YOU'RE THE ONE.

LEE DONGHAE X LEE HYUKJAE/LEE EUNHYUK.

SCHOOL LIFE, ROMANCE, DRAMA, HURT/COMFORT, OOC, GENDERSWITCH.

Remake fic from K drama : Who Are You ; School 2015 KBS.

.

Cast ;

.

Main Pair :

.

Lee Donghae (M)

Lee Hyukjae/Lee Eunhyuk (F)

.

Another cast :

.

Hankyung (M) : Homeroom Teacher.

Kim Heechul (M) : Donghae's Cousin.

Lee (Jung) Yunho (M) : Lee Eunhyuk/Lee Hyukjae's Father.

Kim Jaejoong (F) : Lee Eunhyuk/Lee Hyukjae's Mother.

.

Students of Classroom 2-3

.

Zhou Mi (M) : Classroom President.

Lee Sungmin (F) : Eunhyuk's bestfriend.

Kim Ryeowook (F) : Eunhyuk's bestfriend.

Kim Youngwoon/Kang In (M) : Trouble maker who has best body to fight, Leeteuk's boyfriend.

Park Jungsu/Leeteuk (F) : Pretty girl in the class, Kang In's girlfriend.

Shindong (M) : Kang In's best buddy, dance club's vice chairman.

Yoon Bora (F) : Popular girl, dance club's vice chairman.

Seo Jeohyun/Seohyun (F) : nerd girl who always be treated like money bag of everyone.

.

GS ada untuk keperluan cerita. Jadi, Gak Suka Gak Baca. Okay?

Mimpi-mimpi itu kembali membayangi setiap malam penat Donghae. Mimpi akan kenangannya saat masa sekolah dulu, mimpi tentang cinta pertamanya. Cinta pertama sekaligus orang pertama yang membuatnya patah hati. Indahnya bunga nan bermekaran di hati Donghae kala itu tersapu habis dan luluh lantah akibat hujan badai yang menerpa dan berasal dari orang yang sama.

Nama gadis itu adalah Lee Hyukjae, namun dulu ia mengenalnya sebagai Lee Eunhyuk. Gadis itu tiba-tiba saja datang di tahun keduanya di bangku sekolah menengah atas. Gadis itupun secara perlahan menjelma menjadi Lee Eunhyuk, salah satu teman sekelasnya yang sama sekali tak pernah memandangnya. Walau perubahan itu ia turut serta di dalamnya, walau ia mendukung perubahan itu menjadikan Lee Hyukjae seorang Lee Eunhyuk, Donghae tak pernah menyesal sama sekali.

Lee Eunhyuk adalah gadis populer di kelasnya. Siswi lincah itu adalah ketua klub dance di sekolahnya. Wajah cantiknya banyak menarik perhatian teman-teman sekolahnya. Tapi tidak dengan Donghae, biar hanya sekali, Donghae tak pernah tertarik pada Lee Eunhyuk. Gadis kasar seperti Lee Eunhyuk bukanlah tipikal Donghae. Ya, dibalik ketenaran dan wajah cantik Lee Eunhyuk, ada satu titik yang membuat Lee Eunhyuk ditakuti, disegani sehingga tak ada satu orangpun yang dapat menyentuhnya. Lee Eunhyuk adalah gadis yang kasar dan bertemperamen buruk. Gadis yang tak bisa mengontrol emosinya itu akan berteriak kasar pada siapapun yang mengganggunya, bahkan tak segan untuk memukulnya.

Donghae menyukai gadis manis dan penyayang. Donghae menyukai gadis yang menguarkan aura keibuan yang kuat. Donghae tak akan pernah menyukai gadis seperti Lee Eunhyuk.

Namun saat itu, sebulan setelah Lee Eunhyuk menghilang, Donghae yang sedang berada di rumah sakit bertemu Lee Eunhyuk dengan cara yang tak lazim. Donghae yang sedang bersembunyi dari kejaran suster rumah sakit di balik balkon kamar rawat itu tanpa sengaja bertatapan dengan Lee Eunhyuk yang secara tiba-tiba mengalihkan pandangan dari buku yang dibacanya.

"Hai, Lee Eunhyuk." Sapa Donghae. Entah mengapa melihat Lee Eunhyuk yang tiba-tiba menatapnya membuat Donghae ingin menyapanya.

Tapi Lee Eunhyuk yang saat itu sedang menggunakan earphone di kedua telinganya, tak menjawab sapaan Donghae.

"Ya. Lee Eunhyuk tetap saja Lee Eunhyuk. Apa susahnya menyapa hah?" geram Donghae kesal dan langsung saja turun dari balkon itu.

Tingkah Donghae yang seperti itu membuat Lee Eunhyuk terperanjat dan segera berdiri untuk melihat pemuda yang meloncat dari balkon kamarnya.

"Untung ini masih di lantai dua, apa yang akan terjadi padanya jika ia meloncat dari lantai yang lebih tinggi lagi." Dan mendengar ucapannya sendiri, membuat Lee Eunhyuk merinding.

