Malam yang kelam. Tanpa bintang ataupun bulan yang menerangi. Malam yang terkesan seram dan kelam itu menemani seorang gadis yang tengah terduduk dengan lemas. Beberapa meter di belakangnya sebuah rumah bertingkat dua dilalap oleh api. Tubuh gadis itu kotor dengan debu dan terluka di sana-sini. Namun gadis itu tak peduli. Yang dipedulikannya saat ini adalah sesosok pemuda yang terbaring kaku dihadapannya.

Gadis berambut kebiruan itu meneteskan air mata tanpa isakan terlebih dahulu. Perlahan jemari lentiknya menyapu wajah pucat pemuda itu yang masih dengan tenang menyembunyikan bola mata yang sewarna dengan si gadis, warna perak yang indah.

"Neji-nii," dengan bergetar, gadis itu memanggil nama si pemuda yang tentu saja hanya ditanggapi oleh angin, tak dijawab oleh sang pemuda berambut coklat itu. Gadis itu semakin mengalirkan air matanya dengan deras, terlebih ketika sepasang bola matanya menyadari dada kiri sang pemuda masih merembeskan cairan merah darah.

Si gadis semakin terisak. Tubuhnya gemetar hebat. Perlahan si gadis menoleh ke kanan, sepasang manusia yang lebih tua darinya bernasib sama dengan pemuda yang ada di depannya.

Gadis itu semakin menangis, kini tangisannya mengeras, dia terisak hebat.

"Gomen," ucapnya pelan. "Gomennasai, Okaasama, Otousama... Neji-nii... gomen," lirih kata demi kata keluar dari bibirnya yang mungil, hingga akhirnya sebuah tangan memegang pundaknya disertai oleh suara tawa yang mengerikan di belakang telinga si gadis.

Gadis itu langsung membeku dengan takut...


OUR LABYRINTH

.

DISCLAIMER:

NARUTO (C) MASASHI KISHIMOTO

OUR LABYRINTH, BOKUTACHI NO LABYRINTH (C) FUYU-YUKI-SHIRO

.

INSPIRASI BY:

KIRA'S LABYRINTH (C) oBAYASHI MIYAKI

PSYCHIC DETEKTIVE YAKUMO

DLL

.

WARNING:

APAPUN BOLEH #Di tampar

.

prolog : Hinata's roommate


Jaa... Happy Reading...

Hinata terbangun dengan keringat mengucur di pelipisnya. Nafasnya terengah-engah. Terlihat ketakutan di kedua bola matanya.

"Kh...," Hinata mendesah berat, berupaya agar nafasnya kembali normal dan air matanya tidak mengalir keluar. Gadis itu kemudian melirik jam dinding yang tepat berada di depannya. Pukul empat sore. Pantas saja, gumamnya. Awalnya dia tidak mempercayai takhayul yang mengatakan tidur di sore hari membuatmu bermimpi buruk, namun sekarang dia mempercayainya. Buktinya dusah dialaminya tadi.

Hinata mendesah, bangun dari futonnya kemudian membereskan futonnya, mengambil handuk dan beranjak ke kamar mandi sebelum...

Ting Tong.

Hinata melirik ke arah pintu, gadis itu memiringkan kepalanya. Sore-sore begini siapa yang memencet bel kamar asramanya?

Ting tong.

Hinata beranjak mendekati pintu, membukanya perlahan hingga dia bisa melihat seseorang dengan wajah yang begitu ...

Cantik.

Hinata terpana. Masih memegang pintu kamarnya gadis itu menatap gadis dihadapannya. Rambutnya panjang sepinggang dengan warna hitam kebiru-biruan. Tubuhnya lima senti lebih tinggi dari Hinata. Warna kulitnya seputih susu, lebih putih dari Hinata. Gadis itu mengenakan kaos dengan kerah yang menutupi seluruh lehernya dan rok sepanjang lutut yang membuatnya tambah cantik dan berkelas.

"Hinata-san?"

Hinata tersentak ketika ada sebuah suara lain yang memanggil namanya. Hinata menatap ke sebelah si gadis, seorang perempuan tersenyum kepadanya.

"Ah, Tenten-senpai," panggil Hinata sembari menunduk, malu karena tertangkap basah memperhatikan seseorang begitu dalam, seorang perempuan pula. "Gomen."

