Title: 4 Ever Author: Alferina (@AlferinaFidraa_) Cast: Skandar Keynes, Justin Bieber, Madeline Carroll Genre: _ Rated: Teen Notes: Bagi yang mau baca cerita ini mohon diharapkan jangan dibawa imajinasi yaa.. Mungkin cerita ini ada sedikit adegan yang tak sepantasnya dituliskan yaaa namun ini hanya untuk sekadar untuk menghibur. So, sekali lagi ratingnya masih T (belum keatas) jadi masih baik untuk dibaca anak-anak yang dibawah umur 13 tahun:p Alur: Maju Soundtrack: Marry You Daughter – Brian Mc Knight, Next 2 You– Justin Bieber ft Chris Brown, Especially For You – MYMP "And I think I can take advantage of all body” – Justin Bieber “Maybe I have sinned now but Istill want more” – Skandar Keynes “I just believe in true love” – Madeline Carroll Suasana di klub jauh lebih buruk hari ini dibandingkan kemarin. Aroma-aroma alkohol, wine, dan sebagainya cukup menelusuk hidung Keynes. Tidak biasanya Keynes ada ditempat ini, dia sama sekali sangat tidak diperbolehkan untuk hadir kedalam acara ini. Namun apa daya ini semua ia lakukan untuk kawannya –Justin Bieber—yang ingin melihat wanita-wanita menarik. “Ayolah Skand. Nikmatilah semuanya. Kau pasti akan menyukai ini..” ucap Justin dengan nada yang tak beraturan. Pikirannya mulai kacau lagi karena terlalu banyak meminum wine. Suaranya yang berat semakin tak terekam oleh suara-suara besar yang ada di klub ini. “Kau mabuk Just, ayo kita pulang. Tempat ini tidak baik,” ucap Skandar yang segera merangkul bahu Justin dan membawanya keluar dari klub tersebut menuju mobil Porsche putih milik Skandar. “Apalah kau ini Skand?!” Justin membentak, “Apa yang terjadi denganmu, hah? Aku tidak mau pulang sebelum menikmati perempuan-perempuan itu..” “Taubatlah kau kawan. Dunia sudah mulai berakhir. Tak baik jika kau seperti ini terus menerus.” Ceramah Skandar dengan celotehannya yang berpendidikan tersebut. “Persetan dengan kiamat! Aku tidak peduli! Aku hanya ingin menikmati itu..” balas Justin sambil menolehkan kepalanya ke arah luar jendela memperlihatkan sekelibat beberapa wanita menarik bak seksi lewat di Porsche Skandar. “Apakah kau tidak takut dosa Just? Perbaikilah perilakumu!” “You are bitch,Skand! Pergilah kau dari sini! Aku tidak ingin melihatmu lagi!” “Yang ada kau yang seharusnya pergi Just. Ini mobilku.” “Oooh, baiklah. Sampai jumpa pengecut! Selamat menikmati hidupmu yang sengsara..” ketus Justin sembari mendobrak pintu mobil Porsche Skandar dan mengacungkan middle fingersnya kepada Skandar sebelum pergi kembali ke klub itu. “Terkutuklah kau Bieber..” Keynes bernada dan segera melajukan mobil Porschenya menuju apartemen di St.Doubleteenhouse Utara nomor 1567. Sesampainya di apartemen yang terletak di jalan St.Doubleteenhouse Utara nomor 1567, Skandar keluar dari mobilnya dan segera masuk ke dalam apartemen megah itu. Apartemen yang memiliki tingkat 5 serta fasilitas-fasilitas yang serba mewah ada didalamnya. Skandar memasuki gerbang dan langsung menaiki lift yang berada di pojok kiri pintu lobby Selatan. Setelah masuk Skandar memencet angka nomor 3 dan menunggu didalam. Bunyi lift terdengar dan pintu pun segera terbuka. Skandar mulai melangkahkan kakinya lagi keluar dan mencari kamar nomor 137 di sebelah kanan ruang dapur Timur dari pintu Lobby. Beberapa menit untuk melewati beberapa lorong-lorong kamar, akhirnya Skandar menemukan sebuah kamar bernomorkan 137 yang ada di sebelah kirinya. Skandar