.

.

.

"Ya! Lee Donghae! Kabur dari ruang rawatmu dan membuat ulah seperti ini hanya untuk ayam goreng serta pizza?!" seorang pemuda berambut sebahu itu tak henti-hentinya memaki Donghae yang kini sedang asik dengan potongan pizzanya yang kesekian.

"Anni, Heechullie hyung. Kau sangat tahu 'kan jika aku ini baik-baik saja? Mana mungkin aku bisa menerima disuruh makan-makanan menjijikkan itu? Sangat tidak masuk akal 'kan?" gumam Donghae sedikit tidak jelas diantara kunyahannya.

"Arraseo! Besok hyung yang akan mengeluarkan kau dari sini. Astaga, apa yang sudah dipikirkan ayahmu itu, memasukkan anaknya yang sehat ke rumah sakit." Gerutu kakak sepupunya itu.

"Aljanha hyung, ini masih lebih baik, aku 'kan sudah pernah bermalam di rumah sakit jiwa hanya karena uri abeoji berpikir jika pikiran ku sudah mulai tak waras."

Tersenyum… saat mengatakan itu bibir Donghae benar-benar tersenyum. Tapi tidak dengan matanya yang selalu saja dapat membiaskan kejujuran dengan tepat. Di mata itu, terpancar rasa sakit dan kekecewaan. Siapa yang tak akan sakit jika diperlakukan seperti yang Donghae alami.

Ya… hubungan Lee Donghae dengan kedua orang tuanya sangat buruk. Sang ayah yang sangat kaku itu, membuat ibunya pergi dari kehidupannya. Membuatnya tertahan di rumah megah ayahnya demi kelangsungan perusahaan ayahnya kelak. Membuatnya sesak hidup di sangkar emas itu. Membuatnya berontak semampu pemikiran naïf masa remajanya. Membuatnya berulang kali dimasukkan ke dalam pusat rehabilitasi oleh ayahnya. Meskipun seburuk itu, tapi tidak dengan sang ibu, ibu Donghae yang seorang artis ternama itu masih sering menghubunginya sekedar menanyakan kabar ataupun obrolan remeh lainnya. Tapi Donghae tak cukup dengan itu semua, ia butuh pelukan sang ibu, ia butuh sang ibu di sisinya.

.

.

.

"Neo… uri chingu?" Eunhyuk menatap pada tiga orang yang sedang mengunjunginya di rumah sakit.

Tadi, tiba-tiba saja mereka datang, mereka bilang Ibu nya yang memberitahukan pada mereka jika Eunhyuk sedang dirawat di rumah sakit saat ini.

"Ne… Aku Lee Sungmin." Gadis lucu berambut ikal sebahu itu menyapa Eunhyuk. "Kemudian, dia Kim Ryeowook." Kali ini Sungmin menunjuk gadis lainnya yang tak kalah lebih mungil dari Sungmin. "Kami temanmu sejak di sekolah menengah atas, dan dia, Choi Siwon… sahabatmu lebih dari sepuluh tahun lamanya." Kali ini Sungmin menunjuk satu-satunya pemuda yang berada di kamar ini.

"Woah… kelihatannya kalian benar-benar orang yang menyenangkan. Salam kenal." Balas Eunhyuk begitu riangnya, membuat ketiga temannya tertegun. "Apa ada yang salah?" tanya Eunhyuk kemudian.

"Kau benar-benar kehilangan ingatanmu? Eunhyuk ah?" Ryeowook kini yang bertanya, dan mulut kecil itu tengah terbuka saat ini.

"Maaf ya, aku benar-benar tak ingat apapun… bahkan tak mengenali kalian." Eunhyuk menunduk merasa bersalah.

"Tak mengingat kami tak apa. Tapi apa-apaan itu tadi salam kenal, kau seperti baru mengenal kami." Kalau ini adalah gerutuan Siwon, dan melihat Siwon menggerutu seperti itu membuat Eunhyuk terkekeh geli. "Mwo?" tanya Siwon tak mengerti.

"Anni… ku kira kau itu orang yang tenang, tapi kau cukup cerewet untuk ukuran seorang pemuda." Jawab Eunhyuk masih dengan senyuman gelinya.

"Wah… kalau dia sudah mengejek kau seperti ini, berarti dia baik-baik saja Siwon ah. Syukurlah, kami tak perlu mengkhawatirkan kau lagi." Sungmin yang menjawab seperti itu membuat Eunhyuk dan juga Ryeowook terkekeh geli.

.

.

.

"Eunhyuk ah!" Eunhyuk yang kini sedang melangkah menjauh dari halte bis menuju sekolahnnya itu menoleh untuk mendapati Sungmin yang sedang berlari ke arahnya.

"Oh, Sungmin ah!" sapa Eunhyuk.

"Kau yakin sudah sehat?" tanya Sungmin yang dibalas anggukan oleh Eunhyuk. "Bagaimana? Apa kau sudah membacanya?" tanya Sungmin lagi.

