Title : Butterfly
Author : Prussian Cloud
Cast : Kim Taehyung; Jeon Jungkook
Min Yoongi and Park Jimin. Cast lain menyusul
Genre : Hurt/Comfort; Bromance; Shou-ai; Romance
Disclaimer : Cerita, plot maupun alur bukan milik saya, ini murni milik Prussian Cloud. Saya hanya bertugas edit dan publish.
Cast milik pemiliknya masing-masing/? Kami hanya pinjam tanpa permisi
Chapter 1
"Aku tak tau, hyung... Dia begitu rapuh, dan mudah goyah. Aku tak bisa menahannya. Ia akan pergi. Tapi kubiarkanpun, mau sampai kapan ia memperlakukanku begini?"ㅡKim Taehyung.
"Kook, mau makan bareng?" Taehyung merangkul Jungkook. Namja bermarga Jeon itu menoleh, dan memperlambat langkahnya.
"Ah, mianhae." Melihat raut sesal diwajah Jungkook, entah kenapa hati Taehyung mencelos. 'Semoga bukan nama itu...'
"Aku sudah ada janji dengan Yoongi hyung, " lanjut Jungkook. Taehyung memandangnya datar untuk sesaat. Detik selanjutnya, ia tersenyum dan mengusak rambut Jungkook gemas.
"Ya sudah. Lain kali saja. Bersenang-senanglah dengan Yoongi hyung. Tapi jangan terlambat pulang. Nanti dicari ibumu," kata Taehyung kalem. Terlalu kalem, malah. Seolah ia menjaga agar kalimatnya tak pecah. Dan terlambat bagi Jungkook untuk menyadari sorot penuh luka dari tatapan Taehyung.
Ia sudah berpaling saat seorang lelaki berambut blonde dengan senyum manis yang tersungging dibibirnya melambaikan tangan dari seberang jalan. Jungkook balas melambaikan tangan, tersenyum riang, dan menoleh pada Taehyung.
"Aku harus pergi, hyung. Yoongi hyung sudah menungguku. Ttomanayo." Jungkook menempuk pundak Taehyung, menuai senyum dari Kim itu. Tanpa menunggu dua detik, Jungkook berlari, menghampiri Yoongi. Dan Taehyung melihat betapa dekatnya mereka berdua. Terlebih saat keduanya bergandengan tangan.
Sedetik, Kook...
Satu detik saja...
Jika saja kau bersedia bertahan sedetik saja di samping Taehyung. Kau kembali menoleh, sekedar untuk melambaikan tangan...
Maka kau akan lihat. Kau akan lihat kala Taehyung menunduk, dan meneteskan air mata, kemudian mengusapnya kasar dengan punggung tangan. Kau pasti akan berhenti berjalan, kembali pada Taehyung, lalu menangkup pipinya kuat-kuat. Dan kau pasti bertanya, "Ada apa, hyung?"
Kemudian Taehyung dengan jujur dan senyum pahit akan menjawab, "Aku juga ingin pergi bersamamu. Aku pun ingin kau menggenggam tanganku. Aku ingin kau memberiku senyum yang sama dengan yang kau berikan pada Yoongi hyung. Karena aku... mencintaimu, Jeon Jungkook..."
Tapi apa, Kook? Kau terus melangkah lurus. Sama sekali tak memutar bahumu. Lupa akan Taehyung.
Sebenci apapun yang dirasakan Taehyung, bahkan untuk menolak balas tersenyum pada namja bersurai blonde itu rasanya sulit. Hati Taehyung memang menjerit sakit. Tapi bibirnya tersenyum. Perasaan itu memang beku, tapi entah mengapa suara husky itu masih bertahan menjawab obroloan Yoongi dengan nada lembut bersahabat.
'Hyung, sungguh, aku tak ingin jadi iblis berparas malaikat. Tapi kenapa iblis ini bahkan susah keluar? Aku sadar, hyung. Sesulit apapun itu, sesakit apapun rasanya, selama Jungkook bisa tersenyum tulus, biarpun itu karenamu, aku merelakannya, hyung. Semoga kau bisa menjaga kepercayaanku ini.'
"...hyung? Taehyung?!"
Taehyung tersentak saat suara berat Yoongi membentaknya dan membuyarkan semua lamunannya. Ia menoleh pada Jungkook, Jimin, dan Yoongi yang duduk mengelilingi meja yang sama dengannya. Menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dan menunduk minta maaf karena ia tak memperhatikan ucapan hyungnya.
Yoongi menatap intens manik onyx itu dengan raut yang serius. Jungkook mendadak pucat, dan menatap bergantian antara Yoongi yang menatap Taehyung dingin, dan mata sendu milik Taehyung yang menunduk.
