Das ist unser Geheimnis
By. Airi Shirayuki
.
SUMMARY :
Len, siswa populer yang dingin dan Rin, cewek bayangan yang cool dan cuek. Tidak ada yang sadar bahwa sebenarnya hubungan ini cukup rumit mengingat love chart yang berliku-liku...
.
DISCLAIMER
VOCALOID bukan punya Ai!
.
RATE
T
.
WARNING
Jangan bingung dengan love chart yang ada karena Ai sendiri bingung *eh*
.
GENRE
Romance
A bit of drama
Friendship
.
Winter, Tokyo, 11.47 am
.
Butiran-butiran salju lambat laun turun perlahan, awan kelabu menyertai turunnya salju bersama dengan angin yang meniupkan hawa-hawa dingin. Perlahan tapi pasti, butiran itu jatuh ke telapak mungil seorang gadis yang duduk bersandar pada tangki dingin sambil meluruskan kakinya, memandang warna langit yang tidak bersahabat baginya. Ia menghembuskan napasnya, membuat uap-uap halus terlihat keluar dari hembusannya. Mata azurenya seolah mengkodekan bahwa ia bosan hidup, kemudian ia menunduk ke arah kertas-kertas yang ia pangku sebelumnya dan menorehkan penanya ke dalam kertas itu, menulis nada-nada partitur yang beraneka ragam. Beberapa saat kemudian, ia menghentikan tangannya sejenak...
.
.
.
"Dingin..."
.
-Chapter 1 : Eine Welt-
.
"Oioioi, Len! Lagi-lagi kamu nolak cewek ya?" Sapa Miku kepada laki-laki pendek berambut honey-blonde yang duduk di atas pohon bersalju. Yang dipanggil pun hanya bersandar pada batang pohon sambil melihat langit yang kelabu.
"Memang kenapa?" Miku yang mendengar jawaban singkat dari Len langsung menghela napasnya dan berkacak pinggang.
"Dasar, kebiasaan...Oi, Len! Hari ini aku gak bisa pulang bareng lho ya! Aku ada tugas dari Kaito-senpai!" Len langsung menatap Miku sebentar, kemudian ia tertawa kecil, "Jadi dia mulai bergerak ya."
"Kamu ngomong apa? Gak denger!"
"Gak, udah sana ke Kaito! Hus! Hus!" Miku hanya berpoker face dan langsung berbalik, "Malah ngusir...ya udah!" Ia pun berjalan meninggalkan teman masa kecilnya yang masih tiduran di dahan pohon.
Len menatap langit yang kelabu lagi dengan butiran-butiran salju yang turun. Kemudian ia memejamkan matanya, berusaha tidur dan tak ada yang mengganggunya. Tapi sesaat kemudian, ia mendengar sesuatu. Tak begitu jelas, tapi sepertinya itu sebuah nyanyian seorang gadis. Len dengan sigap berdiri dari tidurnya dan mencoba mendengar lebih jelas lagi. Suara nyanyian kecil itu sepertinya berasal dari atap sekolah menurut Len dan itu sangat menarik perhatian Len. Bukan karena nyanyian yang indah, tapi karena nyanyian itu terdengar familiar di telinga Len. Ia pun melompat dari pohon dan berlari ke atap sekolah. Saat ia berlari, nyanyian itu tidak terdengar lagi.
Sesampainya ia di atap sekolah, Len mencari-cari keberadaan orang dan ia menemukan...
"Siapa?" Seorang gadis yang menghadap ke perkotaan pun menoleh dan terkejut. Mata mereka sekarang saling menatap.
"A-ah, Len-sama! Ada yang bisa kubantu?" Tanya gadis itu sembari tangannya diletakkan di dadanya.
"Kamu si- Ah sudahlah...apakah kamu tadi bernyanyi di sini?" Pertanyaan yang to-the-point dari seorang Len membuat gadis berambut oranye panjang yang diikat satu samping itu bingung.
"Eh? Bernyanyi? Tidak..." Len langsung lemas dalam hatinya. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sambil menghembuskan napasnya ke samping.
"Apakah tadi ada seseorang di atap ini?"
"Seseorang...? Ah, sepertinya tadi aku berpapasan dengan orang saat aku naik ke sini..., tapi tidak begitu jelas. Pokoknya dia perempuan...mungkin tingginya se...Len-sama!" Len menaikkan alisnya, 'Tingginya se aku? Cewek...tapi emang ada ya?'
"Ah! Aku lupa! Saat aku berpapasan dengannya sepertinya ia menjatuhkan ini..." Gadis itu menunjukkan selembar kertas partitur berisi not-not yang beraneka ragam. Len mengambil kertas itu dan membaca not-not itu. Dia bisa membacanya karena dia bisa bermain alat musik seperti halnya gitar dan piano.
'Nada ini...sepertinya familiar...'
"Mungkin orang itu bakal mencari kertas ini jika dia ingat. Bisa saja orang itu kembali lagi ke sini" Kata gadis itu.