"Sudah. Aku juga sudah mengingat semuanya. Bahkan hal-hal terkecil yang kau tandai dengan bintang-bintang itu." balas Eunhyuk penuh semangat.

"Nah… jangan meremehkan jaringan informasi seorang Lee Sungmin. Apa sih yang tidak ku ketahui tentang sekolah ini." Sungmin, membusungkan dadanya bangga atas kemampuannya itu.

"Wah aku akan membutuhkanmu untuk mengetahui semua hal di sekolah ini."

Bersama kedua gadis itu melangkah menuju kelasnya, dan begitu mendapati kelas yang hampir penuh itu Sungmin mengajak Eunhyuk untuk berdiri sebentar di depan kelas.

"Semuanya…" panggil Sungmin untuk mendapatkan perhatian semua orang. "Hari ini Lee Eunhyuk sudah kembali bersekolah." Sungmin membuat semua orang mengucapkan selamat datang pada Eunhyuk. "Tapi saat ini kondisi Eunhyuk belum sepenuhnya pulih. Eunhyuk masih kehilangan ingatannya, jadi aku minta kalian untuk membantu Eunhyuk untuk mengingatnya satu persatu secara perlahan."

"Jinjja Eunhyuk ah?" dua siswa berbadan besar yang duduk di belakang itu kompak bertanya.

"Nde… jwaesonghamnida, aku tak bisa mengingat kalian. Bahkan namaku sendiri tak kuingat." Eunhyuk membungkuk singkat, dan membuat semuanya menganga.

"Kurasa kau benar-benar kehilangan ingatanmu." Seorang siswi berkulit tan berkomentar melihat sikap Eunhyuk yang berlaku sopan itu.

"Nah maka dari itu, untuk hal ini aku sudah mendapat persetujuan Eunhyuk, klub dance akan diatur oleh kau Yoon Bora dan kau Shindong." Sungmin menunjuk siswi berkulit tan tadi dan salah satu dari siswa bertubuh besar itu. "Untuk member laki-laki akan menjadi tanggung jawab Shindong, dan member perempuan akan menjadi tanggung jawab Bora."

"Arraseo." Balas Shindong

"Tenanglah, jika sudah sehat kau harus kembali lagi ke klub!" perintah Bora.

.

.

.

Eunhyuk yang kini sedang menelusuri koridor di sekolahnya sembari mengingat-ingat letak-letak bangunan dan juga ruangan sekolahnya itu merasa heran. Ia merasa asing berada di sini, seperti ia sebelumnya memang tak pernah berada di sekolah ini.

"Lihat… dia 'kan?"

"Iya dia…"

"Murid yang menghilang itu 'kan?"

"Sudah jangan membicarakannya, kau lupa siapa dia sebenarnya?"

Entah mengapa… saat Eunhyuk membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa saja yang tadi berbicara, sebuah kenangan melintas. Di kenangan itu Eunhyuk juga berada di sebuah koridor sekolah, semua mata memandanganya, dengungan kicauan murid-murid juga terdengar olehnya. Tapi itu bukanlah koridor yang sama, itu koridor berbeda. Bangunan di sana terasa lebih klasik dibandingkan sekolahnya yang sangat modern ini, seragamnya juga berbeda. Tapi ada yang sama, itu adalah Eunhyuk yang berdiri dan dipandangi serta dicibir itu memang Eunhyuk.

"Ya! Gwaenchanna?" dari belakang, tanpa Eunhyuk sadari, seseorang telah memegang kedua lengannya.

"Oh… Siwon ah? Ah… gwaenchanna…" dan tanpa Eunhyuk sadari juga, ternyata saat mengingat kenangan itu lebih jauh badan Eunhyuk yang tak kuat sempat tumbang. Beruntung Siwon dengan sigap melindunginya agar tak terjatuh.

"Kajja kita ke dalam."

Saat keduanya sudah tiba dan duduk di kursi mereka masing-masing, saat itulah mata Eunhyuk bersitatap dengan mata Donghae. Pemuda berambut pirang itu menatap ke dalam kelas melalui jendela, sesaat setelah bersitatap dengan Eunhyuk, Donghae segera saja berancang-ancang melemparkan tasnya.

"Ya… sepertinya ia akan melempar?" Shindong yang memang saat ini sedang berdiri di dekat kursi Kang In yang berada di baris belakang itu memberitahu Kang In.

"Ya… kalian perhatikan aku baik-baik, tahan aku jika anak itu mulai mencari gara-gara. Jamna… bocah tengik itu." Kang In terus saja memperhatikan Donghae yang memang melemparkan tasnya itu.

Sayangnya, atau sialnya, tas berat yang tak didukung kekuatan lemparan itu mendarat tepat menggantung di kepala Kang In.

"Aigoo, hampir saja aku kena." Ujar Ryeowook spontan, karena memang ia duduk di kursinya yang terletak di depan Kang In dan hampir saja terkena lemparan tas itu jika ia tak segera menghindar.

