"karna kau telah melanggar peraturan di negeri ini, jadi menurut pasal XXX hukuman yang harus kamu lakukan adalah..." dia terdiam menghirup nafas dan menghela napas, ia membuka mata yang sedari tadi tertutup. Ia tatap seorang dewi yang telah melanggar aturan. Sang dewi tampak gelisah ia menundukan kepala, membuat poni pirangnya menutup sebagian mukanya.
"Kau harus turun ke bumi dan kabulkan 4 permintaan dari 2 orang manusia masing-masing manusia mendapat 2 kesempatan dan kau juga harus menolong manusia yang sedang kesulitan, kau harus tinggal di bumi seumur hidup. Kau mengerti?" kata sang ratu. Wajahnya yang tegas tak menghilangkan paras cantik yang melekat di mukanya.
Sang dewi membelalakan mata tak percaya. Ia mendongakkan kepalanya menatap sang ratu. Terlihatlah sosok ratu dengan rambut merah yang entah bisa melayang sendiri.
"Tapi Ratu, aku akan tinggal dimana?" tanyanya gelisah, membuat hiasan di dahinya bergoyang kekanan dan kekiri.
"Ada seseorang manusia yang akan membantumu, kau tenang saja," kata sang ratu tersenyum penuh arti.
"Baiklah." Akhirnya sang dewi pun menerima nasip hidupnya.
Disclaimer: Masashi Kishimoto
.
Ice Blue VS Fire Colors by Sagita Naka
.
Pair: NaruIno, slight NaruSaku, SasuSaku
.
Gaje, ambal, ide dari mimpi, khayalan, konyol dan tentunya typo(s) yang bertebaran disana sini.
.
Enjoy read, and don't forget to review.. :3
.
0.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.
Byuurr...
"Agrrhh... bokongku sakit!" kata sang dewi merengek. Sekarang ia berada di bumi, tepatnya di sebuah sungai jernih. Ia bingung kenapa ia di jatuhkan ke tempat seperti ini.
"Oh tidak... bajuku basah!" sang dewi menatap miris baju kebangsaannya yang kini basah. Baju putih dengan bahan sutra yang lembut kini basah dan menempel di badannya sehingga membuat lekuk badannya terlihat dengan jelas.
"Siapa di situ?" suara berat membuat sang dewi tersentak. Ia membalikkan badan dan menemukan seorang lelaki berambut pirang sepertinya menatapnya bingung.
"Siapa kau?" kata lelaki itu. Lelaki itu mendekat. Ia mengulurkan tangannya membantu sang dewi berdiri.
"Kau tak apa?" tanya lelaki itu.
"Iya, terimakasih." Kata sang dewi membungkuk. Lalu memberikan senyuman yang lembut. Wajah lelaki itu memerah.
'Sial gadis ini cantik sekali,' batinnya.
Ia terus menatap gadis di depannya, bajunya yang basah itu benar-benar membuatnya terus menerus memandanginya. Sang dewi yang mengetahui arah mata lelaki itu segera memblushing dan merapatkan tangannya kedepan. Berusaha menutupi tubuhnya, ini pertama kalinya ia berhadapan dengan seorang pria. Sepanjang hidupnya ia tak pernah bertemu dengan lawan jenisnya, orang-orang di kayangan semuanya adalah wanita. Tak heran apabila ia merasa gugup dengan lelaki di depannya, apa lagi lelaki itu menatapnya dengan tatapan—yang menurutnya aneh.
"Err.. ma-maaf?" kata sang dewi sopan. Lelaki itu tersontak, mukanya ikut memblushing, segeralah ia melempar mukanya ke arah lain. Jantungnya berdegup kencang. Ia malu. Ia sangat malu karna tertangkap basah menatap sang gadis sampai segitunya(?). Tapi ia berusaha bersikap senormal mungkin.
"Siapa kau? Kenapa kau bisa disini? Dan kenapa kau mengunakan pakaian yang—aneh?" tanya lelaki itu lagi. Ia baru menyadari bahwa gadis ini tak biasa. Cara ia berpakaian sangat berbeda dengan gadis-gadis di desanya yang biasanya menggunakan kimono. Tetapi entahlah, ia merasa dandanan gadis didepannya ini sangat ruwet dan ribet. Gadis itu mengunakan sesuatu yang berbahan emas di tangannya, di jarinya di lehernya bahkan di kening maupun pinggangnya yang ramping. Ada sedikit ukiran di sudut mata birunya yang indah.