"Begitu ya...baiklah, arigatou...ng..."
"Ah, namaku Akita Neru! Yoroshiku, Len-sama! Aku salah satu penggemarmu!" Gadis itu bersorak tanpa ragu, membuat Len berperasaan aneh.
"Ng...ya?"
.
.
Sementara itu, seorang gadis bermata azure mengeratkan syal kuningnya sambil berjalan keluar sekolahnya. Ia menggumamkan sebuah nyanyian yang sepertinya kesukaannya. Lalu, sambil bergumam ia mulai mencari sesuatu dalam tasnya, tapi tampaknya ia tak menemukannya.
"Partiturku..." Ia mengaduk-aduk tasnya berusaha mencari partiturnya, tapi hasilnya nihil.
'Mungkin tertinggal di tempat tadi...tapi...ya sudahlah...toh aku masih ingat nadanya...' Gadis itu pun mengabaikan partiturnya yang hilang dan kembali berjalan pulang.
.
.
.
Sudah 2 hari Len menunggu seseorang yang mencari partitur jatuh itu. Seribu pertanyaan menggumpal dipikirannya. 'Kenapa tidak datang?', 'Siapa gadis itu?', 'Ingatkah dia tentang partiturnya?' Dan sejumlah pertanyaan lainnya. Kemudian ia menghela napasnya sambil menopang dagunya. Ia melihat kembali partitur di tangannya. Muncul di benaknya jawaban ngasal, 'Jangan-jangan...dia memang sengaja tidak mengambilnya karena dia sebenarnya tidak membutuhkannya?!' Tapi ia segera menepis perasaan itu.
Ia menghela napas lagi, kemudian ia bangkit dari bangkunya dan berjalan keluar kelas, meninggalkan partitur itu di mejanya begitu saja. Ia mencoba ke atap lagi untuk mengecek apakah orang itu kembali, tapi tetap saja nihil.
.
.
Seorang gadis bermata azure berjalan di lorong. Ia mulai mengikatkan syalnya beserta sweater creamnya bersiap pulang. Saat ia berjalan di lorong, matanya menangkap sesuatu di sebuah ruang kelas. Sesuatu yang familiar. Ia pun berhenti di depan pintu kelas itu sementara pintunya terbuka lebar. Di sebuah meja terdapat sebuah kertas yang sepertinya partitur. Ia menoleh-noleh sekitar, apakah ada orang apa tidak, lalu ia masuk dan melihat kertas itu. Alisnya langsung naik saat ia membaca kertas itu. Partitur miliknya. Ia mengambil kertas itu dan mengecek sekali lagi bahwa benarkah itu miliknya.
Ternyata itu miliknya. Ia menoleh-noleh ke segala penjuru kelas, tidak ada seorang pun kecuali tas yang berada di bangku tempat partitur berada. Terdiam sebentar, kemudian ia menyobek kertas kecil dari tasnya dan menuliskan sesuatu. Lalu kertas itu ia taruh di meja itu dan segera mengambil kembali partiturnya. Setelah itu, ia berjalan pergi.
.
Selang beberapa waktu, Len pun kembali ke kelasnya dan kaget karena partitur temuan Neru menghilang. Ia menemukan sebuah kertas kecil di mejanya. Tulisan rapi dan manis, 'Terima kasih telah menemukan partiturku.' Begitu. Len pun frustasi. Bukan karena tulisannya, tapi karena ia tidak tahu siapa orang itu. Benda yang menurutnya bisa jadi perantara melihat orang itu sudah diambil oleh orang itu sendiri tanpa ia ketahui. Ia menjatuhkan dirinya ke bangkunya sambil menatap kertas kecil itu. Dilihatnya tulisan itu pelan-pelan dan muncul pikiran, 'Seandainya aku bisa tahu melalui sesuatu yang khas...eh? Gaya tulisan ini mungkin bisa!' Ia memperhatikan gaya tulisan yang menurutnya agak indah dengan garis yang agak meliuk-liuk dan kertasnya yang agak berbau harum bunga matahari. Ia baru sadar bahwa sebentar lagi hari akan gelap dan akhirnya memutuskan untuk pulang. Besok ia akan mencari tahu pemilik dari tulisan itu.
Tapi, saat dalam perjalanan pulang, di sebuah jembatan di depan, terlihat seorang gadis berambut pendek yang memandangi sungai. Dan yang membuat Len terkejut, gadis itu berdiri di pembatas jembatan. Len perlahan mendekati jembatan. Suara salju terinjak sepertinya terdengar oleh gadis itu yang akhirnya ia menoleh ke arah suara itu berada. Saat itulah, mata Len dan gadis itu saling bertemu. Sama-sama berwarna azure dan rambutnya pun sama-sama berwarna honey-blonde. Layaknya melihat cermin. Hanya berbeda gender. Dan dari sinilah semuanya berawal...
.
TBC
Ai : Idenya mengalir derasss jadi Ai langsung tulis deh! Kebablasan langsung di publish-_-. Udah deh...
Review please~
