Summary : Harry tau difinisi dari kata mengidolakan, sangat mengerti hingga akhirnya menjadi benci. Dan menggutip Hermione bahwa cinta dan benci hanya setipis benang. Harry membenci dirinya, dan pekerjaannya lama kelamaan.
Disclaimer : J.K Rowling
Warning : AU, MxM, crack maybe….
A/N : Ah iya, dalam fanfic ini saya menuliskan bahwa Harry dan Draco tidak berada dalam lingkungan sekolah yang sama, dan disini saya menuliskan bahwa Harry mengagumi tokoh Draco tapi tenang Draco dan Harry akan tetap bermusuhan nanti. Dan tambahan disini Harry tidak mengunakan kacamata.
Enjoy!
-Drarry-
Hermione hanya mendesah ketika dirinya membaca kertas demi kertas yang diberikan atasannya, lembar demi lembar kertas dengan gambar gambar model pakaian terlihat jelas dengan lingkaran penjelasan disana sini.
Musim panas akan datang sebentar lagi, dan Hermione harus bekerja ekstra setiap malam untuk menentukan setiap tawaran pemotretan untuk modelnya. Hermione adalah manager model, karier modelnya yang sedang naik daun membuatnya harus bekerja lebih dari dulu saat pertama kali menjejakkan kaki ke dunia modelling. Dan lebih ekstra lagi ketika atasannya memanggilnya dan memberikan dokumen rencana sesi pemotretan untuk modelnya yang katanya akan dibayar tinggi, Hermione mengutuk dalam hati.
Ia mulai memilah milah dokumen pekerjaan yang akan di diberikan kepada modelnya diruang tata rias, ruang dengan banyak kaca dan bolam membingkainya, serta tumpukkan pakaian, manikin, dan gantungan besi. Samar samar terdengar musik beat dari luar ruangan, modelnya sedang melakukan latihan runaway.
Setengah jam kemudian pintu terbuka, Harry masuk dengan sebuah handuk kecil bertengger di pundaknya dan juga pocari sweat di tangannya, mukanya sedikit berkeringat kepanasan karena terpaan sinar lampu studio yang gila gilaan.
"Menyusun data lagi Hermione?" Harry menarik bangku disebrang Hermione dan menariknya untuk mendekat pada wanita itu, Hermione mendesah lelah.
"Perkerjaanmu Harry, menyusahkan." Harry tertawa pelan, meminum lagi botol minumannya. "ah, Hermione," wanita itu mengalihkan pandangannya, "Sabtu ini aku dan Ron mau ke bar kau mau ikut?"
"No Harry, No!" Harry mendesah kesal, "Kau model Harry, dan parahnya kau sedang naik daun! Media memandangmu saat ini." Hermione kembali dengan dokumen miliknya, "Kau bisa menjadi sasaran empuk media, selain itu kau kan tak kuat dengan alkohol."
Harry meringis meng-iya-kan.
Jam 3 sore Harry dan Hermione keluar dari kantor agensi, bunga imajiner di sisi Harry dan rasa dongkol di diri Hermione. Hermione mendapat tawaran untuk Harry mengiklankan sebuah jeans keluaran Terbaru dari Levi's dan itu adalah harga mati karena agensi harus mempertahankan urusan kerjasama yang sudah cukup lama dengan pihak perusahaan pakaian itu, dan tentu berarti Hermione harus mengubah jadwal dari awal lagi, berbeda dengan Harry yang menghabiskan waktu mandi dan melakukan sauna singkat sehabis latihan yang sudah ditetapkan oleh pelatihnya, Harry menatap Hermione iba.