mengetuk-ngetuk pintu tersebut dan menunggu dengan antusias. “Siapa?” terdengar sebuah suara wanita yang lembut dari dalam sana. “Ini aku. Keynes.” Balas Skandar sambil mengintip sedikit ke lubang kecil yang ada di tengah-tengah ambang pintu. “Oh kau.. Masuklah.” Nada lembut itu terdengar semakin menjauh. Skandar memegang knop pintu dan membukanya. Wala, ruangan rapih nan bersih telah dilihatnya sekarang. Cat-cat tembok yang putih bersih serta ranjang yang sangat tertata rapih sudah tersusun dengan baik di ruangan ini. Pakaian-pakaian indah digantungkan disana, serta sepatu-sepatu converse yang simple ditata dengan berjejer di rak sepatu. “Like the new room! I do not think she's going to clean it properly” batin Skandar berkata. Bibirnya sedikit menganga meihat sebuah keajaiban yang jarang ialihat. Tatapan matanya tak pernah lepas dari setiap detail yang indah diruangan ini. Aneh? Tidak. Bagus? Sangat! “Boo!” tiba-tiba Maddie menampilkan wajahnya yang konyol di depan wajah Skandar dan itu cukup membuat Skandar terkejut dan menampar kecil pipi kiri Maddie. “Apalah kau ini? Seperti anak kecil saja!” ketus Skandar tak memerdulikan candaan yang diberikan oleh Maddie –kekasihnya— “Ooh, ayolah. Kau pasti tidak menyangka semua akan serapih ini kan?” goda Maddie sembari mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum sedikit nakal. “Jangan genit Maddie. Aku memang tidak menyangka semua ini. Kau yang mengerjakan semuanya?” “Iyup. Bagaimana? Indah bukan?” “Ini luar biasa, sayang. Kau hebat!” jawab Skandar dengan senyuman antusias yang membanggakan dan mengecup kening kekasihnya itu. “Siapa dulu dong(?) Mrs. Keynes gitu” ejek Maddie sambil menyapit hidung Skandar dengan kedua jarinya. “Aww. Maddie! Ooh jadi begitu. Baiklah, kita akan mulai pertempurannya. SEKARANG!” teriak Skandar lalu segera berlari mengejar Maddie yang terlihat bingung ingin lari kemana. “Kau tidak akan bisa menangkapku, jelek..” Maddie kembali mengejek dengan lidah yang menjulur keluar. “Lihat saja nanti!” balas Skandar tak mau kalah dan semakin cepat mengejar Maddie. Mereka tertawa diruangan itu, bermain kejar-kejaran, dan saling mengejek satu sama lain. Terdengar, tertawa Maddie lebih kencang kali ini dibandingkan sebelumnya. Dan Skandar pun juga begitu. Mereka saling berbahagia hanya dengan permainan yang seperti ini. Ya, mereka tahu kapan saatnya mereka harus bersenang dan bercanda ria dan kapan saatnya untuk serius untuk menanggapi suatu hal. Maddie semakin cepat berlari begitu juga dengan Skandar. Maddie naik ke atas ranjang, dan berdiam diri diatas. Menunggu Skandar yang sekarang telah berhenti berlari karena terlalu lelah. Maddie tertawa terbahak-bahak mendengar endusan napas Skandar yang terengah-engah sampai tak ada henti untuk tertawa. “GOTCHA!” teriak Skandar dan langsung memeluk Maddie kepelukannya dan menjatuhkannya keranjang. Skandar menggelitiki perut Maddie dan membalas menyapit hidungnya.