tetap saja tidak ada. Dan ia kembali berlari menuju ke lantai atas, tempat café dan restaurant-restaurant berada.
Masih dengan hasil yang sama. Nihil. Dan ia pun memutuskan untuk berhenti di sebuah coffe bean. Ia terduduk lemas, karena tenaganya sudah terkuras habis oleh mengayuh dan berlari, belum lagi ia terkena sengatan sinar matahari di musim panas. Sungguh..
Ia membelakkan matanya, ketika melihat orang yang dia cari. Namun tak berapa lama kemudian, mereka segera pergi dari tempat itu. Tanpa basa-basi lagi, Luhan pun segera mengekori mereka dari belakang.
" Sebenarnya mereka mau kemana sih ?" gumam Luhan ketika mendapati mereka kembali ke tempat parkir. Luhan pun segera mengayuh sepedanya, ketika mobil mereka mulai tancap gas.
xxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Kita sudah sampai, my prince.." Ucap Wufan dan tersenyum kecil. " Akhirnya.. Rasanya sudah lama sekali ketika aku meninggalkan China untuk study ke Inggris.. Hhh.. Aku rindu.." ucap Yixing segera keluar dari mobilnya, diikuti dengan Wufan dibelakangnya.
" Tak banyak yang berubah dari taman hiburan ini ," Ucap Yixing bersemangat. Matanya berbinar ketika melihat jet coaster, dan wahana-wahana lainnya. " Aku masih ingat ketika aku memaksamu untuk ikut menaiki komedi putar bersama denganku .."
" Yah.. Saat itu sudah terlalu sore, dan aku tidak mau kena marah ibuku.." Wufan tersenyum tipis. " Tapi akhirnya kau mau ikut naik komedi putar denganku karena aku menangis, hahaha.."
" Aku lebih baik kena marah ibuku daripada harus melihatmu menangis ," ucap Wufan sambil mengacak rambut Yixing.
Yixing hanya tersenyum kecil. " Jadi ? Kita masuk ke dalam ?" Tanya Yixing. Sedang Wufan menjawab pertanyaan tadi hanya dengan sebuah anggukkan kecil.
" Ayooo !" Seru Yixing begitu bersemangat, ia segera menggandeng lengan Wufan.
xxxxxxxxxxxxxxxxx
" Hosh.. Hosh.." Luhan segera memberhentikan sepedanya. " Ah.. Sial ! Andai saja kalungku tidak dibawa olehnya, aku tidak akan mau melakukan hal-hal konyol seperti ini.." lanjutnya.
Ia berjalan dengan lemas, dan tetap mengikuti mereka dari belakang.
Piip~ Piip~~ Piiip~~
Luhan segera mengangkat ponselnya yang bordering. " Ada apalagi Chen ?"
" Hey kakak, kau dimana sekarang ?!" tanya Chen dengan nada bicara yang kesal, namun nampaknya ia sudah bisa mengontrol emosinya sekarang. " Hosh.. Taman hiburan ," jawab Luhan pasrah, tetap berjalan, dan mengikuti mereka dari belakang.
" Ta—taman hiburan ?! Jadi setelah mall kau mau jalan-jalan di taman hiburan ?! kau meninggalkanku dibandara dan kau malah bersenang-senang di sekarang ?! Huh ?!" Seru Chen dengan nada bicara yang meningkat. Luhan lagi-lagi menjauhkan ponsel flipnya dari telinganya. " Bukan begitu, aku masih mencari kalungku, Chen.."
" Mencari kalung apanya ?! Kalungmu kan hilang di bandara, bukan di taman hiburan !" Seru Chen. " Tapi aku tahu siapa yang mengambil kalungku, Chen ! Aku sedang mencarinya !" seru Luhan yang kesal karena adiknya yang selalu salah tanggap.