Mereka menaiki mobil van berwarna silver, Hermione yang mengemudi dan mulai melaju menuju kearah café tempat biasa mereka bertemu dengan Ron—tentunya selain bar yang suka mereka kunjungi semasa kuliah dulu—Ron sudah menunggu disana, melambaikan tangan kearah Hermione dan Harry yang saat itu memakai kacamata hitam agar tak tersorot orang. Setelah mereka lulus dari Hogwarts mereka mulai tampak tak begitu sering bertemu, pekerjaan Ron yang seorang jurnalis lepas dan Harry yang seorang model berserta Hermione yang merupakan managernya membuat mereka harus berakhir di jalan masing masing, namun mereka tetap berusaha untuk bersama. Harry memberikan senyum terbaiknya pada Ron.
"Kacamata hitam lagi Harry?" Harry mengambil tempat duduk disamping Ron dan Hermione di depan Ron, "Tidak ada wartawan disini."
"Kau jurnalis Ron," Harry mengambil buku menu, "Dan lebih parahnya jurnalis fashion." Ron tertawa.
Pelayan datang dengan note pesanan, Harry memilih double espresso dengan tiramisu, sedangkan Hermione red velvet dengan ice coffee. Mereka menghabiskan waktu dengan santai, Ron yang terus bercerita tentang bagaimana ia diganggu seorang wanita dengan terus terusan mengajaknya makan siang, dibalas dengan Harry yang menghela nafas dengan tingkah Ron yang tak sensitive dan Hermione yang tampak tidak suka.
"Jadi, bagaimana kabar adikmu?" Harry mengalihkan pembicaraan, Ron menatap Harry mengejek. "Wow, ada yang menanyakan mantan pacar," nada bicara Ron usil namun sedikit menghina. Harry memutar bola matanya, "Hei, aku hanya bertanya sebagai seorang sahabat."
"Aku tak yakin itu dalam arti sa-ha-bat," Ron menyikut Harry, pemuda itu menggeser tempat duduknya malas. "Ahahaha, dia baik Harry kau terlalu serius!" Harry mendesah kesal. Ia pikir godaan tentang dirinya dan Ginevra Weasley telah sirna setelah ia putus dengan gadis itu dipertengahan masa kuliahnya.
"Dia akan berangkat ke Amerika minggu depan," Ron berujar.
"Dia tidak bekerja? Padahal ia bilang dapat tawaran pekerjaan bagus karena nilainya yang tergolong baik," Hermione menyuap cake miliknya. Ron menaikkan bahunya, "Aku tak mengerti jalan pikirannya." Ron meminum americano miliknya, "Sepertinya dia masih patah hati dan tak mau ada disini untuk waktu yang lama," melirik menghina ke Harry, Harry mendesah sabar.
Handphone milik Ron berdering, Harry memajukan kursinya memberikan akses pada Ron untuk keluar dan mengangkat telpon miliknya. Harry dan Hermione asik dengan cake mereka masing masing, tersenyum kecil ketika melihat Ron menjauhkan handphone dari telinganya dan meringis. Mereka yakin itu pasti dari Ibunya.
"Sorry mate, sepertinya aku harus kembali kerumah Mom," Ron mengambil jaket yang tergeletak dikursi miliknya. "Mom mengadakan acara makan malam besar satu keluarga, katanya sih untuk Ginny yang akan pergi sebentar lagi." Ron mengenakan jaket miliknya, membenarkan sedikit, "Bahkan ia menyuruhku mengajak kalian untuk ikut. Mom mulai tak rasional, jelas jelas Ginny masih 'anti' denganmu Harry."
Harry merasa sangat bersalah dalam hati namun marah dalam keadaan yang sama, bagaimana pun juga hubungan mereka berakhir, Harry-lah yang memutuskan Ginny.
"Jaga ucapanmu Weasley! Bagaimana pun juga itu salah Ginny yang tidak dapat move on." Beberapa pelangan memperhatikan mereka, ada juga yang berbisik bisik. Ron mengabaikkannya, Hermione mencubit kecil pinggang Ron, ia mengerutu dan tak lama kemudian melenggang pergi. Hermione memegang tangan Harry menenangkan sahabatnya semangat.
