Tap… tap… tap…

Aku berhenti berjalan dan mulai memandang sekelilingku sambil berusaha untuk mengatur napasku yang berat.

"Yatta! Akhirnya sampai juga di kuil kelima!"

"Hee? Ini baru yang kelima? Kupikir sudah sampai kuil ketujuh…"

"Ah, aku menyerah… aku udah ga sanggup buat jalan lagi…"

Aku memutar bola mataku untuk melihat tiga orang gadis yang terlihat sangat kelelahan dan mengatur napasnya sama sepertiku.

"Eto… jadi kita sampai disini aja? Engga ada yang mau ngelanjutin sampai kuil kesembilan?" ucapku ragu-ragu. Mereka menatapku sesaat setelah aku mengatakannya lalu menghembuskan napas mereka.

"Hah, Sakura, aku tahu kamu sangat ingin kesana tapi kita sudah kelelahan dan lagi jalannya menanjak…"

"Lagi pula apa kamu percaya dengan mitos itu? Kalau kamu percaya, memangnya apa permohonanmu itu?"

"E-eto… aku tidak bisa mengatakannya…"

"Kalau kamu tetap bersikeras ingin kesana, aku tidak mau ikut. Maaf, tapi aku-bukan hanya aku tapi kita semua sudah sangat kelelahan jadi kita hanya bias mengantarmu sampai sini saja."

"Souka… kalau begitu aku pergi duluan ya, arigatou… jaa ne…"

Aku langsung berbalik dan terus berjalan meninggalkan mereka. Aku tak peduli lagi dengan apa yang mereka pikirkan tentangku. Aku hanya ingin mengetahui kebenaran tentang diriku sendiri. Mungkin ini memang terdengar egois, tapi aku benar-benar ingin mengetahui apa yang telah terjadi padaku di masa lalu? Apa yang terjadi sehingga aku melupakan semua itu?


Lost Piece

Naruto belongs to Masashi Kishimoto


_Prolog_

Aku berhenti sejenak dan melihat sekelilingku. Sebuah papan kayu bertuliskan "Kuil 7" membuatku tersenyum kecil. Hanya tinggal dua kuil lagi agar permohonanku terkabul. Hanya satu permohonanku dan kemungkinan terkabulnya sangat kecil, tapi aku tak akan tahu sebelum mencobanya.

Semua itu berawal saat beberapa gadis di kelasku bergosip tentang permohonan mereka yang terkabul saat di berdoa di kuil yang bernama "Kuil Sembilan". Kenapa nama kuilnya seperti itu? Itu karena terdapat sembilan kuil yang terletak di atas gunung. Jarak antara setiap kuil itu sangat berjauhan dan di puncak itu terdapat kuil kesembilan. Mereka bilang, apapun permohonanmu pasti akan terkabul jika kamu berhasil sampai di kuil kesembilan. Maka dari itu aku tak akan menyerah sebelum sampai disana.

Aku berhenti sejenak dan menatap langit yang terlihat mulai berganti warna. Entah sudah berapa lama aku berjalan tanpa istirahat kecuali saat bersama teman-temanku tadi. Aku kembali berjalan lagi dan mulai mempercepat langkahku. Akan sangat berbahaya jika aku belum sampai kuil kesembilan saat langit benar-benar berubah gelap nanti.

Aku kembali menghentikan langkahku saat melihat papan yang bertuliskan "Kuil 9". Air mataku tiba-tiba mengalir perlahan. Akhirnya aku sampai. Akhirnya permohonanku akan terkabul. Aku berlari kecil memasuki kuil itu.

Prok prok prok

"Kami-sama, aku mohon kembalikan aku ke masa lalu. Aku ingin sekali mengetahui apa yang terjadi pada diriku dimasan itu dan aku sangat ingin mengetahui siapa sebenarnya Sasuke Uchiha itu…"

Aku membuka mataku perlahan dan melihat seorang perempuan berambut blonde panjang dengan mata berwarna seperti lavender. Reflek tubuhku mundur selangkah saat melihatnya tersenyum sambil duduk di atas kotak persembahan kuil.

"Siapa kamu?" tanyaku pelan.

"Aku dewa penunggu kuil ini dan aku adalah dewa yang akan mengabulkan permohonanmu," jawabnya tetap dengan senyuman yang cukup ramah.