"Hmm jadi..." sahut gadis itu tak jelas.
"Jadi?" lelaki itu menaikan sebelah alisnya.
"Aku Yamanaka Ino, aku adalah hmm... salah satu dewi... HACHIMMM~" kata sang dewi yang bernama Ino itu. Ucapannya tepotong karna angin dingin yang berhembus menerpa badannya sehingga ia bersin kedinginan.
"Kau kedinginan ya?" tanya lelaki itu mendekat.
"Dimana rumahmu?"
Ino menggeleng. "aku tak punya rumah!"
"Hah~ ayo ikut aku!"
"Ke-kemana?"
"Ke rumahku. Untuk sementara waktu kau akan tinggal bersamaku, kau juga harus menganti bajumu yang basah itu. Setelah itu kau harus menjelaskan kepadaku sejelas-jelasnya!" kata lelaki itu.
"Hmm... Baiklah err.."
"Uzumaki Naruto." Kata lelaki itu santai. Naruto meraih tangan Ino dan menariknya. Ia dapat merasakan dinginnya tangan Ino sekarang. Ia mengeratkan tangannya berusaha menyalurkan kehangatan.
"Oh... Baiklah Naruto-kun" kata Ino dengan suara lembut. Hanya mendengar namanya disebut begitu saja Naruto kembali memblushing. Gimana nanti ia akan tinggal serumah.
Paman Iruka!
Naruto menghela napas mengingat nama pamannya, ia berfikir bahwa ini adalah kesalahan fatal membawa Ino kerumah apalagi mengajaknya tinggal bersama. Ia tentu harus berhadapan dengan pamannya itu dan menjelaskan apa yang terjadi dan meminta izin.
"Hah~ susahnya menjadi orang baik." Gumanya tak jelas. Ino yang mendengar sedikitpun hanya memiringkan kepalanya sedikit. Ia bingung. Ia terus menerus menatap Naruto dari belakang.
Apakah lelaki yang bernama Naruto ini yang akan menolongnya,seperti yang ratu katakan?
"Ada seseorang manusia yang akan membantumu, kau tenang saja," kata sang ratu tersenyum penuh arti.
Ino kembali mengingat perkataan sang ratu. Ia pun menghela napas. Ia mengangkat wajahnya yang tadi sempat menunduk dan kembali menatap pundak lelaki yang sedari tadi menggengam tangannya dan terus menariknya. Mengantarkan ia ke sebuah rumah—yang katanya rumah lelaki itu.
'Semoga ia benar-benar bisa membantuku.' Batinnya. Entahlah ia merasa tak yakin dengan lelaki di hadapannya.
0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.
"Taddaima!" teriak Naruto memasuki rumahnya.
Hening. Tak ada jawaban.
'Sepertinya Paman Iruka sedang pergi.' batinnya. Ada sedikit rasa lega di hatinya.
"Duduklah... aku akan mengambilkanmu pakaian." Ino menganguk lalu duduk bersimpuh di atas lantai. Lalu menatap Naruto yang pergi keruangan lain. Ia menatap sekelilingnya. Tempat ini sungguh berbeda dari khayangannya yang merupakan tempat yang luas dan di penuhi pohon dan tumbuhan berwarna emas.
'Ayolah Ino jangan samakan bumi dengan khayangan.' Jerit innernya.
"Ini!"
Ino mendongak, di tatapnya Naruto yang menyodorkan kimono soft purple ke pangkuannya.
"Kau bisa ganti di sana." Tunjuk Naruto ke sebuah ruangan. Ino mengangguk tanda mengerti. Ia pun beranjak dari tempat duduknya.
Sreett..
Pintu bergeser. Wujud Ino tak tampak lagi.
0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o,.0o
"Haduh gimana cara memakainya?" Ino berkutat dengan kimono yang Naruto berikan. Semua aksesoris ia lepaskan dan ia letak diatas meja. Ino masih berkutat dengan kimononya. Ia sama sekali tidak mengerti cara menggunakannya. Ia hanya tau cara memasukkan lengannya ke baju, tapi ia tak tau bagaimana merapikannya dan hal lainnya.
"Hah~ aku menyerah." Ia pun akhirnya mengikat dan menggunakan asal-asalan.