Hermione mengantar Harry pulang memutar beberapa lagu Maroon 5 berusaha menenangkan Harry yang menjadi lebih deiam, "Jadi besok aku jemput jam 7 okay, langsung istirahat dan jangan minum beer untuk malam ini," Hermione menasehati dengan nada serius karena tau kebiasaan temannya jika dilanda rasa marah, Harry mengangguk mengerti. Hermione menurunkan Harry didalam Parkiran basement apartement, Harry melangkah kearah lift, baru saja sampai lantai 3 Hermione memberikan pesan singkat yang sama dengan nasehatnya, Harry mengabaikannya.
-Drarry-
Pagi itu jadwal latihan koreografi diundur, menjadikan Harry dan Hermione duduk di ruang tunggu di lantai bawah kantor agensi. Harry sibuk dengan majalah fashion, membaca ulasan tentang jas jas terbaru keluaran Hermés, dan berhenti pada suatu foto. Hermione mencuri pandang.
"Draco Malfoy, hm?" Harry menurunkan sedikit majalanhnya, "Dia model yang sangat ber-talenta, aku dengar dia berhasil masuk majalah Vogue dalam waktu 2 tahun," Hermione kembali dengan dokumennya, dan tersenyum puas pada jadwal padat Harry.
"Ya, memang dia terlihat bertalenta," Harry membalik halaman berikutnya, menampilkan potret Luna Lovegood sahabat mereka waktu High School dulu yang juga memasuki dunia model, dia begitu elegan dengan blazer Hermés keluaran terbaru. Hermione berdecak kagum. "Luna memang berbakat, sayang tak ada yang menyadarinya saat masih berada di High School," Hermione menaikan bahunya.
Beberapa menit kemudian Harry di panggil untuk segera ke studio atas. Hermione mengekor dari belakang. Harry lebih milih menggunakan tangga dari pada lift, mengingat studio mereka yang hanya berada di lantai 3. Harry memandangi foto foto model yang terpampang di dinding berlapis kertas berwarna hitam putih motif zebra kantor agensi. Namun yang paling menarik perhatiannya adalah foto Draco Malfoy yang bertelanjang dada dengan jas yang ia pegang dengan tangan kanannya, tubuhnya membelakangin kamera namun dengan wajah yang sedikit menoleh kebelakang, siluet wajahnya yang tegas membawa kesan misterius. Hermione menepuk agak keras pundak Harry dan kembali berjalan kearah studio.
Sebenarnya Harry sedikit malas mengikuti latihan koreografi karena umurnya yang sudah genap 1 tahun dalam dunia industri model, namun Hermione terus terusan menyuruhnya untuk mengikuti latihan, karena menurutnya 1 tahun tidaklah cukup untuk membuatnya disebut professional.
Harry membuka pintu tahan suara studio, dan memasuki studio dengan senyum kecil. Cho Chang menyapanya dari ujung studio sembaring melambaikan tangan, Harry menyapa ringan. Ruangan studio cukup lebar, sekitar 20 kali 10 meter dengan lampu lampu gantung besi diatasnya, ada satu panggung runaway 3 meter kali 10 meter ditengah ruangan. Di sisi kiri panggung terdapat layar putih pemotretan dengan softbox, beauty dish, striplight, continuous light, dan tripod. Dan seperti biasa ruangan ini agak panas walau sudah memakai air conditioner.
Tak lama kemudian pintu terbuka menampilkan Oliver Wood sang model kormesial dan diikuti oleh Seamus fotografer agensi dan juga Neville asisten atau dapat disebut juga calon fotografer, yang memegang tripod tambahan di belakangnya sembaring menyapa Hermione dan Harry saat melewati mereka berdua. Oliver mengambil tempat duduk di pinggir sofa, dan mulai bermain dengan gadgetnya, sedangkan Harry menyender di dinding studio sambil melipat tangan didepan dada santai.