"Kau tak apa?" tanya Shindong yang segera melepas tas itu. Sementara itu Donghae hanya tertawa kecil melihat itu, dan dikarenakan tawa Donghae itu Kang In pun berdiri dengan kalap.

"Ya." panggil Kang In dan melemparkan tas Donghae. "Terima ini." Ujar Kang In dan mulai memukuli Donghae.

Melihat itu, Eunhyuk hanya bisa menganga… bagaimana bisa Donghae bersikap seperti itu? Sengaja mencari masalah dengan Kang In, dilihat dari sisi manapun Donghae akan babak belur jika menerima pukulan Kang In.

Dan Lee Donghae… hanya memasang wajah pasrah melihat tangan terkepal Kang In sudah akan melayang di atasnya.

"Aish! Yang benar saja." Geram Kang In dan membiarkan Donghae begitu saja, melupakan tangannya yang ingin sekali memukul.

"Eoh? Menyerah?" Lee Donghae memang benar-benar mencari masalah.

"Berhentilah, aku sudah berusaha hidup setenang mungkin di sekolah ini." Mendengar ucapan Donghae itu, Kang In hanya bisa melengos lelah.

"Ah… kau membuatku kecewa. Padahal aku ingin menerima banyak pukulan hingga bisa membuatku beristirahat di ruang kesehatan." Donghae yang masih tergeletak di lantai itu masih saja memancing amarah Kang In.

"Dasar idiot, apa sekuat itu pukulanku kemarin? Hingga membuat otakmu bergeser seperti sekarang." Mendengus setelahnya, dan Kang In pun berlalu meninggalkan Donghae serta kerumunan siswa.

Saat Donghae berdiri dan mulai beranjak dari kelasnya, mata Donghae kembali bersitatap dengan Eunhyuk. Saat itu juga Eunhyuk teringat, Donghae adalah pemuda yang meloncat dari balkon kamarnya.

.

.

.

"Kim Ryeowook."

"Ye ssaem."

"Lee Sungmin."

"Ye ssaem."

"Park Jungsoo."

"Ye ssaem."

Satu persatu murid-murid di kelas maju dan mengambil kertas laporan ujian tengah semester mereka.

"Lee Eunhyuk."

"Ye."

"Eunhyuk peringkat pertama." Ucapan itu segera saja membuat semua murid bersorak, baik bersorak senang maupun kecewa karena bukan ia yang meraih peringkat tertinggi. "Kerjamu bagus. Kenapa kau harus amnesia di saat seperti ini? Cepatlah pulih dan sekarang fokuslah untuk mempertahankan peringkatmu."

"Ye, algeseumnida Hankyung ssaem." Ucap Eunhyuk dan segera kembali ke bangkunya. Sembari berjalan ke bangkunya, Eunhyuk tersenyum sumringah, nilainya benar-benar nyaris sempurna.

'Ah… aku sepintar ini?' tanyanya dalam hati dan takjub melihat deretan angka di kertasnya.

"Nah, sekarang dengarkan. Ada pengumuman bahwa polisi dan kementrian pendidikan melarang anak-anak di bawah umur untuk mendatangi bar dan klub. Jadi ssaem ingatkan pada kalian sekali lagi, kesenangan seperti itu hanyalah sesaat sementara nilai akademis kalian akan abadi dan akan mempengaruhi masa depan kalian hingga bertahun-tahun ke depan. Kalian semua sudah tahu 'kan?"

Dengungan mengiyakan itu terucap dari para murid untuk menjawab pertanyaan Hankyung. Dan setelahnya, Hankyung pun meninggalkan kelas karena memang jam belajar telah berakhir.

"Aneh sekali…" di kursinya, Park Jungsu, atau yang sering kekasihnya sebut sebagai Leeteuk itu menggumam rendah.

"Kenapa Teukie yah?" tanya Kang In yang melihat kekasihnya itu sedikit aneh.

"Kapanpun ssaem berkata jangan melakukan sesuatu, aku sangat ingin melakukannya." Geram Jungsu dengan matanya yang membulat.

"Teukie ku, memang begitu lah dirimu." Jawab Kang In sembari tersenyum maklum. "Pesonamu itu bahkan menentang gravitasi! Jadi bagaimana ssaem bisa menghalangi Teukie ku?"

"Ah, hentikan. Kau membuatku malu." Wajah memerah itu menjadi penghias wajah Leeteuk.

Dan saat Eunhyuk, Sungmin serta Ryeowook berjalan berniat keluar kelas, Kang In menghentikan ketiganya.

"Teukie ku ingin mengatakan sesuatu. Sudah lama sekali, jadi bagaimana kalau sebaiknya kita kumpul-kumpul?" Ucapnya.

Mendengar itu membuat ketiganya saling berpandangan.

"Call!" Sungmin lah yang menjawab pertama kali, disertai Ryeowook selanjutnya.

