LUVHOLIC
Chang Min Sa
2014
.
Duapuluh tahun yang lalu, bepergian di malam hari bukanlah masalah besar bagi penduduk kota Mirror. Mereka bebas untuk bepergian tanpa terbatas pada waktu karena saat itu masih banyak bis yang beroperasi pada malam hari. Tapi hal itu kini tidak berlaku. Alasannya, karena kejadian tragis pernah terjadi di kota itu. Bis yang membawa puluhan penumpang itu jatuh di sekitar tebing di tepi kota. Naas, hingga kini tidak ada satu pun bekas kecelakaan itu yang bisa ditemukan oleh pihak berwajib hingga kasus ini ditutup.
Sayangnya, tiga bulan setelah kejadian itu, sebuah terror berjalan di kota itu. Setiap kawula muda yang tidak pulang di atas pukul sepuluh maka bisa dipastikan mereka dinyatakan hilang keesokkan harinya. Mereka dikabarkan hilang setelah menaiki sebuah bis yang hendak mengantarnya pulang. Menurut rumor yang menyebar di masyarakat, para pemuda itu hilang karena dibawa roh-roh halus dalam bis itu. Kejadian itu berlanjut hingga beberapa waktu dan membuat masyarakat resah. Hingga akhirnya pemerintah mengeluarkan perintah pelarangan bis yang beroperasi di atas pukul sepuluh malam. Hasilnya, kasus hilangnya para pemuda itu mulai menurun drastis hingga tidak ada sama sekali. Berikut dengan cerita teror itu.
.
LUVHOLIC
.
"Yunho-ya!" sebuah teriakan itu menggema di ruangan sepi itu. Mengejutkan seorang namja tampan yang sedang berkutat di belakang meja putih di salah satu sudut ruangan.
"Junho-ya, tidak perlu berteriak. Aku tidak tuli." Keluh namja bermata sipit yang bernama Yunho, Jung Yunho. Setelah teman sekelasnya itu mendekat Yunho bertanya, "Ada apa?"
Namja berambut pirang pendek itu nyengir sebentar lalu berkata, "Ayo, pulang!"
Yunho mengernyitkan dahinya bingung. "Tumben mengajakku pulang? Biasanya jika dia ingin pulang, ia tidak akan mau repot-repot mengajakku." Batin Yunho.
Mendapati lawan bicaranya yang hanya diam, Junho menatap Yunho bingung. "Ayo, pulang, Yunho-ya!" ulangnya.
Yunho memutar posisi duduknya hingga ia memunggungi Junho lalu kembali berkutat dengan tabung-tabung reaksi di depannya. "Tumben kau mengajakku. Ada apa?"
Junho tiba-tiba panik, ia menggaruk belakang kepalanya bingung mencari alasan, "Err, emm…itu…"
"Ck, katakan dengan jelas." Kata Yunho dingin. "Kau kan tahu aku tidak suka bertele-tele." Yunho masih sibuk melihat dan mencatat apa yang sedang diamatinya seolah tidak terganggu dengan keberadaan Junho yang sedang menatapnya khawatir.
"Hmm, kau kan anak baru di sini. Aku takut kau tidak tahu jalan pulang. Hehe, ya, begitulah." Jelas Junho kikuk dengan beberapa cengengesan yang mencurigakan.
Yunho bergeming, "Kau pikir aku bodoh? Aku sudah sebulan tinggal di kota ini jadi aku tahu jalan pulang." Hening beberapa saat, "Sudahlah, tidak perlu mengkhawatirkanku. Kalau ingin pulang, pulanglah dulu. Aku masih harus menyelesaikan laporan ini sebelum besok." Titah Yunho mutlak.
Junho menghela nafas berat. Sebenarnya, ia hanya takut jika teman barunya itu pulang di atas jam sepuluh. Itu sangat beresiko. Junho berbalik lalu berjalan menuju pintu ruangan itu. sebelum benar-benar keluar, Junho berhenti di ambang pintu lalu berbalik menatap Yunho. "Berhati-hatilah di jalan. Dan…lebih baik kau pulang dengan berjalan kaki."
Yunho tidak menyahut, hanya melambaikan tangannya seolah mengerti dan meminta temannya itu untuk tidak khawatir. Junho menghela nafas pasrah lalu benar-benar pergi dari ruangan itu. dalam hati, ia berdoa semoga teman barunya itu tidak tertimpa musibah. Musibah apapun. Padahal saat ini, Yunho sedang meruntuki kekhawatiran temannya yang dinilai terlalu berlebihan.