Ia pun segera beranjak berdiri dan ingin meninggalkan ruangan—yang ia yakin itu adalah kamar Naruto. Ketika hendak berjalan matanya menangkap sebuah foto. Foto seorang wanita yang menggunakan kimono berwarna pink. Ia pun berteriak kegirangan. Ia pun melepas kembali kimono yang ia gunakan kemudian meniru cara berpakaian gadis yang ada di foto itu.
0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.
"Kenapa dia lama sekali?" keluh Naruto.
Sreett..
Naruto membuka pintu disampingnya.
Syuung~
Udara segar masuk dan menerpa wajahnya. Ia beranjak keluar dan duduk di teras, menikmati sejuknya angin. Matanya terpejam ia benar-benar lelah setelah bekerja tadi. Jantungnya pun berdetak mengingat pertemuan singkatnya dengan Sakura tadi. Pertemuan dengan pujaan hatinya yang dia cintai dari ia kecil.
-Flashback-
Naruto menyiram semua bunga di tokonya. Bulan ini bunga-bunganya akan tumbuh bermekaran.
Ia sangat menyayangi bunga dan tokonya. Toko ini adalah warisan dari seseorang yang sangat berjasa baginya. Yah, paman Inoichi, Inoichi Taerou, ia lah yang selama ini memperkerjakannya di toko itu hingga akhirnya toko itu menjadi miliknya karna Inoichi meninggal.
Tak heran mengapa Inoichi memberikannya kepada Naruto, hal itu dikarenakan ia tak memiliki seorang anak dan Istrinya meninggal di awal pernikahannya.
Laki-laki yang malang. Tapi ia selalu tampil semangat dan tegar di hadapan Naruto. Itu lah yang membuat Naruto kagum kepadanya.
Naruto tersenyum menatap bunga matahari yang mulai merekah.
Ting.
"Selamat datang—" katanya di sela-sela aktifitas menatap bunga.
Naruto menoleh ke arah pintu. Kemudian ia tersenyum.
"Sakura-chan..."
"Hai Naruto, lama tak berjumpa." Kata Sakura tersenyum.
"Aku ingin membeli bunga lily. Apakah ada?"
"Iya. Tentu saja ada!" kata Naruto bersemangat. Ia pun segera mengambil bunga lily yang ia rawat dengan hati-hati. Ia tau Sakura sangat suka bunga lily.
"Ini." Katanya setelah membungkus bunga-bunga itu.
"Terimakasih." Kata Sakura menerima bunganya dan memberi uang kepada Naruto. Naruto menerimanya.
Hening. Tak ada percakapan di antara mereka. Sakura memutuskan untuk pulang, dan Naruto hanya bisa menatap kepergiannya.
Tiba-tiba Sakura berhenti dan berbalik menatapnya.
"Ne, Naruto. 1 bulan lagi aku dan Sasuke-kun akan menikah..." Naruto tediam ia tak memberi respon apa pun, ia sudah tau. Ia tau Sakura dan Sasuke akan segera menikah . " Aku ingin mengadakan reunian sebelum pernikahan itu terjadi. Lusa mungkin adalah waktu yang pas, mengingat aku akan sibuk di bulan ini, aku harap kau mau datang ke danau biasa."
" Aku, Sasuke dan kau. Kita akan kesana, kau boleh mengajak pacarmu yang dulu pernah kau katakan. Kuharap kau akan memperlihatkan kepadaku siapa gadis itu, Ne Naruto!"
Naruto tersenyum. Senyum miris.
.
"Baiklah. Aku janji."
-End Flashback-
Naruto menghela napas. Ia tak menyangka inilah hasil dari kebohongannya.
Yah, dia berbohong kepada Sakura bahwa ia telah memiliki pacar. Padahal jelas sekali ia hanya menyukai Sakura.
Dan bodohnya lagi kenapa Sakura bisa langsung percaya kepadanya?
"Hah~ Sakura...kenapa kau cepat percaya sih?" katanya kemudian membaringkan tubuhnya yang terasa lelah. Ia yakin jika saja ia tak berbohong pastilah Sakura tidak akan menerima lamaran dari Sasuke. Karna ia tau, Sakura juga menyukainya.
Sesaat dia teringat janji reuni yang akan di laksanakan besok lusa.
"Sial, aku bahkan tidak memiliki pacar." Naruto memang cukup populer di desanya. Tetapi ia tak memiliki hasrat dengan gadis-gadis di desanya itu kecuali Sakura. Tetapi Sakura akan menikah dengan Sasuke, sahabatnya, sahabat sejatinya sekaligus rivalnya—secara tidak langsung. Ia tak pernah menyangka Sasuke akan melamar Sakura secepat itu.