Saat sudah sepakat, mereka berlima kembali berjalan keluar kelas dan akan bertemu nanti langsung di tempat janjian setelah pulang ke rumah masing-masing.

"Eunhyuk ah, akan kuperlihatkan padamu, bagaimana kita biasa bersenang-senang." Ujar Sungmin sembari merangkul lengan Eunhyuk untuk melanjutkan jalannya. "Ah… aku lupa dompetku."

"Di kelas? Kau mau aku menemanimu untuk mengambilnya?" tanya Eunhyuk, kemudian mereka berjalan bersama untuk kembali ke kelas.

Dan saat mata Sungmin menemukan seseorang, Sungmin tersenyum sumringah.

"Oh ketemu, dompetku. Hai, Seo Jeohyun!" ucap Sungmin disertai seringaiannya.

Melihat itu, Eunhyuk hanya bisa memandang bingung antara Sungmin dan seorang siswi di kelasnya yang ia ketahui bernama Seohyun itu. Sementara Seohyun, siswi berkacamata itu tersenyum gugup melihat seringaian Sungmin.

.

.

.

"Ah!" Donghae yang juga berniat pulang sekolah itu berteriak kaget kala melihat seorang pemuda berdiri di dekat gerbang sekolahnya. "Apa kau… apa kau peraih medali emas lomba renang 400 meter, Choi Siwon?" tanyanya girang.

"Ya itu aku." Jawab Siwon disertai senyuman geli.

"Selamat hyung! Aku menonton lombamu." Dan dengan semangatnya Donghae menjabat tangan Siwon yang dibalas Siwon dengan ucapan terima kasih. "Karena kita sudah bertemu, bisakah kita berfoto bersama?" tanya Donghae, masih dengan semangatnya dan Siwon lagi-lagi mengiyakan.

Setelah puas mengambil gambar, Donghae kembali melontarkan pertanyaannya, "jadi, kau kelas dan tahu berapa hyung?"

"Aku tahun kedua, kelas tiga." Jawab Siwon masih dengan senyuman gelinya.

"Ah… tahun kedua kelas tiga…" Donghae yang memang sedikit lambat itu akhirnya menyadari sesuatu. "Ya. Kau sekelas denganku!" teriaknya.

"Dasar kau ini. Kita sekelas dan kau tak tahu? Aku memang jarang masuk kelas karena perlombaan. Kau sendiri kenapa tak masuk kelas?" tanya Siwon, kilat jenaka masih saja mengiringi pandangannya. Sementara Donghae hanya bisa melongo dan geli sendiri.

"Ah, Atlit Choi Siwon." Dan dari arah mereka seorang pria paruh baya keluar dari mobil mewahnya serta langsung saja menyapa Siwon.

"Ah, Direktur Lee." Sapa Siwon.

"Kerja bagus atlit Choi Siwon." Senyum penuh kebahagiaan terulas di wajah Direktur Lee.

"Annieyo, ini semua berkat bantuan anda juga Direktur Lee." Ucap Siwon merasa tak enak karena terlalu dipuji.

"Baiklah. Ah, bagaimana kalau kita makan malam sekali-kali? Sudah lama sekali rasanya."

Donghae, yang berdiri di antara keduanya hanya bisa berdiri terpaku dan merasa gerah melihatnya.

"Baik Direktur Lee, pelatih dan aku akan menghubungimu." Balas Siwon menjawab undangan itu.

Dan setelah berkata jika ia mengerti Direktur Lee berlalu begitu saja tanpa memandang Donghae sedikitpun.

"Bisakah aku…" ucapan Donghae itu menghentikan langkah kaki Direktur Lee, dan menimbulkan raut bingung di wajah tampan Siwon. "… ikut juga?" lanjut Donghae, membuat dua pasang mata beralih padanya.

"Namaku adalah Lee Donghae dan aku sekelas dengan dia, Lee sajangnim." Senyuman sinis terurai begitu saja di bibir Donghae.

"Aku tak tahu soal itu, bagaimana ya, mungkin akan sulit." Dan setelah mengucapkan itu, Direktur Lee berlalu dari hadapan dua orang siswa di sekolah miliknya.

"Iyaah… atlit Choi Siwon pasti sangat luar biasa, makan bersama dengan direktur." Gumam Donghae yang mengalihkan atensi Siwon kembali padanya setelah sibuk mencari seseorang. Lalu setelahnya Donghae berlalu begitu saja tanpa berkata apa-apa lagi. Membiarkan Siwon yang kini mendapati Eunhyuk berjalan beriringan dengan kedua sahabat manisnya itu.

"Wah, apa yang membuatnya gembira sekali." Melihat wajah Eunhyuk yang dipenuhi senyuman itu membuat Siwon menghela nafas lega, dan memilih untuk tak mengganggu Eunhyuk dulu hari ini. Melihat senyum yang kembali terulas di bibir Eunhyuk sudah membuatnya bahagia, dan ia tak butuh apapun lagi.

.

.

.

