Story

Chapter 1 : Morning Story

by adrienlee

Park Jimin & Min Yoongi

MinYoon story

Romance, Family, Mpreg, Fluff

Oneshot

a/n: Saya datang lagi dengan ff MinYoon hasil karya saya sendiri. Hanya ingin mengingatkan untuk jangan lupa me-review jangan hanya membaca. Karena saya hanya seseorang yang hobi menulis yang masih memiliki banyak sekali kekurangan dalam hal menulis. Saya butuk saran dan semangat dari pembaca agar saya bisa melahirkan(?) karya-karya saya yang lain. Terimakasih.

Drrrtt...drrrtt...

Ponsel berskin hitam itu terus berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Namun sang empunya masih saja betah bergelung di bawah selimutnya. Merasa terganggu, namja yang memiliki senyuman indah itu pun mulai menggerakan tubuhnya. Hanya sedikit. Bibir kissablenya menggumamkan cacian untuk sang pengganggu tidurnya.

Semakin menenggelamkan tubuhnya ke dalam selimut saat merasakan hangat pada wajahnya. Cahaya matahari yang berhasil masuk melalui celah jendela kamarnya. Ia lelah. Sangat lelah. Seluruh tubuhnya terasa pegal. Bersyukurlah ia karena hari ini adalah hari minggu.

Drrrtt...drrrtt...

"Euung. Berisik." menggumam sekali lagi saat lagi-lagi deringan dari ponselnya kembali tertangkap oleh indera pendengarannya. Tangan lentiknya merayap perlahan menghampiri ponselnya yang berada di atas meja nakas di samping tempat tidurnya. Setelah dirasa telah berhasil mendapatkan ponselnya, Yoongi –nama namja cantik itu- langsung menekan tombol tolak pada ponselnya. Menyimpan kembali ponselnya lalu menutup matanya bermaksud ingin melanjutkan tidur pentingnya ini

Drrrtt...drrrtt...

"Aiiiishh...siapa yang berani mengganggu tidurku sepagi ini!"

Cukup. Yoongi menyingkap selimutnya kasar sehingga tubuh atasnya tersingkap.

Mendudukan tubuhnya lalu meraih ponselnya dengan kasar, menekan tombol terima, dan...

"Ya! Apa kau tidak punya pekerjaan lain? Pagi-pagi begini sudah mengganggu tidur orang lain? Semalam aku lembur karena harus menidurkan Haneul yang rewel dan baru bisa tidur pukul 1 malam. Lalu, aku terpaksa –tapi ikhlas- melayani lelaki bodoh bernama Park Jimin. Kau tau? Aku baru bisa tertidur dengan tenang pukul 5 pagi tadi. Bokongku masih nyeri. Tubuhku lengket. Dan kau! Kau tiba-tiba menghubungiku dan mengganggu tidur tenangku. Apa yang mau kau katakan padaku sekarang? Eoh? Cepatlah, aku tidak punya banyak waktu untuk menanggapi panggilanmu ini. Lagi pula siapa kau? Apa tidak bisa nanti saja menghubungikunya? Cepat. Jawab. Aku. Kau siapa?"

Terus merocos tanpa tahu siapa yang sedang berbicara dengannya. Bagaimana kalau itu eommanya? Bisa gawat semuanya.

Bibirnya mengerecut. Matanya masih setia menutup. Tubuh putih dan mulusnya dipenuhi tanda kemerahan yang masih sangat jelas terlihat. Bertaruh, siapapun yang saat itu melihat keadaannya pasti akan langsung menerkamnya.

"Sudah?" suara berat itu akhirnya terdengar.

"Ya! Apa maksudmu eoh? Cepat katakan ada apa kau menghubungiku sebelum aku melempar ponselku. Aku ingin melanjutkan tidur pentingku ini."

"Sekarang bukalah matamu."