"Jalan kaki? Apa dia gila? Jarak rumahku ke sekolah kan cukup jauh. Bagaimana kalau aku mati beku di luar? Ish, apa dia mau tanggungjawab, eoh?"
Sementara itu, di luar ruangan itu, pohon-pohon tinggi bergerak diterpa hembusan angin. Burung-burung kecil kembali ke rumahnya dan senja semakin merapat. Langit tak lagi cerah. Matahari seolah mengucapkan "Sampai jumpa!" pada bumi. Menutup hari yang melelahkan bagi manusia.
.
LUVHOLIC
.
21:50
Yunho beranjak dari tempat duduknya selama beberapa jam. Badan tegapnya terasa kaku karena terlalu lama duduk. Setelah merenggangkan otot, Yunho melepaskan jas putih yang sedari tadi menempel di tubuh jangkungnya. Setelah merapikan jas putih itu, ia bergeser lalu mulai merapikan meja di depannya. Tak lupa mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas hitamnya. Merasa cukup dengan acara berkemasnya, Yunho keluar dari ruangan itu. Sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu, Yunho melirik jam dinding dan mata sipitnya terbelalak saat melihat waktu yang ditunjukkan jam dinding itu.
21:57
"What? Hampir jam sepuluh? Mana ada bis yang beroperasi jam segini? Aish, aku harus segera pulang!" makinya pada dirinya sendiri.
Sesegera mungkin, Yunho berlari melewati lorong sekolahnya yang sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa kelas dan ruang yang lampunya dibiarkan menyala sedangkan yang lain dipadamkan. Menambah kesan menyeramkan sekolah yang sudah berdiri selama duapuluh enama tahun itu. Sepertinya tak ada satupun siswa yang berada di sekolah itu kecuali Yunho sendiri. Entah mengapa, hanya memikirkannya saja, Yunho merasa bulu kuduknya berdiri. Segera ditepisnya perasaan buruk yang tiba-tiba menggelayutinya. Namja tampan itu mempercepat laju larinya untuk segera sampai di halte depan sekolah.
Begitu sampai, Yunho menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Mencoba mencari bis yang mungkin saja masih beroperasi. Setelah beberapa saat, Yunho mulai putus asa karena tak mendapati kendaraan yang ia cari. Namja bermata musang itu hampir saja nekat berlari saat didengarnya sebuah bel dari belakang punggungnya. Sebuah kendaraan besar dengan lampu yang dinyalakan hampir di seluruh sisinya. Kendaraan yang tak lain adalah bi situ berhenti tepat di depan Yunho.
Tanpa pikir panjang, setelah pintu bis itu terbuka, Yunho segera masuk ke dalam dan membiarkan pintu di belakangnya tertutup otomatis. Yunho memasukkan kartu identitasnya di mesin pembayaran di dekat pintu masuk. Setelahnya, Yunho mengedarkan pandangannya dan mengumpat pelan begitu menyadari bahwa bis itu sedang penuh dengan penumpang. Kebanyakan penumpang bis itu adalah siswa SMA sama sepertinya hanya saja mereka menggunakan seragam yang berbeda-beda dan warna yang hampir luntur. "Mungkin mereka senasib denganku?" pikir Yunho sambil terus berjalan mencari tempat duduk. Mata musangnya terbuka senang saat dilihatnya masih ada tempat kosong di jok belakang bi situ.
Yunho segera berjalan mendekat dan barulah Yunho menyadari bahwa di jok belakang masih ada seorang penumpang yang duduk di sudut bis. Sepertinya namja, melihat orang itu memakai celana panjang meski warnanya mulai luntur. Namja itu tidak menggunakan jaket, hanya kemeja putih tipis yang menutupi kulit putih pucatnya. Rambut legamnya dibiarkan menutupi wajah putihnya yang sedang bersadar pada jendela di sebelahnya. Tidak mau terlarut dengan pikirannya, Yunho segera mengambil tempat duduk di sudut lainnya. Berseberangan dengan namja aneh itu.
Bis mulai berjalan dan Yunho mulai mengeluarkan mp3 player dari saku jaketnya. Ia menyalakan benda itu dan mulai memasang headset di telinganya. Mencoba mengusir rasa bosan yang akan segera menderanya mengingat rumahnya masih cukup jauh. Tak sengaja mata sipitnya menangkap tulisan di belakang kursi penumpang di depannya.
"Luvholic?" gumamnya sambil mengerutkan keningnya seolah sedang mencari ingatannya, "Nama apa ini? Nama bis ini? Cukup aneh." Tapi dengan segera Yunho mengalihkan pandangannya dan kembali berkata, "Ah, sudahlah, biarkan saja." Setelahnya, Yunho mencoba menutup mata dan menikmati musik keras dari mp3 player di genggamannya.