Naruto menghela napas.
"Rasanya aku mau mati saja."
"Kenapa begitu?" suara lembut menerpa wajah Naruto. Naruto membuka matanya, langsunglah ia menemukan wajah Ino di hadapannya.
Hatinya berdesir. Saat ini nafas mereka bertautan. Mata aquamarine yang memiliki ukiran indah di tepi matanya saat ini bertemu dengan mata sapphier, saling bertatapan. Poni Ino menyentuh pipi naruto dengan lembut.
"Kenapa kau mau mati, Naruto-kun?" tanya Ino lagi. Mulutnya bergerak, membuat Naruto mengalihkan matanya menuju bibir Ino yang berwarna pink . Melalui penciumannya ia bisa menghirup aroma buah dari bibir Ino.
Glek.
Naruto menelan ludah. Ingin rasanya ia mencicipi bibir itu sedikit saja.
'Kami-sama, apakah ia benar-benar dewi?' batinya.
"Naru—"
Cup.
Sebuah kecupan kecil Naruto berikan kepada Ino. Ciuman lembut. Ino tak menolaknya, karna ia tak mengerti apa yang Naruto lakukan.
Deg.
Kini hati Ino yang berdesir. Ia benar-benar tak mengerti apa yang Naruto lakukan kepadanya, tapi perbuatannya itu benar-benar membuat perut Ino mendadak mulas dan jatungnya terus-terus berdetak tak nyaman.
Naruto melepas ciumannya. Ia menatap wajah Ino yang kebingungan dengan sedikit rona di pipinya. Sejenak Naruto sadar apa yang dia lakukan.
Blushh..
Muka Naruto mendadak memerah, Ino pun panik melihat muka Naruto yang terlihat berbeda.
"Eh Naruto-kun? Kau tak apa?" tanyanya menyentuh pipi Naruto.
Naruto langsung bangun dari posisinya tadi.
"Hehehe... aku tak apa-apa Ino." Kata Naruto. Ia melempar cengiran lebar kearah Ino. Ino menghela nafas.
"Kukira kau sakit gara-gara menyentuh bibirku." Kata Ino yang dengan polosnya menyentuh bibirnya dengan telunjuknya yang lentik. Naruto yang mendengar pun kembali memerah.
"Tadi apa yang kau lakukan kepadaku?" tanyanya polos. Naruto menatap Ino tak percaya. 'Masa dia tak mengerti bahwa aku menciumnya.' batin Naruto
"Err... Go-Gomene Ino..." kalimat itu yang terlontarkan dari mulut Naruto. Naruto tampak malu-malu.
"Untuk apa?"
Naruto terdiam. Ia menatap Ino bingung, 'dia ini makhluk mana sih?' batinnya.
"Sudahlah. Lupakan saja!" bentak Naruto tiba-tiba. Kali ini dia benar-benar tidak sabar menghadapi kepolosan Ino.
"Sekarang aku mau menagih janjimu untuk menjelaskan kepadaku semua yang telah terjadi kepadamu!"
"Ugh...baiklah. aku akan jelaskan kepadamu." Kata Ino yang kemudian ia memejamkan mata dan menarik napas lalu menghempaskannya. Ia membuka mata. "Seperti yang ku katakan tadi aku adalah seorang dewi."
"Kau bercanda." Sela Naruto. "Mana mungkin ada dewi yang turun ke bumi—"
"Dan sekarang dewi itu benar-benar di hadapanmu." Kata Ino kesal. " jangan potong ucapanku!"
Ino menghempaskan tangannya ke arah Naruto. Sejenak Naruto kaget karna ia tak bisa mengeluarkan suaranya. Ia kaget lalu menunjuk-nujuk arah tak jelas.
"Diamlah!" mendadak Naruto diam mendengar kalimat yang Ino lontarkan. Ino menarik tangannya, dan Naruto merasakan ada sesuatu yang tertarik dalam dirinya.
"Baiklah... EHH Suaraku!" kata Naruto kaget. Ino menghela nafas melihat tingkah Naruto.
"Aku memang seorang dewi. Dan Ini adalah kekuatanku. Aku turun kebumi karna aku telah melanggar hukum di negeriku." Katanya menghadap keluar rumah. Angin menerbangkan rambutnya yang terurai.