"Ah, tidak apa, Hinata-san," ucap Tenten ringan. "Semua orang yang bertemu dengan Uchiha-san pasti akan terpesona kepadanya, meski seorang gadis pun," kelakarnya membuat Hinata malu berat. Gadis berambut lavender agak kebiruan itu menggenggam pegangan pintu dengan erat.

"Ah ya, Hinata-san, kenalkan dia Uchiha Akari-san, Uchiha-san, perkenalkan, dia bernama Hinata-san," ucap Tenten menghentikan candaannya. Hinata melihat gadis yang dikenalkan sebagai Uchiha Akari itu bergumam tak jelas kemudian menunduk sebentar kepada Hinata, Hinata membalasnya dengan kikuk. "Dan..." ucapan Tenten terputus. Dengan perasaan bersalah gadis itu melanjutkan. "Dia adalah teman sekamarmu, Hinata-san."

"Eh?" Hinata mengerjapkan matanya dua kali, tak percaya. Tunggu, itu maksudnya... seketika Hinata menjadi panik. "Ta-tapi..."

"Gomenne Hinata-san, karena kamar asrama penuh, jadi kami terpaksa menempatkannya di kamarmu," ucap Tenten kemudian. "Nah, Uchiha-san, baik-baiklah dengan Hinata-san, Aku pergi dulu," pergi setelah satu kalimat yang diucapkannya dengan cepat.

Meninggalkan dua orang gadis yang menatap kepergian Tenten dengan sweatdrop berat.

"Te –"

"Jadi, kapan aku bisa masuk ke kamarku?" pertanyaan yang dingin dan datar itu membuat panggilan Hinata terhenti. Dengan pelan, gadis itu menatap teman sekamarnya, ragu.

"E-eto... do... douzo," ucap Hinata sembari menyingkir dari ambang pintu. Uchiha Akari menatap Hinata sekilas kemudian memasuki kamar yang akan ditempatinya.

.

.

Uchiha Akari memasuki kamar barunya dengan sedikit angkuh. Mata hitamnya menatap kamar yang cukup luas itu dengandatar kemudian gadis berusia 17 tahun itu duduk bersimpuh. Di depan pintu Hinata masih mengatur nafasnya, lelah. Bagaimana gadis itu tidak akan lelah jika dia diminta untuk mengantarkan teman sekamarnya berkeliling asrama dan itu menghabiskan waktu sekitar satu jam, kau tahu itu?

"Sampai kapan kau akan ada di sana?" tanya Akari dengan datar, menatap tajam ke arah Hinata. Hinata mendesah, beranjak mendekati Akari dengan tampang sedikit siaga. "Kenapa menatapku seperti itu?" tanyanya lagi-lagi dengan datar, Hinata menunduk, kemudian menggeleng. Apa Tenten tidak memberitahu teman sekamarnya kalau Hinata bisa dibilang menderita... "Hei!" si anak baru tanpa permisi menyentuh bahu Hinata membuat Hinata tersentak dan dengan sigap menepis tangan Akari dari bahunya sambil beringsut mundur menjauhi Akari dengan wajah yang ... pucat?

Akari yang menatap Hinata tajam, sedetik kemudian melengos.

"Gomen," ucapnya. Eh? Mata perak Hinata menatap Akari dengan bingung. Kenapa gadis itu minta maaf? Padahal biasanya orang-orang yang tangannya ditepis oleh Hinata karena menyentuhnya akan salah paham dan tersinggung.

Tapi gadis dihadapannya malah meminta maaf?

Uchiha Akari kemudian berdiri, berjalan menuju pintu kemudian menoleh ke arah Hinata yang masih terheran-heran dengan kelakuan Akari.

"Hei, temani aku keliling asrama!" kemudian kembali berjalan keluar kamar, meninggalkan Hinata yang masih termangu dengan kelakuan Akari.

Orang yang seenaknya, pikir Hinata sebelum menyusul Akari tapi entah kenapa perasaannya sedikit nyaman karena bersamanya.

Ini aneh... pikirnya.

.

.

Ini adalah Asrama dari Konoha Senior High School, Sekolah khusus putri di mana setiap siswi yang sekolah di sana harus tinggal di asrama yang berjarak beberapa meter dari sekolahnya.