" Lalu siapa orangnya ?!" tanya Chen cepat. " Orang yang tadi tak sengaja kena tumpahan cappuccino milikku ," jawab Luhan lemas.
" Ha ? Orang itu ? Kau tahu darimana ? Bagaimana bisa ?" tanya Chen bertubi-tubi. " Sudahlah, kau tidak perlu tahu, ceritanya terlalu panjang bila aku ceritakan padamu sekarang. Kalau mau pulang duluan pulang saja, aku masih harus mengikuti orang itu ,"
" Baiklah hati-haa—"
Tuuuuutttt
Luhan dengan segera memutuskan sambungan teleponnya. Dan meneruskan kegiatannya.
" Wufannie, aku mau itu.." Ucap Yixing sambil menunjuk gulali berwarna pink. "Astaga, sudah sebesar ini masih suka gulali ? Benar-benar tidak berubah.." Decak Wufan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Yixing mencibil.
" Iya.. Iya.. Aku belikan sekarang.." ucap Wufan. Yixing pun tersenyum riang. "Setelah ini kita naik komedi putar ya ," kata Yixing sambil tersenyum seperti anak kecil.
" Yixing.. Komedi putar hanya permainan untuk anak kecil, kita bisa naik wahana lain ya ?" Bujuk Wufan ketika melihat Yixing mencibil seperti anak kecil. Walau bagaimana pun ia masih mengingat identitasnya sebagai seorang Wu Yifan, terlebih lagi saat ini ia sedang gencar-gencarnya diberitakan akan menjadi pewaris tunggal keluarganya, jika kakaknya benar-benar meninggalkan keluarganya itu. " Kau mau melihat aku menangis ?" tanya Yixing dengan jurus puppy eyes-nya.
" Aku yakin kau tidak akan menangis, ayo naik wahana lain saja .." Bujuk Wufan lagi. " Wufan jahat.."
" Hn.. Baiklah, aku mengalah.." Ucap Sasuke sembari memutar bola matanya. " Yaayy! Wufannie memang yang terbaik !" Seru Yixing dan segera menarik tangan Wufan menuju ke wahana komedi putar.
" Benar-benar kekanak-kanakkan ," gumam Luhan, ia segera mengambil gulalinya, dan segera duduk tidak jauh dari komedi putar.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Mereka berdua pun segera turun dari komedi putar, bergegas untuk menaiki wahana lainnya. Dan Luhan tetap mengekori dari belakang.
" Naik ini ya ! Naik ini !" Seru Yixing sambil menunjuk kearah Jet Coaster. Wufan lagi-lagi hanya mengangguk kecil, dan pasrah ketika Yixing menarik tangannya dengan penuh semangat.
" Tunggu, apa-apaan ini?! Jet Coaster ?!" gumam Luhan ia menelan ludahnya. " Demi kalungmu, Luhan.. Demi kalungmu.. Ini akan cepat berakhir .." Ucap Luhan yang seolah menjadi mantranya, dan untuk memotivasi dirinya sendiri, ia bergegas duduk tepat di belakang kursi milik Yixing dan Wufan.
Luhan menghela nafas panjang. Wajahnya benar-benar pucat. Jet Coaster pun melaju naik.
'Sebenarnya kan aku tidak perlu sampai naik ke wahana ini, hanya untuk mengikuti mereka.. ASTAGA TUHAN MENGAPA KAU MENCIPTAKANKU SEBODOH INIIIIII ?!'
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Hueeekk !" Luhan memuntahkan isi perutnya, " Hueeeeek.. Uhk.. Uhk.."
..Ssssshhhhh..
Luhan pun segera keluar dari toilet pria, dengan wajah yang masih pucat. Ia menghela nafas beratnya. " Sebentar lagi, Luhan.. Kau harus sabar.." gumamnya pelan. Ia melihat kedua orang yang sedang diikutinya itu berdiri tepat di depan pintu toilet. Luhan pun segera bersembunyi dibalik pintu toilet,dan berusaha mendengarkan pembicaraan mereka.