“Aaaww… Skandarrrrr!! Sakit!!” teriak Maddie tak kalah kencang dan berusaha memegang tangan Skandar berniat untuk menghentikan sapitan itu. “Skand! Oke stop that stop! Aaah, I give up!” ucap Maddie terakhir yang kali ini mampu menghentikan sapitan dari kekasihnya itu. Skandar tertawa melihat hidung Maddie yang sudah kemerahan sedangkan Maddie hanya termangut cemberut karena kali ini pertempuran dimenangkan oleh Skandar. “Maafkan aku, sweetie. Aku tidak sengaja” “Apa katamu? Tidak sengaja? Kau tidak lihat hidungku huh?” “Hehehe, aku tidak tahu kalau akan sampai seperti itu, ayolah jangan marah. Kau tahu kan aku seperti apa?” “Euuhh, oke baiklah baiklah aku memaafkanmu tapi lain kali jangan diulangi lagi. Kau hampir membuat hidungku patah.” “I promise my dear..” dan setelah itu Skandar dan Maddie segera kembali menjalankan aktifitas mereka sampai tengah malam dan tertidur dalam tempat yang terpisah-pisah. Maddie berada di ranjang dan Skandar berada di sofa. Khusus untukmu Kuingin kau tahu apa yang sedang kurasakan Selama kita berjauhan, terpikir selalu tentangmu Kau selalu di hatiku Cintaku tak pernah berubah Perasaanku masih seperti yang dulu Justin membuka mata, cahaya sang surya masuk menulusuk iris matanya yang memiliki warna cokelat hazel tersebut. Rambutnya yang berantakan serta tubuhnya sekarang yang shirtless sangat menonjolkan bahwa dadanya sangat bidang dan menarik. Segenap benaknya langsung terlintaskan oleh mantan kekasihnya yang 1 tahun yang lalu ia akhiri hubungannya hanya karena taruhan. Penyesalan kembali datang dan rasa ingin mencintai mantan kekasihnya itu datang menggejolak perasaannya. Sesal sungguh merenggut batin dan hatinya. Teringat akan tangis yang ia lihat oleh mata kepalanya sendiri akibat perbuatannya yang senonoh itu. Dan yaaa mungkin, dosalah yang telah ia dapatkan sekarang. “Bagaimana keadaan gadisku itu? Uum, maksudku mantan gadisku yang kusayang. Apa diabaik-baik saja? Sedang bersama siapa sekarang? Apa dia sudah menemukan penggantiku? Aku merindukannya. Sangat. Aku ingin bertemu dengannya.” Justin turun dari ranjangnya yang besar menuju kamar mandi. Berendam di bath up dengan pikiran masih tertuju kepada mantan gadisnya itu. Kini Justin telah sampai pada tempat dimana tempat itu merupakan tempat favorit sang mantan gadisnya. “Rush Lake” ya itulah tempatnya. Sungai yang indah, membawakan pemandangan yang asri, serta air yang jernih sangat membuat tempat ini dijadikan tempat favorit mantan kekasihnya. Tidak salah jika Justin harus kembali ke tempat ini kalau hanya untuk menunggu seseorang yang ia rindukan dan tak tahu bagaimana keadaannya. Justin mundur beberapa langkah untuk duduk di kursi kayu panjang berwarna cokelat yang bercorak bunga sembari menoleh kekiri dan kekanan. “Dimana dia? Biasanya dia ada diujung sana. Berada di bawah pohon kamboja itu sambil membaca buku.” Hati kecil Justin berkata. Perasaannya semakin gelisah, takut seseorang yang ditunggunya itu tak kunjung datang. “Hey Skandar! Hahaha, itu membuatku geli. Hentikanlah!” terdiam sejenak sembari berpikir, Justin mendengar suara tertawaan dari seseorang yang tak asing untuknya. Suara tertawa itu, dan lembutnya nada yang dihasilkan sang sumber benar-benar Justin kenal dan tak pernah Justin lupakan. Justin bangkit berdiri. Mencari sumber suara yang barusan ia dengar secara tak sengaja. Justin berjalan ke belakang kursi kayu tersebut dan menelitik tajam sudut demi sudut yang ada di sungai ini. Mencari setidaknya 2 sosok manusia yang ada disini. Dan setelah lama mencari akhirnyaa… Saap! Taraa! Justin terbelalak melihat bahwa itu adalah kawannya –Skandar—dan mantan gadisnya –Maddie—sedang berduaan di tepi warung kecil dekat pohon kamboja itu dengan posisi mereka yang saling…. Arrgh, lupakan! “Ooh sekarang seperti ini permainannya? Skand dengan Maddie bersatu yaah? Umm, licik sekali kau Skand. Bisa-bisanya kau