Namja itu menegakkan punggungnya, dan dibawah meja, tanpa Taehyung sadari Jungkook meremas erat telapak tangan Yoongi, yang sedingin es. Sejenak, Yoongi melirik Jungkook. Didapatinya Jungkook menaikkan sudut alisnya ke tengah, memberi tatapan memohon. Ia, Jungkook, menggeleng kecil.
Yoongi menghela napas. Dan senyum yang tadi menggantung canggung di bibir Jimin lenyap. Ia ikut menundukkan kepala.
"Aku mau cari minuman dulu," ucap Yoongi singkat. Tanpa menunggu jawaban, ia berdiri, menyambar lengan Jungkookㅡyang sialnya Jimin sadari, Jungkook tadi meremas tangan Yoongi. Lalu langsung menyeret Jungkook pergi.
Tess...
Jimin memejamkan mata. Pedih.
'Hyung. Tak bisakah aku yang kau ajak pergi?'
Angin berhembus kencang. Matahari tampak mulai tergelincir ke barat. Langit barat sudah sedikit menjingga. Dua siluet bayangan tercetak di atas atap gedung apartemen. Salah satu pemiliknya tampak menurunkan bahu, membuat bayangannya melakukan hal yang sama.
Yoongi menarik napas panjang seiring menguapnya napas itu, tangannya yang masuk dalam saku celananya makin terkepal kuat. Bibirnya menghela napas jemu. Matanya yang menyipit memandang gedung pencakar langit dikejauhan. Dibiarkannya wajah dan depan tubuhnya dibalut sinar matahari terakhir. Dan angin menerpa helaian rambutnya, sehingga berkibar elok.
Angin yang sama juga menerpa seseorang di belakang Yoongi. Seorang namja dalam balutan jaketㅡjas putih. Surai hitam kemerahannya tampak bergoyang lembut. Namja itu, Jeon Jungkook. Ia duduk berlutut, berdiri dengan tumpuan lututnya yang bergetar.
Jungkook terisak pelan. Matanya tanpa henti terus mengalirkan kristal-kristal penuh emosi. Nyaris setengah jam lamanya. Tapi isakan itu tak jua memelan. Yoongi pun masih setia menanti kapan rintihan dan air mata itu berhenti. Tapi tak urung dalam hati jengah juga.
Hingga akhirnya ia menoleh demi mendengar ucapan pelan Jungkook yang bergetar lirih.
"Hyung, kumohon. Aku tak tahu lagi harus berbuat apa..."
Yoongi berdecak pelan. Ia memutar tubuhnya, menghampiri Jungkook, ikut berlutut. Kedua tangannya keluar. Langsung memegang bahu Jungkook erat. Dipandanginya Jungkook sesaat. Lalu, memeluknya dengan pelukan paling lembut miliknya.
Bahu Jungkook bergetar hebat. Walau isakkan itu nyaris hilang, tapi Yoongi tahu, Jungkook menangis dalam diam. Yoongi tak bisa membuat Jungkook tenang sepenuhnya. Tapi ia ingin meredam tangisan Jungkook, sekedar saling berbagi duka.
"Kumohon, hyung... beri aku waktu..." lirih Jungkook disela tangisannya. Yoongi terdiam sesaat. Lalu ia mengusap bagian belakang leher Jungkook lembut, seraya bertanya,
"Sampai kapan, Kook? Kau tak akan bisa menyembunyikan semua ini selamanya dari Taehyung. Cepat atau lambat, ia akan menyadari betapa kau berubah."
"Aku tak akan bisa bertahan jika itu maumu, hyung. Aku hanya butuh waktu sampai Taehyung-hyung tak lagi merasa punya ikatan denganku. Tolong aku, hyung... Tak ada orang lain selain kau, hyung..."
"Dan saat itu tiba, Jimin pun telah pergi dari hidupku."
"..."
Jungkook bungkam. Lemas menggerogoti sekujur tubuhnya. Ia merasa tak berdaya. Tapi hatinya panas luar biasa.
Nafas Jungkook tertarik ganjil. Nyaris seperti tersedak. Tiba-tiba ia mendorong tubuh Yoongi hingga Yoongi jatuh kebelakang.
"Jimin lagi! Selalu Jimin, Jimin, dan Jimin yang kau pedulikan!" Usai berkata begitu, tanpa pamit Jungkook langsung berdiri, dan berbalik, lari dari atap gedung itu. Yoongi hanya bisa diam, memandang punggung Jungkook menghilang dari pandangan.
TO BE CONTINUE…
Hii, makasih untuk Kak Prussian Cloud, yang udah mau repot buat FF ini untuk aku. Soal hadiah, segera setelah FFnya END ya /:D/
Terima kasih juga buat yang udah berkenan mampir untuk baca. Akan lebih berterima kasih lagi, jika kalian bersedia mengisi kolom review. Apapun isinya akan kami terima dengan senang hati, jadi jangan sungkan untuk memberikan review ya…
Salam manis,
Jae and Prussian Cloud
:*