"Anni, eomma! Kenapa kau memblokir kartuku?" di sudut koridor bar itu terlihat Seohyun yang sedang bertengkar dengan ibunya. "Eomma, sudah kubilang kau tak perlu melakukannya. Bagaimana aku membayar semua tagihan ini!" gerutuan itupun semakin menjadi kala sang ibu berteriak dan menyuruhnya untuk pulang segera.

"Ahgassi… jadi bagaimana?" sementara itu kasir karaoke dan bar itu kembali memandangi gadis muda yang sibuk menggigiti kukunya itu.

.

.

.

"Ayahnya Zhou Mi…" Hankyung saat ini tiba di kantor polisi karena telepon dari ayah dari ketua murid di kelasnya yang melaporkan jika murid-muridnya terlibat masalah.

"Ah, akhirnya kau datang, seonsaengnim." Sapa sang polisi.

Sementara itu para murid menundukkan kepalanya takut, terlebih lagi Kang In dan Shindong yang merupakan biang masalah.

"Mereka minum-minum?" tanya Hankyung yang masih tak percaya mendengar laporan itu di telepon tadi.

"Ya seonsaengnim. Bukan itu saja, mereka juga mengancam pemiliknya supaya mereka tak jadi membayar." Terang sang polisi lagi.

"Me… mengancam?" tanya Hankyung yang tiba-tiba saja merasa sakit kepala.

"Mereka mengancam akan melaporkannya karena telah menjual alkohol kepada anak di bawah umur."

Hankyung tak mengerti apa lagi yang bisa dilakukannya sebelum tersenyum miris dan mengajak pemilik bar untuk berbicara sebentar dengannya. Dan setelah selesai berusan dengan pemilik bar, Hankyung menggiring satu-persatu muridnya untuk pulang setelah mereka membungkuk hormat padanya.

"Anni, mereka masih delapan belas tahun dan sudah berani meminum alkohol. Anni, mereka… oh astaga 1.210.000 won milikku…" Hankyung, jika tak mengingat jika ia adalah guru serta dirinya adalah laki-laki, mungkin ia akan menangis meraung memikirkan uangnya yang melayang begitu saja.

.

.

.

"Senang rasanya kita searah." Eunhyuk yang sedang menunggu bis itu tersenyum melihat Seohyun yang ternyata juga menunggu bis yang sama dengannya.

Sementara itu Seohyun hanya bisa tersenyum sedikit dan seakan terpaksa.

"Hari ini, kau pasti sudah menghabiskan uang sakumu untuk beberapa bulan. Akan kubayar besok, kau tahu? Kudengar makanan di kantin sekolah lumayan enak." Ucap Eunhyuk disertai kuluman senyuman manisnya itu. "Kau mau 'kan makan bersamaku?" kali ini Eunhyuk pun merangkul bahu Seohyun membuat Seohyun risih dan melepaskan rangkulan itu.

"Kau… benar-benar tak ingat apapun? Atau pura-pura tak mengingat apapun?" tanya Seohyun setelah terdiam seperti itu.

"Ah maaf, kurasa kita seharusnya tidak bersama karena kau sepertinya tak suka padaku." Gumam Eunhyuk merasa tak enak dan merasa bersalah.

"Wah, pikiranmu benar-benar tenang sekarang." Hanya itu respon Seohyun dan berjalan meninggalkan Eunhyuk yang tak mengerti apapun lalu kemudian masuk ke dalam bis yang sudah berhenti di depan mereka.

"Aku pergi dulu." Pamit Seohyun.

"Seohyun ah…" panggil Eunhyuk.

"Kita berpisah di sini." Ucap Seohyun dan mulai menaiki bis. Hal itu tentu saja membuat Eunhyuk harus menunggu bis selanjutnya yang untungnya tak lama beselang sudah datang.

.

.

.

-=Sudah malam, haruskah eomma menjemputmu?=-

Jaejoong, ibu angkat Eunhyuk hanya bisa menunggu dengan cemas putri angkatnya yang tak kunjung pulang. Sebelumnya, ia tak pernah seperti ini. Tidak sebelum ia nyaris kehilangan Eunhyuknya, putrinya yang berharga. Setelah ia dan suaminya Yunho bagaikan orang mati mencari putri mereka yang menghilang saat studi wisata dan baru ditemukan sebulan kemudian, setelah itu ia menjelma menjadi ibu yang overprotektif terhada putri semata wayangnya.

-=Anniya eomma, aku sudah dekat. Sepuluh menit lagi aku sampai rumah.=-

Balasan yang melegakan hati Jaejoong itu membuatnya tersenyum, namun tak lama senyumnya memudar saat melihat mobil polisi terparkir di depan rumah tetangganya. Dan saat polisi itu telah berlalu, baru lah Jaejoong menghampiri tetangganya.

"Seohyun eomma." Panggil Jaejoong.

"Oh, Eunhyuk eomma." Sapa tetangganya balik.

"Apa yang terjadi?" tanya Jaejoong panik.