"Tapi permohonanmu itu sangat sulit loh, jadi bayarannya juga cukup mahal…" lanjutnya sambil berjalan pelan mendekatiku.

"E-eh? Bayaran? Bukankah apapun permohonannya tetap akan terkabul tanpa bayaran?"

"Ah, siapa yang mengatakan seperti itu? Tak ada yang gratis di dunia ini, tahu?"

Ini pasti bohongkan? Dia pasti sedang mencoba untuk menipuku. Mana mungkin seorang dewa ada yang mata duitan seperti ini?

"Aku tidak berbohong. Mereka semua yang dating kesini pasti memberikan sesuatu padaku sebagai bayaran atas apa yang aku lakukan. Dan baru kali ini ada yang memohon untuk kembali ke masa lalu. Dan tahukah dirimu bahwa permohonanmu itu sangat berat?" ia mengatakannya seolah-olah membaca pikiranku-atau mungkin ia memang membaca pikiranku.

"Baiklah, aku tak akan meminta bayaranmu sekarang tapi aku akan menagihnya saat keinginanmu itu sudah terkabul. Bagaimana?" ucapnya lagi. Aku terdiam sejenak memikirkan apa aku hatus menerimanya atau tidak. Aku menatapnya dengan ragu.

"Boleh aku tahu apa bayaran untuk permohonanku itu?"

"Kalau itu tak akan kuberi tahu hehehe yang pasti saat waktunya tiba, aku akan menagihnya! Apa kau setuju?"

"Sudah pasti aku setuju, kan? Karena tujuanku kesini memang untuk itu!" jawabku penuh keyakinan. Ia tersenyum dan mulai mengambil lonceng yang ada di ujung kimononya.

Tring…

Seberkas cahaya keluar saat ia membunyikan lonceng itu.

"Sakura Haruno, kamu akan kembali ke masa lalu dan mendapatkan kembali ingatanmu yang hilang dan kamu akan mengetahui siapa sebenarnya lelaki yang bernama Sasuke Uchiha. Dan bayaran atas permohonanmu itu adalah…"

"A-apa? Aku tak dapat mendengarnya!"

Cahaya itu semakin lama semakin menyilaukan mataku. Aku menutup mataku dan mengangkat tanganku ke hadapan wajahku untuk menghalangi sinar menyilaukan itu.

.

Pip pip pip…

Aku membuka mataku perlahan.

Pip pip pip…

Tanganku mulai meraba meja kecil yang terletak di samping tempat tidurku dan mematikan alarm yang telah bersusah payah membangunkanku lalu mengambilnya.

05.30 AM

"Hah, masih jam segini… biarkan aku tidur sebentar lagiiii…" keluhku sambil meletakkannya kembali ke meja dan memejamkan mataku perlahan. Kenapa aku bisa memimpikan hal aneh seperti itu?

"Meru dayo!"

Aku mulai membuka mataku lagi dan melirik handphoneku yang berkedip-kedip menandakan ada e-mail baru yang masuk.

"Ayolah, biarkan aku tidur sebentar…" ucapku sambil mengabaikan e-mail itu dan kembali memejamkan mataku agar bias tertidur kembali.

"Meru dayo!"

Aku mulai membalikkan tubuhku ke arah tembok dan mengabaikan e-mail yang kembali masuk.

"Meru dayo!"

Aku menutup wajahku dengan bantal agar tak mendengarnya lagi.

"Meru dayo!"

"Aaaaa urusai!" teriakku sambil melempar bantal entah kemana.

Brak!

Aku terkaget dan menengok ke arah pintu kamarku yang dibuka dengan kasar. Terlihat seorang wanita paruh baya tengah berdiri di depan pintu itu.

"Mau berapa lama kamu tidur? Kamu tidak lupa dengan janjimu itu kan?" katanya sambil berjalan masuk dan menyalakan lampu. Aku melihatnya dengan bingung sambil mematikan lampu kecil yang ada di atas meja.

"Janji? Dengan siapa?" tanyaku berusaha mengingat-ingat. Ia menggelengkan kepalanya perlahan sambil berdecak.

"Kaa-chan, kasih tahu aku…" ucapku dengan nada yang merengek. Mata hijaunya menatapku tajam.

"Benarkah kau melupakannya?" tanyanya kembali. Aku menggeleng pelan. Ia menghembuskan napasnya berat saat melihat jawabanku.