Yoongi membuka matanya sedikit. Langsung disambut oleh cahaya matahari yang sedikit menyilaukan matanya. Mengedipkan matanya lalu membuka matanya lagi dengan sempurna. Nafasnya masih sedikit tersengal karena berteriak tadi.

"Lalu kau lihat jam yang ada diatas meja nakas disamping tempat tidurmu." Perintah namja bersuara berat itu lagi.

"Eoh...?"

Yoongi langsung menolehkan kepalanya ke kiri dan menemukan jam weker putihnya.

"Perhatikan baik-baik jarum panjang dan pendeknya menunjuk ke angka berapa."

"Jarum pendek menunjuk angka 8 dan jarum panjangnya menunjuk angka 12." gumam Yoongi yang masih dapat didengar oleh namja di telepon.

"Itu berarti sekarang jam berapa Nyonya Min yang sexy."

"Tentu saja sekarang jam delapan, bodoh! Ya! Apa kau baru saja mempermaikanku? Pertama, kau menyuruhku-"

Hening.

"-mwoya? Jam delapan? Anakku!"

Matanya terbelalak kaget saat menyadari semuanya. Buru-buru mengalihkan pandangannya lagi pada jam weker dan mengambilnya dengan kasar. Menatap jam wekernya dengan nanar. Mengerucutkan bibir plum-nya. Melemparkan ponselnya begitu saja pada meja nakas. Lalu beranjak dari tempat tidurnya dan berlari keluar kamar setelah sebelumnya memakai pakaiannya asal. Yoongi berjalan – berlari- menghampiri sebuah pintu berwarna baby blue yang berada tepat di depan kamar miliknya –dan kekasih mesumnya-. Lalu membuka pintunya cepat dan menemukan bayi mungilnya masih tertidur lelap di box baby blue yang berada tepat di tengah-tengah kamar mungil itu. Seulas senyuman terkembang di bibir manisnya.

"Anakku." Gumamnya lega.

Yoongi menghampiri box mungil itu dengan perlahan. Mengamati lekat-lekat wajah bayi mungilnya yang masih terlelap itu. Lalu menyelipkan tangan kanannya dibawah kepala bayinya sedangkan tangan kirinya mengangkat kaki bayi mungilnya perlahan bermaksud menggendongnya. Senyuman masih terkembang indah di bibirnya. Mengagumi betapa indahnya mahkluk ciptaan Tuhan yang sedang ada di dekapannya ini. Mengecup pelan pipi gembul bayinya yang selalu wangi. Lalu mendekapnya erat sambil berlalu keluar dari kamar bernuansa blue itu.

Bayi mungil bernama Park Haneul itu memang anaknya. Anaknya dengan kekasihnya Park Jimin. Tepatnya sekitar 6 bulan yang lalu saat Yoongi dengan segala perjuangannya berhasil melahirkan bayi mungilnya. Yoongi memang mempunyai seorang pelayan di rumahnya, tapi untuk segala urusan yang berkaitan dengan bayi mungilnya, Yoongi lebih memilih mengerjakannya sendiri. Mulai dari bangun tidur hingga kembali tertidur di malam hari.

Yoongi membaringkan bayinya di atas kasur miliknya dengan perlahan. Lalu ikut berbaring miring dengan tangan kirinya terangkat menyangga kepalanya. Masih betah megamati wajah bayi mungilnya itu. Bahagia. Sangat bahagia. Mengamatinya sudah menjadi kegiatan yang wajib di lakukan oleh Yoongi setiap bangun pagi dan malam hari saat akan tidur. Setidaknya, Yoongi akan menghabiskan 30 menit waktunya di pagi hari hanya untuk mengamati lekat-lekat bayinya. Sangat mencintainya melebihi apapun. Sangat berbeda dengan sosoknya saat bangun tidur tadi.

"Emmm..."

"Sshhh..."