menyakiti perasaanku hanyakarena permasalahan yang semalam. Baiklah kalau begitu. Kita lihat ancaman apa yang akan datang kepadamu.” Karena Justin merasa dipermainkan akhirnya dia mempunya sedikit ide yang agak menjijikkan untuk di terror kepada Skandar. Dengan penuh kedendaman Justin mengirimi sebuah pesan kepada Skandar agar mereka berdua bertemu sekarang juga di cafeteria Jack Black di sebelah Barat Rush Lake. selama Justin menghasut Skandar untuk datang, akhirnya Skandar pun menyerah dan ingin datang ke sana danmeninggalkan Maddie untuk sementara seorang diri. “Apa? Kau gila Justin! Tidak aku tidak akan melakukan itu! Camkan perkataanku!” bentak Skandar kepada Justin dan segera meraih kerah kemeja Justin dan mengangkat Justin setinggi mungkin. BUUK! Justin menonjok Skandar dan Skandar jatuh kelantai dengan mulut yang berdarah. Rahangnya terasa perih dan sakitnya menyengat. “Jangan pernah kau berani melawanku Skand! Kau tidak memiliki apa-apa! Sekarang lakukan perintahku atau kubunuh kau!” Justin kembali membentak Skandar dan mengeluarkan sedikit tatapan sinis kepada Skandar. “Dasar kau lelaki jalang Just!!” Skandar berdiri dan kembali membalas tonjokkan dari Justin dan membuat Justin muntah darah sedikit. “What the hell are you Skand? Huhh!” Justin segera mencengkeram kedua lengan Skand dan meremasnya sekuat tenaga.“You are a devil Justin! DEVIL WILL BLESS YOU FOR THIS!” Skandar menendang kedua kaki Justin dan cukup membuat tulang Justin bergeser dan membuat Justin menjadi pincang. “Dengarkan aku Skand! Sudah cukup dengan perkelahian ini. Aww!” Justin merintih, “I think I can take advantage of all body. Tetapi kecuali kekasihmu yang dulu sempat menjadi milikku. Kumohon, jalankan perintahku. Itu juga untuk kepuasanmu sendiri bukan untuk kepuasanku. Aku yakin kau pasti akan menikmatinya.” Skandar menatap mata Justin yang sekarang mungkin telah menyerah dan kesakitan di akibatkan beberapa pukulan keras dari Skandar. “Aku tidak bisa melakukannya Jalang. Itu tak pantas untukku,” balas Skandar dengan nadanya yang datar dan tak peduli. “ Sekali sajaSkand. Anggaplah itu hanya sebuah taruhan atau permainan. Ingat! Jika kau tidak melakukannya, maka aku yang akan melakukannya. Hmm? Bagaimana? Maddie milikmu kan? Kau rela bila ia kembali menjadi milikku? Atau kau ingin memilikinya dengan syarat kau harus mematuhi semua perintahku.” Skandar kembali dilanda kebingungan. Ia tahu ia tidak mungkin sebodoh itu untuk melepas Maddie dan membiarkan Maddie terjerat dalam permainan Justin. Tetapi disisi lain, Skandar juga tidak ingin menuruti perintah Justin. Itu terlalu menggelikan dan diluar batas. Namun, Justin benar. Maddie miliknya sekarang, bukan milik Justin. Ia harus tetap memilih jalan yang benar-benar baik untuk dilakukan. “Bagaimana?” tanya Justin lagi dan kini sekarang Justin kembali bangkit berdiri. “Oke baiklah, akan kupenuhi perintahmu. Tetapi ingat aku tidak akan melakukannya secara berlebihan. Hanya sampai dimana aku bisa melakukannya.” Balas Skandar dengan malas dan segera pergi meninggalkan Justin. “Good boy..” desis Justin pelan dan kembali ke mobilnya untuk pulang ke rumahnya. You had my child You make my life complete Just to have your eyes on little me That'd be mine forever Skandar menunggu Maddie yang sedang membersihkan dirinya sehabis pulang dari Rush Lake. Skandar termenung. Masih gugup dengan kuputusan yang ia ambil dan merasa