"Ya sudah, mendingan kamu siap-siap. Sebentar lagi dia akan menjemputmu!" katanya sambil menarik selimutku.

"Dia? Dia siapa?" tanyaku lagi.

"Dia ya DIA!" jawabnya dengan penekanan penekanan pada kata terakhir.

.

Aku menatap bayangan yang terpantul di cermin. Entah janji apa dan dengan siapa yang pasti aku harus tetap terlihat cantik. Aku melirik jam digital yang terletak di atas meja. 06.15 AM.

"Ah, tetap saja ini masih pagi…" keluhku sambil duduk di atas kasur yang kelihatannya sudah dirapihkan oleh kaa-chan. Aku melirik handphoneku dan tiba-tiba saja aku teringat akan e-mail yang belum kubaca sama sekali. Saat ingin mengambil handphone, tiba-tiba saja mataku tertuju pada sebuah bingkai foto. Aku berjalan pelan dan berhenti tepat di depan meja kecil itu.

"Ini…" gumamku saat mengambil bingkai foto itu. Terlihat diriku bersama dengan seorang lelaki dengan rambut onix dengan model spike pada bagian belakang rambutnya.

"Sasu-"

Brak!

Lagi-lagi aku terkaget karena pintu kamarku yang terbuka dengan kasar. Untung saja aku tidak jantungan dan menjatuhkan bingkai foto yang sedang kupegang itu. Aku menengok untuk melihat dan bersiap memarahi orang yang telah membuka pintu secara kasar seperti itu-walaupun itu kaa-chan.

"Kau ini…" ucap orang itu sambil berjalan masuk ke dalam kamar. Aku menahan napasku saat melihatnya.

"Kau melupakan janji itu kan?" lanjutnya dengan ekspresi yang mengatakan sudah-kuduga-kalau-hal-ini-akan-terjadi.

"Dan bias-bisanya kau tidak membaca e-mail dariku…" lanjutnya lagi sambil menatapku tajam dengan mata onyxnya dan berhenti berjalan saat di hadapanku.

Prang!

Aku menjatuhkan bingkai foto yang sedang kupegang sedari tadi. Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku tanda tak percaya.

"Oi, oi! Bingkainya pecah tuh," katanya sambil berjongkok dan memungut pecahan kaca bingkai itu.

Tes… tes...

Ia berhenti mengambil pecahan kaca itu saat melihat ada tetesan air terjatuh tepat di atas bingkai itu. Ia menengok ke arahku dan menatapku bingung.

"Kau kenapa, Saku-"

Bruk!

"Oi, oi.. kau kenapa?" tanyanya bingung karena aku secara reflek langsung memeluknya dengan erat.

"Akhirnya… akhirnya aku dapat bertemu denganmu lagi… akhirnya aku menemukanmu, Sasuke…"

_To be continued_


Cast:

Sakura Haruno

Shion

Mebuki Haruno

Sasuke Uchiha


A/N:

Yaaaa saya kembali lagi dengan fic baru~ gomennasai saya hiatus terlalu lama u.u oh iya fic ini buat bayaran atas ficku yang lain yang belom tamat hehehe tapi tapi tapi aku bakalan nyelesein fic-ficku itu kok beneran deh tapi ga tau kapan hehehe :p

Ah iya aku minta maaf kalo fic ini alurnya kecepetan atau sebagainya dan belom dijelaskan kenapa Sakura membuat permohonan seperti itu, tapi pasti nanti aku jelasin hehehe. At least, aku mohon bantuan kalian semua dan aku menerima segala kritik dan saran agar membuat fic ini lebih baik lagi.

_Seina Hanagata_


_Behind The Scene_

Tes… tes...

Ia berhenti mengambil pecahan kaca itu saat melihat ada tetesan air terjatuh tepat di atas bingkai itu. Ia menengok ke arahku dan menatapku bingung.

"Kau kenapa, Saku-"

Bruk!

"Itaaaiii!"

"E-Eh? Kamu kenapa, Sasuke?"

"Lo kaga liat apa gue lagi ngumpulin beling begini? Maen asal tubruk aje kan jadinya gue kaget terus ketusuk nih beling!"

"Eh?! Gomennasai… soalnya emang adegannya harus begitu…"

"CUT!"