Dan kini, Hinata tiba-tiba saja menjadi pemandu tur dadakan bagi teman sekamarnya yang baru, Uchiha Akari. Dengan gayanya yang gugup Hinata memberitahu letak dapur asrama, tempat pemandian umum dan berbagai tempat lainnya yang kira-kira akan dikunjungi. Lalu Hinata sedikit menceritakan peraturan asrama Konoha Senior High School seperti lampu kamar harus mati sebelum jam Sembilan malam. Lalu saat kau menaruh sesuatu di dalam kulkas, kau harus menuliskan namamu disana, agar tidak tertukar. Lalu, Hinata memberitahu sedikit tentang denah asrama Konoha Senior High School.

"Apa di sini tidak di pasang AC?" Tanya Uchiha Akari begitu merasakan suhu panas yang ada di sekitar asrama dengan nada khawatir. Hinata memandang teman sekamarnya dengan heran.

"Tentu saja tidak ada, makanya sedari tadi panas kan?" ucapnya gugup sembari memperhatikan raut wajah yang berubah. Alisnya mengkerut bingung.

"kenapa?" Hinata mencoba bertanya. UchihaAkari hanya menggeleng dan bergumam.

"Aku benci panas" katanya singkat. Hinata hanya ber"Oh" saja, namun gadis berusia 17 tahun itu menatap teman sekamarnya yang baru dengan curiga. Kemudian Hinata mengajak Uchiha ke sebuah tempat yang agak terbelakang.

"Nah ini adalah taman yang sudah tidak di kunjungi siswi lagi," ucapnya ketika mereka sampai di sebuah taman belakang yang rumputnya sudah tidak terawat lagi sehingga pohon-pohon besar dan rumput disana terlihat seperti hutan belantara dan agak menakutkan.

"Kenapa tidak dikunjungi lagi?" tanya Akari dengan datar.

"Ka- katanya sih, ada yang pernah bunuh diri di tempat ini, jadi para penghuni tidak mau kesini" jelasnya. Sejenak Hianta dapat melihat raut wajah Akari mengeras.

"U-Uchiha-san?" panggil Hinata gugup. Namun Uchiha tidak menanggapi panggilan Hinata. Mata onyxnya menatap taman yang ada di depannya dengan tatapan mata yang menyeramkan.

.

.

Dua Futon digelar, malam sudah lama berlalu dan beberapa jam sudah dilalui mereka dengan diam. Akari yang memang tidak banyak bicara dan Hinata yang memang tidak terlalu pintar mencari topik pembicaraan membuat suasana benar-benar canggung.

"Oyasumi," ucap Akari sembari membaringkan tubuhnya dengan posisi membelakangi Hinata. Hinata mengangguk gugup kemudian mengikuti Akari dengan membaringkan tubuhnya di Futonnya yang digelar agak jauh dari Akari dengan posisi membelakangi Akari, berusaha untuk segera ke dunia mimpi.

.

.

Uchiha Akari memandang langit – langit kamarnya. Meski memandang langit – langit, mata hitamnya ternyata merefleksikan sebuah wajah perempuan yang tengah tersenyum kepada dirinya. Akari menghela nafasnya, seketika bayangan di langit – langit itu menghilang. Dia tersenyum ganjil kemudian menatap teman sekamarnya dengan pandangan yang tak dapat di definisikan.

Bukan... Gadis itu bukan melihat punggung gadis yang tidur di sampingnya, namun gadis itu menatap seseorang yang memandangnya dengan tajam.

Seseorang yang hanya bisa dilihat olehnya...

Akari menyeringai, Yeah... sepertinya hidupnya di asrama ini akan sedikit menyenangkan.

.

.

Hinata membuka matanya. Tiba-tiba saja dia merasa ingin ke kamar mandi. Di tambah sebenarnya gadis itu tidak bisa terlalu tidur nyenyak karena kehadiran teman sekamarnya. Hinata menguap, di ambilnya ponsel yang ada di dekat kepalanya. Pukul 12 malam. Hinata lalu beranjak ke kamar mandi yang ada di kamarnya. Kemudian dia memutar knop pintu kamar mandi, masuk ke dalamnya dan…

Hinata sontak terdiam dengan mulut menganga karena melihat pemandangan di depannya.