" Yixing.. Apa kau merasa dari tadi ada yang mengikuti kita ?" tanya Wufan.
" Tidak ah.. Memangnya kenapa ?"
" Entahlah, aku hanya merasa ada seseorang yang sedang mengikuti kita ," jawab Wufan pelan, matanya menerawang.
" Wufan, kau membuatku ingin ke toilet.." kata Yixing. Luhan yang mendengar perkataan Daiki segera berlari masuk ke salah satu toilet dengan cepat.
BRAK !
" Uwaaaaaaaaa!" Luhan segera menutup pintu toilet itu dengan tergesa. Dan seorang lelaki keluar dari toilet itu dengan mimik wajah yang terlihat marah. " Apa-apaan kau ?! Kau mau mengintipku hah ?!"
Yixing yang secara tidak sengaja mendengar ribut-ribut di dalam pun segera masuk, sedangkan Wufan tidak mau tahu dan tidak menggubris keributan di dalam, ia malah pergi mencari tempat duduk.
" Ma—maaf aku tidak sengaja, kukira tidak ada orang di dalam. Dan kau tidak mengunci pintunya ," jelas Luhan.
" Ah.. Alasan saja kau !" Seru pria itu dan segera menarik Luhan keluar.
" Eh tunggu ada ribut-ribut apa ini ?" Tanya Yixing.
" Bocah ini berusaha mengintipku !"
" Tidak ! Astaga Ya Tuhan.. Demi apapun aku rela bersumpah ! Aku kan sudah menjelaskan semuanya padamu pak tua ! Sekalipun aku ingin mengintip seseorang aku pasti akan pilih-pilih, aku tidak mau dengan orang tua galak sepertimu !" Seru Luhan yang sudah naik pitam.
" Dasar bocah sialan !"
" Hey hey sudah ! Dia kan sudah minta maaf ," bela Yixing, Luhan membelakkan matanya ketika melihat Yixing yang notabenenya kekasih dari orang gila yang mencuri kalungnya membelanya. " Lagipula ini semua tidak sepenuhnya salahnya, kan ? Aku tidak sengaja mendengar perkelahian kalian di dalam sana, lagipula itu logis kok. Mungkin dia sudah tidak tahan, dan tidak tahu kau ada di dalam.. Lagipula siapa suruh tidak mengunci pintu toiletnya ," ujar Yixing. Lelaki itu hanya memutar bola matanya.
" Maafkan aku pak tua ," ucap Luhan sekali lagi, dan membungkukkan tubuhnya. " Terserahlah.." kata sang lelaki itu dan segera pergi dari tempat itu..
Yixing dan Luhan menatap lelaki itu, dan saling bertukar pandang. " Eehh.. Ano.. Xie-xie.. Karena telah membelaku tadi ,"
" Ya, sama-sama.. Habisnya pria itu aneh sih, ia sendiri yang tidak mengunci pintu toiletnya, tapi masih bisa menyalahkan orang lain. Hahaha.." Yixing tertawa pelan. " Eh.. anoo.. Maaf aku buru-buru ," ucap Luhan cepat dan segera berlari dari tempat itu.
" Hee tunggu ! Bukannya kau mau ke toilet ?! Hey ! Sudahlah.." ucap Yixing.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Lelaki dengan postur tubuh tinggi tegap dan sangat ideal bagi para wanita itu masih belum beranjak dari kursinya, menunggu kekasihnya kembali dari toilet.
Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, namun ia menangkap sesuatu yang menarik. Pertengkaran antara 2 anak muda dan 1 orang tua, tapi bukan itu yang menjadi topik utamanya, melainkan kekasihnya, Zhang Yixing dan seorang lelaki yang pagi tadi menumpahkan cappucinno ke baju kesayangannya-lah yang berada disana.
" Bocah ini berusaha mengintipku !"