"Perhiasanku hilang, jadi aku melaporkannya. Ternyata tadinya hilang sedikit demi sedikit, jadi aku tak begitu menyadarinya. Dan saat kalung indah dari suamiku juga menghilang, aku mulai merasa tak beres. Dan saat kuperiksa kotak perhiasanku, beberapa diantaranya juga telah hilang." Terang ibu paruh baya itu.

"Mwo? Apa ada pencuri yang masuk?" tanya Jaejoong takut.

"Tidak ada pencuri yang masuk." Jawab ibu Seohyun itu dengan muka sinis. "Kami tinggal dengan orang lain, pasti pembantuku yang melakukannya. Siapa lagi?" jawab ibu Seohyun.

Sementara itu, di jalan tampak Seohyun yang sedang menuju ibunya.

"Ah, Seohyun ah." Panggil ibunya.

"Annyeonghaseyo." Sapa Seohyun pada Jaejoong.

"Eum, geurae. Sebaiknya kalian masuklah." Sepasang ibu anak itupun akhirnya masuk setelah berpamitan dengan Jaejoong yang masih ingin menunggu putrinya.

Dan tak lama setelah keduanya masuk, nampak Eunhyuk yang sedang berjalan gontai.

"Oh! Eomma!" panggil Eunhyuk penuh rindu kala melihat ibunya.

Dan seketika itu Jaejoong menolehkan kepalanya lalu berlari kecil menyambut putrinya.

"Eunhyuk ah!" panggil Jaejoong sedikit geram.

"Eung… eomma… eomma…" Eunhyuk berlari kepelukan ibunya dan bergumam manja sekali pada sang ibu.

"Oh ya ampun, anakku ini." Melihat Eunhyuk yang seperti ini, membuat amarah Jaejoong luruh. "Kau ini, kubilang padamu, bersenang-senanglah, bukannya pulang malam. Tunggu appamu pulang, kuadukan kau." Gerutu Jaejoong lagi.

"Euung… anniyo eomman~" lagi, lagi Eunhyuk mendengung manja, menghindari amukan kedua orang tuanya.

"Kau tahu? Berbahaya sekali anak gadis keluar malam." Jawab Jaejoong disertai sentilan kecil di kepala sang putri.

"Nde, eomman!" jawab Eunhyuk mengerti akan kecemasan sang ibu.

"Mwo? Isanghae… kenapa tiba-tiba berbicara formal seperti itu?" Jaejoong yang keheranan itu kini digiring oleh Eunhyuk yang menggelayut manja di bahunya untuk masuk ke dalam rumah. "Arraseo, arraseo. Apapun untukmu putriku." Dan pada akhirnya, Jaejoong menyerah pada si manja Eunhyuk.

.

.

.

Pagi itu, terlihat Eunhyuk dengan Sungmin yang sedang menggerutu kesal di depan loker Eunhyuk.

"Lima ribu won untuk tak terbuka, dan sepuluh ribu won untuk kau merusak gemboknya." Tiba-tiba saja, Yesung, salah satu teman sekelas mereka itu berujar sembari melirik singkat Eunhyuk dan Sungmin yang sedang frustasi.

"Ya, diam kau." Gerah Sungmin. "Ah, sebenarnya apa yang tersembunyi di sini sehingga kau menutup rapat pintunya."

"Entah lah, itu juga yang ingin kuketahui." Jawab Eunhyuk yang kini memandangi gembok lokernya, berharap gembok itu bisa rusak dengan tatapannya. "Mungkin kah…"

"Mungkinkah?" tanya Sungmin. "Jika yang kau pikirkan itu surat cinta, sadarlah. Kau mungkin menyembunyikan makanan enak dariku dan sekarang membusuk di dalam sana."

"Entahlah, akan kucoba lagi nanti." Ujar Eunhyuk yang mulai menyerah.

.

.

.

"Katakan dengan jujur, Seohyun ah." Sedangkan itu di ruang konseling, Seohyun saat ini sedang berhadapan dengan ayahnya Zhou Mi.

"Aku tak melakukan apapun." Jawab Seohyun sedikit gentar.

"Seharusnya kau jujur nak, ada rekaman cctv yang memperlihatkanmu di sebuah toko perhiasan. Dan dari gambar ini, terlihat jelas kau memegang perhiasan yang dilaporrkan hilang oleh ibumu."

Seohyun hanya bisa menghela nafas frustasi melihat rekaman itu.

"Itu kau 'kan nak?" tanya ayah Zhou Mi masih bertanya dengan lembut. "Kenapa kau melakukannya? Katakan padaku, di mana sisa perhiasannya?" tanya ayah Zhou Mi lagi.

"Bukan aku, bukan aku… aku diancam…" jawab Seohyun panik.

"Kau diancam? Oleh siapa? Tenang lah. Aku akan melindungimu. Jawablah dengan jujur." Jawab polisi itu menenangkan.

"Lee Eunhyuk." Jawab Seohyun pelan sekali.