"Ah, Miss. Tonks belum datang?" Seamus membuka pembicaraan, Cho Chang yang sibuk dengan kotak make up-nya selama ini mendongak, "Belum, sepertinya beliau sedang ada urusan."
Seamus mendesah, menyalakan televisi plasma di ujung ruangan dekat dengan sofa. Siaran ulang runaway merk Hermés, Draco Malfoy melangkah, Oliver sedikit berpaling dari gadgetnya. Seamus bersiul kagum, "Dia benar-benar bertalenta, hm?"
"2 tahun menginjakkan kaki didunia permodelan, dan ia langsung masuk ke majalah Vogue," Oliver berkomentar, Harry menatap lekat televisi. "Dan lebih parahnya langsung menjadi cover majalah, kau tau fotonya dengan pakaian renang dan punggungnya yang nampak sempurna?" Cho bergumam 'gay' ketika Seamus meyuarakan pendapatnya, Seamus memelototi Cho, Harry dan Hermione tertawa.
Beberapa saat pintu terbuka, Dean Thomas masuk dengan kaos putih polos dan celana olah raga bersamaan pula dengan Katie Bell dan Lavender Brown.
"Hai guys," sapa Dean, muka Cho sedikit memerah. Katie dan Lavender memilih duduk disofa sebelah Oliver.
Perbincangan mereka berubah menjadi hal yang sedikit menyimpang, dari tanggapan orang orang bahawa Cedric Diggory adalah gay dan Lisa Turpin yang ketauan menciumi wanita di toilet kantor agensi, dan berakhir dengan bagaimana Mr. Snape—pengurus bagian editorial yang benar benar berselera tinggi—menganakemaskan Draco Malfoy waktu dirinya masih berada dalam tahap latihan. Seamus sudah lama menjadi fotografer agensi, dan ia mengerti betul bagaimana langkah langkah pria berambut platina itu masuk ke dunia model.
"—dan yeah, Draco memang sok waktu ia terpilih untuk mengikuti runaway di Paris untuk Hugo Boss," Seamus terus melanjutkan ceritanya, Oliver sesekali mencela membela Malfoy. Seamus hanya memutar bola mata jika Oliver mulai membela, karena tau maksud dari Oliver untuk tidak 'meremehkan' model lain. Harry menatap serius, sedikit tidak percaya pada Seamus.
"Namun memang aku akui Draco sangat cocok dengan khas model pakaian Hugo Boss pada waktu itu," Seamus mendudukan diri di kursi kayu tinggi, "Dan setelah itu ia seperti roket melesat begitu saja ke tingkat yang lebih tinggi." Harry makin terkagum.
Saluran televisi berganti menjadi siaran ulang fashion show Victoria's Secret. Seamus bersiul memuja, Oliver, Harry dan Dean terpaku pada layar. Wanita wanita eksotis dengan tubuh yang di balut pakaian dalam dan props yang gila gilaan. Jangan sampai ada yang 'bersemangat'.
"Yak, kids." Wanita dengan rambut berwarna unggu menepuk tangannya dua kali, "Sudah selesai menatap tubuh bagus para angels?"
Ah, Angels adalah sebutan khusus untuk para model yang mendapat props berupa sayap pada fashion show Victoria's Secret.
Seamus langsung mematikan televisi dengan muka yang sedikit memerah. tersenyum puas. Nymphadora Tonks, atau yang lebih akrab disebut , wanita bujangan dengan karakteristik yang menarik dan tentunya easy going.
"Ah, sebelum memulai latihan kita hari ini aku akan memperkenalkan seseorang." membuka pintu studio. "Perkenalkan Narcissa Malfoy." Cho tampak terkejut setengah menatap kagum. Berbanding terbalik dengan Harry.
Di pandangan Harry adalah tokoh tante necis di film 1001 Dalmantion favoritenya waktu masih berumur jagung.