" Tidak ! Astaga Ya Tuhan.. Demi apapun aku rela bersumpah ! Aku kan sudah menjelaskan semuanya padamu pak tua ! Sekalipun aku ingin mengintip seseorang aku pasti akan pilih-pilih, aku tidak mau dengan orang tua galak sepertimu !"
Pertengkaran tersebut menyita perhatian banyak orang tak terkecuali Wufan. Seringaian tipis muncul dari sudut bibirnya. " Jadi bocah itu yang daritadi mengikutiku ? Apa ia belum jera dengan hukuman dariku ? Biar kuberi pelajaran saja sekalian ,"
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Wufan menghampiri Yixing, ia masih tersenyum riang. Setelah puas menaiki beberapa wahana. Matanya masih berbinar. Tak nampak sedikitpun kesan kelelahan dalam wajah Yixing. " Kita pulang sekarang ya ?" Bujuk Wufan.
" Tapi aku masih mau main.." Ucapnya.
" Tapi hari sudah terlalu sore untuk bermain di sini, besok-besok kan masih bisa.. Aku juga sudah lelah, dan kau masih harus mengemasi barang-barang di apartementmu ," Ucap Wufan.
" Tapi—baiklah.." Yixing hanya dapat menuruti apa yang dikatakan oleh Wufan. Wufan pun bangkit, diikuti dengan Yixing di sampingnya. " Aku akan mengantarmu sampai ke apartement ,"
" Tidak usah, nampaknya kau sudah terlalu lelah.. Hmm.. Begini saja, kau mengantarku sampai ke halte bus, dan kau bisa langsung pulang.." Ucap Yixing.
" Ya sudah kalau memang begitu maumu.." Timpal Wufan.
" Akhirnya mereka pulang juga.." Desah Luhan. Ia benar-benar sudah kelelahan. Ia segera mengambil sepedanya. " Sebentar lagi.."
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Wufan segera memarkirkan mobilnya. Ia pun berjalan dengan santai menuju apartementnya di lantai tiga. Masih dengan Luhan yang mengikuti dibelakangnya.
Ia pun mengambil kunci apartementnya di saku celana jeans panjangnya. Dan segera membuka pintu apartementnya, masuk, dan menutup pintu apartementnya tanpa dikunci. Ia melempar jaket hitamnya, dan melesat menuju ke kamar mandi. Untuk mandi tentunya.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Luhan berhenti tepat di depan apartement Wufan. Luhan menekan knop pintu apartemen Wufan. " Tidak dikunci rupanya ," gumamnya pelan dan segera membuka pintu apartementnya perlahan, agar tidak menimbulkan suara sedikitpun. Luhan mengedarkan pandangannya, benar-benar sebuah apartement yang berantakan. Buku komik bergeletakan di sekitar karpet, bungkus makanan ringan dan remah-remah makanan berserakan di meja juga lantai. Pandangannya segera tertuju kearah sebuah jaket hitam yang tergeletak di sofa berwarna krem. Ia berjalan kearah sofa itu, dan memperkecil suara yang dihasilkan oleh langkahnya.
" Dimana ya ?" Luhan bergumam pelan. Ia segera merogoh setiap saku yang ada di jaket hitam tersebut. Matanya kembali menerawang ke seluruh ruangan, dan kembali tertuju pada sebuah celana jeans panjang yang tergantung di dekat sebuah pintu yang ia tak tahu menuju kemana. Dan lagi-lagi ia merogoh saku celana jeansnya. " Hhh.. Tidak ada .." desahnya.
" Kalau tidak ada bagaimana ?! Itu kan pemberian dari ibu.." gumam Luhan lagi—hampir menangis. " Tidak.. Pasti ada di sekitar sini.." Luhan mencari lagi di saku saku celana jeans itu. Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, dan..
" Huaaaaaaaaaaaaaaaaaa!"
-To Be Continued-