Seseorang berambut hitam kebiruan dengan mata onyx menatapnya dengan datar. Hinata tahu bahwa orang yang ada di dalam kamar mandinya itu adalah Uchiha Akari, tidak mungkin ada orang lain yang ada di kamar mandinya selain dia teman sekamarnya yang baru itu, namun yang jadi pertanyaannya adalah…

Tubuh bagian atas dari teman sekamarnya ini rata. Bisa dibilang dadanya itu bidang.

Hinata tercenung, gugup dan terkejut. Di tunjuknya dada teman sekamarnya yang tidak besar. Itu bukan dada cewek, tapi dada seorang ….

"Co-cowok?"

Hinata menyuarakan pikirannya. Uchiha Akari, yang ada di depannya menatapnya sebentar kemudian rambut panjangnya itu seketika berubah menjadi pendek dengan belakang rambutnya yang berbentuk seperti pantat ayam.

Bukan, bukan berubah,

Tapi ternyata rambut panjangnya itu merupakan sebuah wig.

"Ketahuannya cepat sekali ya?" sebuah pertanyaan dari orang yang tertangkap basah berbohong mengenai gendernya dengan… santai?

Wajah Hinata memucat dan sedetik kemudian…

"KYAAAAAAAAAA!"

Suara horror yang amat menyayat hati itu terdengar dari kamar Hinata.

.

.

Hinata mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Rasanya kepalanya sakit sekali. Sepertinya dia bermimpi tentang teman sekamarnya yang ternyata adalah seorang cowok. Hinata bangun dari futonnya sembari memijat kepalanya.

Ah, ya... ternyata dia bermimpi...

"Kau sudah bangun?"

Deg!

Hinata langsung membeku kemudian dengan sangat perlahan, gadis itu menoleh ke samping. Seorang cowok dengan rambut raven menatapnya dengan datar. Kedua tangannya dipakai untuk menopang dagunya.

"Hyuuga Hinata-san?"

Lagi-lagi Hinata tersentak untuk alasan yang berbeda.

"Da-darimana..."

"Ternyata benar ya?" potong Uchiha datar. "Kupikir info yang kudapat salah, ternyata..."

"Kutanya darimana kau tahu!" bentak Hinata membuat Uchiha Akari langsung terdiam. Mata hitamnya menatap mata perak Hinata yang menampilkan ekspresi dingin, marah dan... ketakutan?

Uchiha Akari menghela nafas.

"Dari seseorang, tentu saja. Karena semua informasi tentang keluarga Hyuuga entah kenapa hilang tanpa bekas, bahkan di komputer kepolisianpun tidak ada satupun data tentang keluarga Hyuuga, terutama tentang Hyuuga Hinata," jeda sejenak sampai akhirnya Uchiha Akari melanjutkan. "Yang jelas, aku menggenggam rahasiamu, dan kau pun menggenggam rahasiaku, kuharap kita bisa bekerja sama, Hinata-san," ucap Uchiha kemudian mengenakan wignya kembali.

"Untuk apa kau menyusup ke asrama wanita ini?" tanya Hinata tanpa kegugupan yang diperlihatkannya tadi.

"Ada yang harus kuselesaikan di sini jadi kuharap kau tidak membocorkan rahasia ini," ucap Uchiha Akari. "Dan membantuku selama aku berada di sini." Tambah Uchiha Akari dengan tatapan yang tajam. Membuat Hinata meneguk ludah ketika aura mengintimidasi datang dari cowok itu.

Sepertinya hari-hari tenangnya berakhir sampai di sini

.

.

...

To Be Continued

...

Jeng! Jeng! Aku nambah hutang fict dengan mempublish Fict ini. Tapi sebenernya aku udah bikin Fict ini sampe chap 7, O_o.

Tapi ya... karena kurang PD aku tidak terlalu PD buat publish fict ini karena sebenernya fict ini udah publish di fandom lain dan 'kurang laku'... tapi berkat teman-temanku di grup devil and Angel(SasuHina) di FB, aku jadi sedikit PD buat publish fict ini...

Lalu untuk para readers yang menunggu *kePDan* lanjutan Fict Aki, saya sebagai author memohon maaf karena ketelatannya dikarenakan FD saya yang mendadak mesti di Format... heu... T^T

Saya sedang berusaha untuk 'mengambil' kembali data-data yang di format itu dengan bantuan sensei saya...

Nah, mohon reviewnya...

Lanjut or delete? *ngikutin para senpai*