"Good Afternoon." Wanita itu menyapa dingin, "Mari mulai latihannya." Harry tertegun.
-Drarry-
Cho membenarkan tataan make up yang tipis pada Harry, sedikit menggerutu saat Harry tak sengaja mengerutkan alisnya pada saat Hermione yang ada diruang tata rias membicarakan tentang jadwalnya yang super sibuk besok.
Sebenarnya make up dalam latihan tidak terlalu diperlukan, karena latihan runaway sebenarnya hanya bagaimana kau berjalan dalam panggung dan mengikuti irama, namun berkata lain untuk kali ini.
Oliver berjalan keluar ruang tata rias ketika Neville memanggilnya untuk pemanasan singkat. Katie dan Lavender duduk di bangku sebelah Harry menunggu giliran untuk di tata oleh Cho.
Hermione menghela nafas, memulai nasihatnya. Harry berdiri dari kursinya ketika Cho menepuk pundaknya. Harry menarik nafas.
Hari ini hari besar karena sesi latihan kali ini mereka kedatangan Mrs. Malfoy yang merupakan designer lepas yang dulu pernah bekerja untuk perusahaan pakaian merk Channel—begitu kata Hermione ketika Harry mengatainya mirip dengan wanita dalam film, dan tentunya Hermione langsung penyikutnya—Harry menyemangati diri dalam hati. Bunyi musik ber-beat sedang terdengar samar, Oliver seperti sudah mulai dengan latihan runaway-nya.
"Harry, kau dipanggil untuk pemanasan dulu." Neville memanggilnya.
Harry memantapkan dirinya.
Sedikit nervous dan cahaya lampu studio menambah beban tak nyata di punggungnya. Harry memulai pemanasan dengan Seamus, foto foto ringan. Seamus menggelengkan kepala saat Harry tidak dapat memberikannya ekspresi fierce kepadanya. memandangnya dengan pandangan tajam. Pemanasan berhenti tak lama kemudian.
Miss Tonks menepuk bahu Harry memberi semangat verbal lalu menariknya dan menyuruhnya keatas panggung, lalu menyuruh Neville menyetelkan lagu dengan tempo sedang yang lain. Harry tak tau lagu apa. Namun mengutip dari nasihat Hermione tentang 'ikuti saja tempo lagu saat runaway' dan dia mengikutinya sebisa mungkin, dan berpikir untuk mampir ke toko musik seusai ini.
Harry makin nervous, ketika matanya menatap langsung pada mata Mrs. Malfoy, pintu studio terbuka ketika ia membalikkan badan dan berjalan kebelakang. Dan ternyata Blaise dengan dokumen. Mrs. Malfoy tampak berbicara dengan Miss Tonks, dan beliau mengangguk. Latihan terus dilanjutkan walau Mrs. Malfoy sudah pergi dari studio. Harry sedikit bernafas lega.
-Drarry-
Ron mengajak mereka bertemu lagi, tapi kali ini di café yang dikelolah oleh saudara Ron. Harry dan Hermione datang 30 menit lebih lama. Mereka duduk di dekat counter barista, Fred Weasley menyapa mereka akrab, memberikan mereka air soda dengan sari jeruk. Ron sibuk dengan tablet miliknya.
"Ck, Malfoy sialan." Ron mengerutu memandang garang tablet yang ada di tangannya, Harry mencuri pandang sedikit. Ron menyodorkan tabletnya pada Harry.
Rabu, xx-xx-xxxx | Model papan atas Draco Malfoy, diketahui melakukan tindakan tidak professional terhadap wartawan pada saat akhir—
Hermione merengut menatap menghina pada tablet Ron. Harry menautkan alisnya.
"Aku tarik kata kataku soal dia hebat tadi." Hermione mendorong tablet milik Ron, "Aku kira dia bisa memperbaiki suasana disaat agensi sedang dalam krisis kepercayaan dari para klien." Hermione mulai mengoceh.