Gumaman yang berasal dari bayinya sontak membuat Yoongi melebarkan senyumannya. Matanya tak berkedip tak ingin melewatkan 1 detik pun saat melihat Haneul membuka mata kecilnya dengan perlahan. Yoongi sedang merekam semua gerakan-gerakan kecil yang dilakukan bayinya. Kedua mata mungil dan bening yang terlihat sama seperti milik Jimin itu mulai mengedipkan matanya perlahan. Haneul adalah perpaduan sempurna antara dirinya dan Jimin. Tampan juga manis dalam waktu bersamaan. Kulitnya seputih susu. Kedua pipinya bulat dan lembut. Hidung dan bibirnya mewarisi milik Yoongi. Matanya sama seperti milik kekasihnya. Teduh dan tajam yang mampu menenggelamkannya kedalam sebuah ketenangan. Rambutnya hitam. Tangan dan kakinya sempurna. Tidak ada kekurangan sedikitpun. Hatinya selalu damai dan tenang saat sedang mengamati wajah mungil buah hatinya itu. Tak ingin melewatkan 1 moment pertumbuhan anaknya.

Haneul mengerjapkan matanya lucu. Menggeliat kecil dalam dekapan hangat Yoongi.

"Selamat pagi Haneul-ah." Sapa Yoongi lembut. Tangannya mengelus mata teduh Haneul.

"Selamat pagi, sayang." Lanjutnya.

Haneul masih mengerjapkan matanya polos. Tersenyum lucu saat Yoongi mengelus pipi gembulnya berulang-ulang. Tangan mungilnya menggapai-gapai wajah Yoongi ingin menyentuhnya. Yoongi yang sadar bahwa bayinya ingin menyentuh wajahnya, dengan perlahan menundukan wajahnya mendekat. Saat tangan kecil milik Haneul berhasil menyentuh wajah Yoongi, kekehan kecil tercipta dari kedua bibirnya. Sebuah senyuman juga tercipta dari bibir tipis milik Yoongi.

Drrrtt...drrrtt...

Getaran ponsel diatas meja nakas membuat Yoongi mengeluh kesal. Mengganggu. Sangat. Mencoba mengabaikan panggilan itu dan melanjutkan kegiatannya –mari mengamati wajah anaknya-.

Drrrtt...drrrtt...

Lagi. Ponselnya kembali bergetar. Mengangkat tubuh Haneul perlahan lalu mendudukan tubuhnya sendiri bersandar pada kepala ranjang. Membiarkan Haneul menelungkup di atas perut rampingnya. Lalu mengambil ponselnya yang ada diatas meja nakas. Menekan tombol terima lalu mulai berbicara.

"Yeobseyo?"

Kembali mengalihkan fokus pandangannya kepada Haneul.

"Kenapa menutup telepon tiba-tiba, hyung? Apa sesuatu terjadi?"

Oh ternyata kekasih tampannya yang menghubunginya.

"Ani. Tidak terjadi apa-apa. Tadi aku langsung berlari ke kamar Haneul. Aku merindukannya."

"Aigoo..dan sekarang Haneul sedang bersamamu?"

"Eum. Dia ada di dekapanku sedang memainkan kancing piyama yang aku pakai. Jim, kau mengganggu waktuku dengannya." Mengerucutkan bibirnya kesal.

"Mianhae telah mengganggu waktumu dengan anakku, cantik." Ucap Jimin sambil terkekeh.

"Kau dimana Jimin-ah? Setelah puas bermain denganku, kau pergi begitu saja? Dasar kekasih tak bertanggung jawab." protes Yoongi. Tangan kirinya yang bebas menepuk-nepuk kecil punggung Haneul yang masih betah bermain dengan kancing piyamanya.

"Mianhae baby. Tadi pagi aku mendapatkan telepon dari manager hyung, dia mengatakan kalau hari ini jadwalku dimajukan. Mianhae, aku tak bisa menemanimu dan Haneul di hari minggu yang cerah ini."

Mengecup rambut Haneul berkali-kali. Menyesap wangi bayi yang tidak pernah hilang itu.