tidak siap untuk memulainya. “Maybe I have sinned now, but I still want more. Aku memang tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya. Tetapi, ini sudah terlanjur. Aku harus tetap menjalankannya.” “Boo! Kau kenapa tampan?” lagi-lagi Maddie mengejutkan Skandar. Dan Skandar pun hanya menggelengkan kepala dan menatap dalam iris mata Maddie. “Kau ada masalah, hmm?” tanya Maddie dan menaikan tubuhnya ke atas ranjang dan duduk dekat dengan Skandar. “No, sweetie. I’m all right.” “No, no. Don’t lie to me, okay? Let’s tell me what happened with you?” “I’m seriously, dear. There is nothing.” “Umm, okay okay. But please don’t be like this. I wanna see your smile and make me happily again. Could?” “Of course baby. But, by other means” “Hm? What’s that?” “Please,l et me do that..” Skandar menatap Maddie secara mendalam. Tangannya meraih ikat rambut Maddie yang akan Skandar lepas. Perlahan Skandar mulai memegang dagu Maddie dan mendekatkan wajahnya ke wajah Maddie. Slowly, Skandar lips begin to touch the lips Maddie. Then Maddie enthusiastically holding behind the head and go with the flow Skandar kiss. Skandar handsdrop to Maddie and unbuttoning his shirt-buttons Maddie quickly. Not wanting to be outdone by Skandar, Maddie was also let go of the buttons and throw clothes Skandar down to the floor. Skandar lowered the kiss toward Maddie neck. And Maddie was made uneasy by the Skandar heroic things. “I do not understand why you suddenly do this Skand” “I just wanna feel your body Maddie.” Then after that, Skandar immediately Maddie put on his body and let the Maddie body crushed Skandar. Skandar back kissing Maddie andtook off the bra straps and thong areapplied Maddie release. “Are you sure with this Skand?” “Really, sweetie.” And a second later, they both returned to it with a very passionate activity. No matter the cries Maddie very tight and maybe heard by other neighbors. And finally Skandar could feel like this it turns out ifhe could feel body of their loved ones. It's very exciting and probably will not want to stop to do it. Dan untuk selanjutnya, akhirnya mereka lelah dan tertidur pulas dengan saling berpelukan. Keesokan harinya Skandar terbangun dan menemukan Maddie sudah tidak ada disampingnya. Karena masih malas untuk bangun, Skandar memutuskan untuk kembali tidur dan menunggu Maddie sampai kembali. “Skandaaaar!!Cepat kemari!!” teriak Maddie dan sontak membuat Skandar terkejut dan segera memakai pakaiannya dan menghampiri Maddie –yang ternyata—berada di dapur. “Ada apa Mad? Sesuatu? Masalah? Atau yang lain?” tanya Skandar dengan paniknya sambil memutar balikkan tubuh Maddie tanpa melihat apa yang di genggam Maddie. “Stop that Skand! Kau membuatku pusing! Lihatlah artikel ini!” ketus Maddie sembari menunjukkan sebuah koran dan di koran tersebut terpampang foto kawannya –Justin—dengan kondisi yang tak lazim. Skandar mengerutkan dahi, tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. “Justin Bieber tewas dikamarnya karena dia dibunuh oleh temannya. Entah ada masalah apa tetapi tersangka sudah dibawa kepihak kepolisian dan akan diinterogasi. Kau kenal dia Skand? Disini juga tertulis bahwa sebelum kematiannya dia sudah menulis surat untukmu dan akan dikirimkan ke apartemen ini. Dan kebetulan suratnya sudah datang dan kutaruh dimeja makan.” Jelas Maddie dengan raut muka wajah bingung serta sedih yang sedikit terukir di