Hermione tidak salah dengan tempernya, dia hanya terlalu begitu kesal. Ia begitu mencintai agensi hingga tidak dapat di berikan meteran. Agensi Rowling, agensi yang sudah meluncurkan banyak model model fantastis papan atas, dan itu yang menyelamatkan keluarganya pada saat ayahnya meninggal dengan ibunya yang menjadi designer dalam kontrak dengan Rowling, dan itu menyelamatkan sekolah Hermione yang nyaris putus ditengah jalan. Oleh karena itu Hermione berminat untuk menjadi bagian dari Rowling, dan dengan jembatan sahabat baiknya, Harry, yang lulus audisi dari agensi Rowling ia bisa menjadi bagian dari Rowling—ibu Hermione melarang anaknya untuk menjadi model walau mampu, karena menurut Mrs. Granger dunia model sangatlah kasar—Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Hermione mencaci maki seorang model dengan tingkah buruknya, ia pernah melakukan ini saat masih duduk di bangku universitas, dengan agensi yang sama namun model yang berbeda, Tom Riddle, kabur pada saat waktu runaway berjalan.
Fred bersiul, mendorong segelas soda lemon ke depan Hermione, menyuruhnya tenang. Hermione menghela nafas. Harry menepuk pundak kawannya, tatapan berbinarnya pada Draco Malfoy luntur. Harry tidak dapat berkata banyak. Berbeda dengan Hermione yang begitu mencintai Rowling sehingga masuk kedalamnya, Harry lebih karena ia mengidolakan sesosok model, ya siapa lagi jika bukan Draco Malfoy. Tapi bukan berarti Harry seorang gay atau bagaimana, hanya saja ia begitu menyukai bagaiman cara pria itu bertingkah didepan kamera dan bagaimana ia berjalan diatas panggung runaway, kedengaran sedikit gay mungkin.
Ron mengambil tablet miliknya dan mematikannya, lalu meminta Fred untuk membuatkannya segelas espresso namun diabaikan oleh Fred sambil menjulurkan lidah. Hitungan detik Gorge Weasley datang dengan nampan berisikan dua potong pie apple, dan melewati Ron begitu saja. Ron dongkol setengah mampus.
-Drarry-
Minggu adalah hari tenang Harry, karena dia bisa meluruskan kakinya di apartement miliknya setelah berhari hari terus keluar masuk apartement dan kantor agensi serta studio, dan tentu saja ia bisa menghindar sehari dari cahaya lampu studio yang entah kenapa seperti mendorongnya untuk bersujud silantai berlapis karpet hitam.
Pagi itu ia memanaskan lasagna bekas makan malam kemarin dan membuat secangkir teh, lalu ia pergi keluar dari apartement untuk pergi kerumah sakit. Menaiki mobilnya yang berkesan biasa saja bermerk KIA, berhenti di perempatan pertokoan berniat membeli buku dan coffee, atau mungkin satu buket bunga untuk ibunya. Ya, Ibu Harry berada dirumah sakit umurnya yang sudah tua dan mantan pekerjaannya yang seorang perawat membuat begitu lelah dan jatuh sakit. Ayah Harry sudah meninggal pada saat Harry berusia 6 tahun, dan ibunya memilih perawat sebagai pekerjaannya, namun sayangnya Lily—Ibu Harry—tidak memiliki kekebalan tubuh yang begitu baik, ia jatuh sakit setelah 20 tahun bekerja, dan itu point tambahan kenapa Harry mau bekerja menjadi model.
Harry mampir ketoko bunga, membeli sebuket bunga lili dengan lavender yang di rangkai begitu apik, dan memasukkannya ke bangku penumpang samping kemudi. Kemudian ia beralih ke toko buku untuk membeli beberapa buku motivasi untuk ibunya yang menderita gagal ginjal.