Sementara itu, seluruh penumpang bis itu, kini mulai melepaskan pakaiannya. Meraih dan meraba pasangan di sampingnya. Berciuman, saling menindih, bahkan melakukan hal yang tak layak dilihat khalayak umum. Tapi hal ini berbeda dengan namja di seberang Yunho. Namja itu sedang menangkupkan kedua tangannya di wajah cantiknya. Kedua bahu kecilnya bergetar karena tangisannya setiap malam. Tapi kali ini tangisannya berbeda.
"Mianhae, hiks… aku…tidak bisa…"
.
LUVHOLIC
.
Keesokkan harinya…
Saat ini, Yunho sedang menata buku yang baru saja selesai diajarkan oleh gurunya. Kebanyakan siswa berseragam sama dengannya, memilih segera berlari keluar kelas dan menuju tempat favorit mereka. Entah kanti atau lapangan olah raga. Tapi beberapa siswa masih bertahan di kelas, entah sedang memakan bekal, mengerjakan tugas yang belum selesai, atau sekedar mengobrol dengan teman-temannya.
Dari arah lain, seorang namja berjalan cepat mendekati Yunho. Namja itu segera menepuk bahu Yunho begitu sampai di depannya dan bertanya sdengan tergesa-gesa, "Semalam kau pulang jam berapa?"
Yunho menaikkan alisnya tak mengerti, "Sekitar jam sepuluh." Jawabnya santai sambil melanjutkan pekerjaannya.
Junho membelalakkan matanya tak percaya, "D-dan kau…pulang naik apa? K-kau jalan kaki, kan?" tanyanya takut-takut.
Yunho memasukkan bukunya ke dalam tas lalu berdiri dan menatap temannya bingung. "Kau pikir aku gila? Berjalan kaki selama satu jam untuk sampai ke rumah. Untung saja semalam ada bis yang lewat, kalau tidak, aku pasti mati beku sebelum sampai di rumah." Yunho beranjak dari tempatnya. Melangkah menuju pintu kelas tanpa memperdulikan temannya yang sedang berdiri kaku di belakangnya.
"Naik bis? Di atas jam sepuluh? Jangan-jangan…" terka Junho dalam hati.
"Junho! Kau mau ke kantin atau tidak? Aku sudah sangat lapar!" teriakan Yunho sukses membangunkan Junho dari lamunannya. Segera namja yang tak jauh lebih tinggi dari Yunho itu menghampiri teman barunya.
Mereka berjalan beriringan menuju kantin. Yunho tetap berjalan lurus tanpa menyadari jika teman di sebelahnya sedang berpikir keras. Hingga sebuah pertanyaan dari Junho terdengar serius, "Yunho-ya, apa nama bis itu?"
Yunho melirik Junho sebentar lalu kembali menatap ke depan sambil menjawab tanpa beban, "Luvholic. Kurasa itu nama bisnya."
Deg!
Hanya dengan nama itu saja, entah mengapa Junho mulai mengkhawatirkan teman barunya. "Benar. Itu bis yang dimaksud orang-orang." tapi Junho juga bingung dengan kenyataan lain, "Tapi, kenapa kau masih bisa hidup hingga saat ini, Yunho-ya? Jika itu benar bis yang dimaksud, seharusnya kau sudah mati. Semalam."
.
TBC
.
Annyeonghaseo *bow* …
Long time no see? *ala Junsu duckbutt*
Ini ff mystery loh… tapi aku gak yakin berasa atau nggka misterinya?
Btw, ini ff misteri keduaku dan aku masih sadar kalau aku punya banyak kekurangan. Jadi jangan sungkan untuk mengingatkan aku, ne?
Oh, ya… ff ini tidak akan panjang kok. Paling dua atau tiga chapter.
Fanfic ini terinspirasi dari anime Bokura Ga Ita yang ada beberapa setting di dalam bis. Padahal itu anime romance tapi entah mengapa aku malah kepikiran sama hantu-hantu begini. Jadi, ff ini nggak punya kesamaan ide dengan anime itu.
Akhir-akhir ini aku suka download anime jadi mian kalo sense ff Korea mungkin ada yang kurang. Aku merekomendasikan anime Bokura Ga Ita dan Amnesia buat ngisi liburan kamu semua. Ceritanya bagus. Yang satu romance dan satunya misteri. Hehehe…
So, jadilah reader yang baik ne?
Salam hangat dan cipok basah dari author sekeluarga.
