-Light & Darkness(Event)-
(Kingdom Hearts belong to Square Enix)
.
"Kamu sudah ingat pada mereka?"
Suara lembut itu menyahut seorang lelaki berambut pirang tanpa-gravitasi dengan sebuah senyuman tipis. Jangan berani mengatakan bahwa senyumannya itu palsu, jelas sekali kalau gadis itu tersenyum penuh perhatian pada lelaki dihadapannya yang kemudian lelaki itu hanya membalas senyum itu dengan tatapan aquamarine gelapnya yang lurus.
"Ya, aku sangat ingat." ucap lelaki itu, Roxas atau seperti itulah mereka memanggilnya.
Ataukah...
...Sora?
Tidak. Dia Roxas. The heartless atau hanya half dari Sora.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya gadis itu, berambut pirang yang dibiarkan menyender pada sebelah pundaknya-Naminè.
"Aku tak tahu." Roxas menggeleng pelan, kemudian dia melirik beberapa gambaran dengan goresan krayon pada kertas putih yang menutupi tiap dinding berwarna sama.
Karena Roxas heartless?
Naminè sendiri juga heartless.
Tapi, apakah Heartless seputih ini? Seharusnya semua sadar bahwa heartless tak seharusnya-
-Sesuci ini.
Polos, mereka layaknya mahkluk yang baru lahir dan bertemu dengan yang namanya kehidupan. Harusnya heartless tak seperti ini.
Seharusnya.
Bukankah jiwa putih seharusnya tidak mudah kotor?
"Kamu temannya bukan?" tanya Naminè meletakkan buku sketsanya diatas meja putih itu, sebuah gambaran yang baru saja ia selesaikan.
"Aku selalu sendirian." balas Roxas datar. Tak berminat bahkan.
Naminè meratapi Roxas yang kini mengalihkan pandangannya kearah sebuah gambaran...
Axel.
Xion.
Dan...
...Roxas.
Mereka terlihat ceria, bersama-sama sampai kenyataan memerintahkan mereka untuk berpisah atas nama kebenaran dan itulah yang terjadi. Seharusnya mereka teman, seharusnya mereka bersahabat, seharusnya mereka bersama, seharusnya begitu.
"Aku bersamamu, Roxas." gumam Naminè, ulasan senyum masih berada diwajahnya.
"Kamu...
Roxas memberi jeda pada ucapannya sesaat pandangannya kini bertemu dengan gambaran yang baru saja diselesaikan oleh Naminè.
"Sora, juga bersamamu." lanjut Naminè.
"..."
"Axel temanmu."
"Xion juga,"
Nanimè mengangguk lemah, Roxas melirik cara Naminè menarik-narik sudut bibirnya untuk membuat sebuah senyuman. Roxas kemudian melempar pandangannya kearah lain lagi. Ruangan berdominasikan putih ini menyakitkan mata, tapi ya penuh dengan kenangan yang telah terlupakan. Sebenarnya Roxas tidak lupa.
Dia hanya berusaha untuk melupakan itu semua.
"Gambar yang bagus." puji Roxas. Datar dan terdengar tak berminat tapi dia berkomentar. Sebuah pujian yang meyempil dari setiap kalimat tertahannya.
"...Terima kasih." Naminè berdiri dengan lembaran kertas gambar dengan goresan krayon itu. Melekatkannya pada dinding itu. Menambahkan koleksinya.
Kau tak akan sendirian...
Yah, tak akan pernah.
Gambar itu bertema,
'Sahabat'.
Mereka akan selalu berada disampingmu.
.
.
.
SELESAI...