"Kau melanggar apa?"
"Aku telah memakan buah Ice Blue."
"Ice Blue?"
"Itu adalah buah kekuatan para dewa dewi di negeriku. Buah itu bisa memberi kita kekuatan yang sangat besar. Dan buah itu tumbuh 10 tahun sekali."
"Dan sekarang kau memakannya? Berarti kau memiliki kekuatan dashyat?" tanya Naruto bersemangat.
Ino menggeleng. Naruto mengenyitkan dahi.
"Tetapi kekuatan itu akan melemah saat aku berada di bumi. Dan akan semakin melemah apabila aku menggunakannya karana aq adalah orang baik. Tapi aku harus menghancurkan buah itu sekarang."
"Kenapa begitu?" tanya Naruto bingung. Sejenak Ino tersenyum.
"Lihat Ini!" Ino mengerakkan tanganya dan juga jarinya. Begitu cepat sampai Naruto tak mengerti apa yang ia lakukan.
Tiba-tiba Ino mendongak ke atas. Ia membuka mulutnya. Muncul cahaya kebiruan dari mulunya dan menampakkan sebuah bola kristal berwarna biru yang akan keluar dari mulutnya. Ino mengambil dengan tangannya. Naruto menatap takjup serta tak percaya.
"Itu?"
"Buah Ice Blue, memang terlihat seperti kristal. Tapi ini adalah buah. Ketika aku memakannya aku sengaja tak mengunyahnya karna jika aku mengunyahnya maka kekuatannya akan berpindah kepadaku. Dan buah itu tidak di takdirkan untuk menjadi kekuatanku. Jika kau bertanya mengapa aku memakannya?" Ino mengambil jeda, lalu menatap buah kristal di tangannya.
"Itu karna ada seorang dewi yang ingin mencurinya dan memiliki kekuatan dari buah ini. Dan dewi itu adalah dewi Kurenai yang telah di usir sepertiku. Tetapi ia di usir secara tidak terhormat dan tak dapat kembali lagi. Berbeda denganku yang diusir secara terhormat dan dapat kembali ke kayangan. Tetapi aku harus bisa membuktikan bahwa aku tak bersalah. Dewi Kurenai telah kembali ke kayangan tanpa seorangpun yang sadar. Hanya aku yang sadar dan berhasil mencegahnya. Untuk menjauhi buah itu dari Dewi Kurenai, aku pun menelannya. Dan orang-orang semua menyalahkanku. Karna orang-orang kayangan tak ada yang percaya kepadaku dan tak ada yang menyadari kebenaran bahwa Dewi Kurenai telah berniat mencuri buah. Tapi sang Ratu percaya padaku, sambil menghukumku ia mentugaskanku untuk menghancurkan buah itu dengan kebaikan, cinta dan pegorbanan." Jelas Ino panjang lebar.
"Kebaikan? Cinta? Pengorbanan? Kenapa bisa begitu?" sela Naruto heran.
"Pada dasarnya Ice Blue adalah buah yang terancang dari kejahatan dan kebencian. Dan kedua sumber itu jika di kumpulkan akan membentuk kekuatan yang besar. Dan jika buah itu ke tangan dewi yang jahat pula, maka kekuataanya akan semakin membesar. Itu alasan kedua kenapa aku tak mau mengunyahnya. Kejahatan dan kebencian. Dan kekuatan yang bisa mengalahkan ice Blue adalah..." Ino mengerakkan tangan yang tak memegang Ice Blue. Ia meronggoh ke balik kimononya dan kemudian mengeluarkan kristal berbentuk sama namun berwarna putih.
"Fire colors. Kebalikan dari sifat Ice blue. ia terbuat dari kebaikan, cinta dan pegorbanan dan itu dapat menghancurkan Ice blue. Dan semua itu hanya bisa ku dapatkan di bumi. Melalu hati manusia." Ino tersenyum menatap Naruto.
"Dan kau pasti mengerti bahwa aku membutuhkanmu, Naruto-kun." Kata Ino menghadap Naruto. Angin dan cahaya menerpa wajah Ino dan membuat senyum Ino—dimata Naruto begitu lembut dan bercahaya. Langit sudah berubah menjadi keorenan entah sudah berapa lama mereka ngobrol berdua.
"Kau maukan membantuku Naruto-kun?" tanya Ino mendekat kearah Naruto. Membuat Naruto salah tingkah. Naruto memejamkan matanya lalu berseringai.