"Ne, gwaenchana. Lagipula sepertinya hari ini aku dan Haneul akan seharian di cafe. Aku akan membantu eomma. Jadi kau tak perlu khawatir, Jimin-ah." Mengembangkan sebuah senyuman manisnya.

"Ne, begitu lebih baik. Baiklah, aku akan menjemputmu saat jadwalku selesai sore nanti. Eum...sekitar pukul 3 sore. Tunggu aku."

"Eum. Aku akan menunggumu."

"Ah iya, berikan ponselnya pada Haneul. Aku ingin berbicara dengannya."

Eoh? Berbicara? Jimin memang selalu seperti ini jika sedang menghubungi Yoongi. Jimin akan meminta Yoongi untuk memberikan ponselnya pada Haneul. Lalu Yoongi akan meloud speaker ponselnya dan mendengarkan Jimin berbicara pada Haneul. Walaupun Haneul belum mengerti apa yang diucapkan oleh Jimin, tapi setiap kali Jimin berbicara, Haneul akan terdiam seolah mendengarkan setiap tutur kata yang dikatakan oleh Jimin. Lalu setelah Jimin selesai berbicara, Haneul akan tertawa dan berusaha menggapai-gapai ponsel milik Yoongi.

"Annyeong Haneul-ah. Anak appa. Bagaimana tidurmu semalam? Dan bagaimana perasaanmu sekarang? Kau harus senang karena sekarang ada di dekapan eomma. Appa titip eomma eoh? Jangan merepotkannya. Jangan menangis dan merengek seperti kemarin. Haneul-ah, appa mencintaimu. Tumbuhlah dengan baik. Dan Yoongi hyung, aku juga sangat mencintaimu."

Yoongi tersenyum sepanjang Jimin berbicara. Hatinya menghangat. Mendekap erat Haneul yang sedang menatap wajahnya. Yoongi bersyukur memiliki kekasih seperti Jimin. Walaupun Jimin adalah seorang public figure, tapi Jimin tidak pernah meninggalkan Yoongi dan Haneul dalam waktu yang lama. Jimin akan mengajak Yoongi dan Haneul ikut bersamanya saat ia harus pergi keluar kota ataupun keluar negeri. Kadang Jimin juga akan mengajak Yoongi dan Haneul pergi ke acara penghargaan yang harus dihadiri olehnya. Walaupun Jimin dan Yoongi belum resmi menjadi sepasang suami dan istri, tapi Jimin adalah kekasih yang bertanggung jawab. Dan Yoongi sangat mencintai kekasihnya itu.

"Jimin-ah, aku juga sangat mencintaimu. Terimakasih karena telah mencintaiku dan Haneul."

"Tentu saja. Kau harus mencintaiku juga, hyung. Kkkkk." Jawab Jimin dengan kekehan khas jailnya.

"Ya sudah. Syuting akan dimulai sebentar lagi. Aku harus bersiap-siap. Sampai ketemu nanti sore, hyung. Tunggu aku."

"Eum. Berikan yang terbaik Jimin-ah. Aku selalu mendukungmu."

"Terimakasih. Keutno."

Yoongi menyimpan kembali ponselnya diatas meja nakas. Lalu mengalihkan perhatiannya kepada Haneul yang sedang memainkan ibu jarinya dengan gemas.

"Aiiii sekarang waktunya mandi sayang. Kita akan mengunjungi halmeoni. Kau siap?" berucap sambil mengangkat tubuh Haneul tinggi-tinggi.

end.

a/n: Bagaiamana menurut kalian? Ayo tulis perasaan kalian saat membaca cerita ini di kolom review dan tulis juga kelemahan dari cerita ini supaaya saya bisa memperbaikinya di chap depan nanti. Ups. Saya udah kasih hint ya kalau ff ini bakalan ada beberapa chap lanjutannya. Doakan aja supaya saya bisa melanjutkan ff ini. Sebelumnya terimakasih yaang sudah mau membaca dan mengisi kolom review untuk saya.

See you next time.

00:58 WIB

13/06/2016