.

.

.

"Di mana Lee Eunhyuk?" sementara itu di kelas 2-3, tampak polisi tadi dan seorang guru konseling serta Seo Jeohyun yang berdiri di belakangnya.

Kedatangan guru konseling itu tentu saja membuat semuanya memandangi, terlebih lagi, kali ini yang berurusan dengan guru itu adalah Lee Eunhyuk. Bahkan Lee Donghae yang tadi tertidur pun sontak mengalihkan atensinya pada guru tersebut.

"Ye?" respon Eunhyuk.

"Lee Eunhyuk… buka lokermu." Perintah sang guru.

"Ah ya… tapi ssaem, saya masih belum tahu kodenya, jadi saya tak bisa membukanya." Jelas Eunhyuk.

"Hwanjang! Ambil palu dari ruang perkakas." Titah guru itu pada Zhou Mi. "Cepat!" teriak sang guru, sementara Zhou Mi dan orang lain di kelas masih tak mengerti keadaannya.

Melihat itu semua, Lee Donghae bangkit dari kursinya untuk kemudian menarik kursinya itu sebari menguap lelah, ia menarik bahu Lee Eunhyuk dan membuat Eunhyuk menyingkir dari jalannya dengan terhuyung-hyung, hal ini sontak membuat Siwon geram.

Dengan ancang-ancang sempurna, Donghae menghantamkan kursi itu pada gembok dengan keras sekali sehingga membuat gembok itu patah tak beraturan. Sementara yang lainnya berjengit kaget, bahkan Kang In saja meletakkan tangannya di depan wajahnya karena terkejut.

Dan setelah itu, Donghae dengan senyum idiotnya, kembali dengan kursinya ke tempatnya semula hanya untuk memejamkan matanya kembali.

Sesaat kemudian, wali kelas mereka yang telah menyusul itu, membuka loker Eunhyuk yang menjadi masalah itu. Dan betapa terkejutnya mereka saat Eunhyuk menarik keluar sebuah kotak perhiasan dari dalam loker yang telah rusak engsel pintunya itu.

"Itu… itu adalah perhiasan milik ibuku…" seru Seohyun kala melihat melihat kalung berhiaskan permata itu.

"Jadi dia mencurinya?" beragam dengungan yang berisi satu kalimat sama itu berasal dari teman-teman sekelas Eunhyuk, sementara Eunhyuk hanya bisa terkejut melihat benda yang ada di tangannya.

Setiap mata memandang Eunhyuk penuh curiga, setiap mata memandang Eunhyuk penuh tanya, setiap mata memandang Eunhyuk bagai tersangka, dan setiap mata memandang Eunhyuk tanpa adanya kepercayaan.

Eunhyuk meskipun ia hilang ingatan, namun ia tahu pasti, ia bukan lah pencuri. Dirinya, Lee Eunhyuk takkan pernah merendah sebagai pencuri, tidak bahkan di dalam mimpi sekalipun. Eunhyuk pun kini memandang Seohyun yang berdiri di belakang guru konseling itu nanar, menanyakan lewat matanya, kenapa Seohyun bisa setega itu?

"Lee Eunhyuk, ikuti aku!" perintah Hankyung sang wali kelas.

Namun Eunhyuk masih tak bereaksi, ia masih tercengang.

"Lee Eunhyuk, kau tak mendengarkan ku?" ulang Hankyung dengan nada sedikit tinggi.

Sementara itu, Donghae yang kini sedang membuka matanya itu tapi masih enggan untuk menampakkan wajahnya di balik keributan itu hanya bisa tersenyum sinis. Lee Eunhyuk memang lah Lee Eunhyuk. Hilang atau tidak ingatannya, Lee Eunhyuk tak pernah gagal menjadi sosok yang mencuri semua perhatian.

Melihat Eunhyuk yang tertekan dan terkejut itu, Siwon segera menarik Eunhyuk untuk mengikutinya keluar kelas.

"Choi Siwon! Neo keogi anseo!" perintah Hankyung meminta Siwon untuk menghentikan langkahnya, sementara Eunhyuk hanya bisa mengikuti Siwon yang menarik kuat tangannya.

TBC

Hai… ini saya nge-remake cerita drama Who Are You School 2015, karena saya greget ngeliat hubungan Gong Tae Kwang - Lee Eun Bi yang cuman gitu aja. Saya pengen mereka jadian! Dan voila, jadi lah ini dengan main pair pasangan ikan~. Saya hanya akan me-remake di bagian kisah percintaan tokoh GTK-LEB hingga mereka bersatu di ff ini, sementara alur besarnya akan sama ataupun berkurang maupun bertambah dari alur aslinya.

Ah… adakah yang mempermasalahkan ini Genderswitch? Mian. Bagi yang suka, ayo baca. Dan bagi yang tidak, jangan buang energi, hm? Saya sudah menuliskan warning GS nya ya.

Jadi bagaimana? Layakkah saya lanjutkan?