"Tentu..." kata Naruto dengan cengiran khasnya.
" Aku akan membantumu Ino." Dengan semangat 45. Di ancungkannya jari jempolnya ke depan Ino. Membuat Ino mengikik sedikit.
Tringg..
Tiba-tiba cahaya muncul dari salah satu tangan Ino. Ino membuka tangannya. Ternyata Fire colors telah berubah menjadi 3 warna ungu, biru, kuning.
"Kenapa berubah?" tanya Naruto bingung.
"Itu berarti salah satu bahan dari Fire Colors telah di temukan..." kata Ino tersenyum.
"akh, itu berarti..." kemudian Ino tersentak baru menyadari sesuatu lalu Ino menatap Naruto. Naruto menatap Ino tak mengerti.
"Kebaikanmu menjadi salah satu bahan Naruto-kun. Ketulusanmu untuk membantuku telah benar-benar membantuku menemukannya."
"Jadi...?" kata Naruto tak mengerti.
"KYAAAAAAA! ARIGATOU NARUTO-KUN!" tiba- tiba Ino memeluk Naruto.
"Hei-hei Ino apa yang kau lakukan?" kata Naruto salah tingkah.
"Kau hebat Naruto." Kata Ino.
"Naruto kau kah itu?" Naruto terdiam. Ini bukanlah suara Ino tetapi Ini suara...
"Paman Iruka?" kata Naruto melepas pelukan Ino. Yang kemudian menatap Iruka. Iruka tampak sedang menahan amarah.
"Siapa gadis itu Naruto? Kenapa lantai basah? Dan kenapa di kamarmu ada pakaian basah Naruto? Dan kenapa pakaian di kamarmu adalah pakaian wanita NARUTOO?" amuk Iruka.
"Ma-maaf Paman. Nanti akan aku jelaskan. Yang penting gadis itu akan tinggal di rumah kita?" kata Naruto menunjuk Ino. Ino yang merasa di tunjuk pun memberi senyum kepada Iruka.
"Tapi kau harus jelaskan kepadaku terlebih dahulu!"
"I-Iya Paman."
0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0.o0o.0o.0o.0o.
"Oh begitu," kata Iruka setelah mendengar penjelasan ulang dari Naruto. Kemudian ia menatap ke arah Ino.
"Kau memberikan baju ibumu, Naruto?" tanya Iruka melihat kimono yang Ino kenakan.
"Hehehehe ya begitulah. Dari pada tak ada yang mengunakannya." kata Naruto bersandar di dinding.
Iruka mengamati Ino dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Baiklah, kau bisa tinggal disini Ino-chan." senyum Ino pun merekah.
"A-arigatou gonzaimasu, Iruka-san." kata Ino menundukkan badan.
"Hei-hei sudahlah tak usah membungkuk terus. Anggap saja rumah sendiri." sambut Iruka ramah.
"Err... aku juga mau minta tolong lagi kepada Naruto-kun dan Iruka-san." sahut Ino hati-hati.
"Apa?" kata NAruto dan Iruka berbarengan.
"Tolong rahasiakan identitasku."
.
Dan jadilah Ino menetap di rumah Naruto untuk sementara waktu.
0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.0o.
"Khukhukhukhu... jadi kau berada di sana Ino."
.
.
TBC
.
.
Hah~ akhirnya chapter satu selesai juga. Sebenernya aku mau buat one shoot. eh ternyata kepanjangan kalo jadi one shoot doang. Jadinya mungkin kira-kira 2 ato 3 chapter. :3
Kali Ini aku membawakan NaruIno.. XD
Padahal aku masih punya tanggungan 2 fic tapi malah nambah satu lagi. Yah ide ini muncul dari mimpiku kemaren. Dan hebatnya pas di mimpi ku itu, perannya memang Ino da Naruto. hahahah.
Disini Inoichi tak ada ikatan keluarga dengan Ino jadi marga mereka berbeda.^^
Chapter depan: Ino membantu toko bunga Naruto. Naruto menjadikan Ino pacar pura-puranya di hadapan Sakura dan Sasuke. Kurenai menyerang. Identitas Ino terbongkar di hadapan Sakura.
Aku ga mau banyak bacot. Aku udah cukup lelah ngetik ini seharian..
Mohon kritik saran minna..
Salam manis..
Sagita Naka
Di mohon
R
E
V
I
E
W