Harry memasuki toko buku yang sepi, tidak terlalu banyak orang, hanya ada beberapa orang dan satu wanita penjaga kasir yang tersenyum manis padanya yang hanya memakai topi cokelat usang. Harry berjalan kearah kumpulan buku best seller, memilah milah buku apa yang kiranya cocok untuk ibunya, lalu melenggang ke kasir, memberikan bukunya kepada kasir, dan memberi tambahan majalah otomotif pada meja kasir untuk dibayar. Berpikir untuk saatnya Harry membeli mobil yang lebih baik dari sekarang. Harry keluar dengan memberti senyum kepada wanita kasir yang mukanya memerah.
Harry mengecek tas belanjanya, sedikit ragu. Membelok menuju parkiran dengan kepala menunduk masih mengecek.
Maut.
Cangkir kopi jatuh ke aspal. Harry terlonjak mundur, tas karton bukunya basah dengan bau kafein yang begitu menyengat. Biar ia tebak kopi luwak dengan harga mahal, Harry mendongak keatas ingin minta maaf.
"Berjalanlah dengan benar idiot!" Harry menyengit, tubuh tinggi dengan rambut platina, mengenakan kaos hitam berlengan panjang dan celana jeans putih yang ternoda oleh kopi. "Maaf, aku tidak melihat ja—"berkedip dan dia berakhir di tembok toko buku bagian samping, baju depannya di cengkram kuat dan dadanya ditahan dengan tangan pria didepannya. "Cih, maaf saja tidak cukup." pria itu mendesis, Harry mengertukan alisnya, berusaha mendorong pria yang lebih tinggi itu, usaha sia sia karena tenaga tak sepadan. "Saya sudah minta maaf tuan!" Nada Harry meninggi, pria itu makin mempererat pegangannya pada pakaian Harry. "Kau pikir dengan minta maaf pakaianku bisa kembali kering?!"
Harry habis sabar. Mendorong dengan tenaga yang lebih keras, pria itu mundur, menginjak kertas kopi miliknya dan terjungkal kebelakang. Harry tertawa puas, kaca mata pria itu terlepas.
Pria itu mendesis kesal, berdiri dengan angkuhnya dan menarik lengan Harry dengan kasar, sebelum Harry dapat melihat wajah pria itu. Barang bawaan Harry tetinggal.
Ia didorong paksa masuk kedalam mobil Audi putih, Harry protes namun kata katanya tersedak di krongkongan saat dilihatnya bahwa pria brengsek tukang teriak adalah idolanya. Draco Malfoy. Harry membuang kata idola dalam kamus di otaknya.
Draco memutar, masuk kedalam mobil dan melaju pergi. Sesaat kemudian Harry berteriak-teriak memaki minta diturunkan.
Lagu Payphone melantun pelan dari sebuah butik, Harry berdiri dengan dongkolnya. Menatap Draco yang memilah milah celan jeans bermerk Levi's. hingga 20 menit kemudian Draco keluar dari ruang ganti dengan celana Levi's hitam yang tadi dipilihnya. Berjalan dengan angkuh kearah Harry dan mengulurkan tanganya. Harry menatap benci.
"Apa?!"
"Uang-mu idiot!" Draco melipat tangannya didepan dadanya, "Mana tanda minta maafmu, hah?!" Harry mengerutkan alisnya, dan berjalan kearah kasir tanpa senyum. Draco menunggu diluar, Harry tak mau berbicara dengannya, namun Draco malah menyuruhnya masuk kedalam mobilnya. Dan mengembalikannya ke toko buku, Harry bersyukur bukunya tak hilang.
Mobil Audi Draco melenggang pergi.
Harry memaki sambil berjalan menuju mobilnya, memasukkan buku miliknya yang untung tidak basah dan berkendara menuju rumah sakit.
Catatan kecil dibuat dalam otaknya. Draco Malfoy adalah bajingan.
-Drarry-