matanya. “Ya, dia kawan dekatku. Kami berteman sejak kecil. Dan aku masih tak menyangka dengan kejadian ini.” balas Skandar tak memerhatikan Maddie. “Lebih baik kau buka dulu suratitu. Mungkin itu penting.” Skandar beralih menuju surat yang sudah terkirimkan dari Justin kepadanya. Perasaannya bercampur aduk. Bersalah, takut, khawatir, serta sedikit penyesalan memenuhi hatinya. Skandar mengambil sepucuk surat itu, lalu membukanya dan membacanya.. Dear my friend, Skandar. Sebelumnya aku ingin berterimakasih kepadamu karena ingin melakukan perintahku. Hehe, bagaimana rasanya? Sudah kubilang itu akan menyenangkan. Tetapi maafkan aku juga karena terlalu memaksamu dan sempat memukulimu saat itu. Sungguh, aku tak bermaksud untuk menyakitimu saat itu. Apa kau melihat berita koran pagi ini? Kumohon jangan terkejut. Ya, seperti yang kau lihat. “Justin Bieber is Died”.. Aku telah tiada Skand dan itu kemauanku. Aku membayar salah satu temanku untukmembunuhku karena kupikir aku sudah tidak pantas untuk hidup didunia ini. Aku sudah terlalu banyak dosa dan tidak akan ada yang menghargaiku. Apalagi ditambah kau sudah memiliki Maddie. Sang pujaan hatiku yang aku harapkan ternyata malahj atuh ketanganmu. Tidak masalah Skand, asalkan kau berjanji akan menjaganya seumur hidupmu. Kusarankan, nikahilah dia. Ini sudah saatnya. Jangan sampai Maddie menjadi orang lain lagi, itu pasti akan menyakitkan. Dan jangan lupa sampaikan salam manis juga dariku untuknya. Maafkan aku jika aku menyia-nyiakannya dulu. Aku mencintainya, Skand. Umm, dan berjanjilah buatlah Maddie selalu bahagia. Selama yang kau bisa. Jangan pernah sakiti dia dan jangan pernah kau buat dia menangis. Okay? Yaap, kupikir segini saja yang bisa aku sampaikan untukmu. Sekali maafkan aku atas segalanya, dan tepatilah janjimu. Maafkan aku.. Tertanda, Justin Bieber Segera Skandar meremas kertas itu dan membuangnya. Skandar menoleh kearah Maddie dan melihat Maddie sedang menangis. Skandar kembali menghampiri Maddie dan membawa Maddie kedalam pelukannya. “Aku tahu kau masih mencintainya..” lirih Skandar sambil mengelus-elus rambut Maddie “Dia orang baik Skand. Mungkin dia salah satunya orang selain dirimu yang mencintaiku dengan tulus hatinya.” “Ya, aku tahu. Sudahlah, ikhlaskan dia. Dia menitipkan salam untukmu.” Maddie mendongakkan kepalanya dan terkejut menatap Skandar. “Benarkan? Dia bilang seperti itu?” “Iya sayang. Dia juga menitipkan suatu permintaan kepadaku bahwa aku harus menjagamu.” “Kalau itu mungkin aku akan memercayaimu bahwa kau adalah pengganti Justin.” “Aku tetaplah aku, Mad. Dan Justin tetaplah Justin. Kita berbeda. Aku lebih mencintaimu.” “I just believe in true love..” “Kau akan menjadi istriku Maddie. Secepat mungkin…” Sir, I’m a bit nervous Can marry your daughter Maddie berjalan mengenakan sepatu high heelsnya. Berpakaian dengan gaun warna putih yang panjang dan indah. Dan terletak sebuah mahkota kecil berada di atas rambutnya untuk menghiasi. Maddie menggenggam erat lengan Ayahnya dan mulai berjalan menelusuri lorong-lorong. “Jangan buatku jatuh, Yah..” ucap Maddie sambil menatap berharap pada Ayahnya. “Never..” jawab Ayahnya tersenyum dan mencium sekilas kening Maddie. Maddie dan Ayahnya masih berjalan menelusuri lorong-lorong yang tepat diujung lorong tersebut terdapat suatu palang yang besar dan menarik. Maddie melewati palang itu dan setelah mendongakkan kepala, Maddie melihat Skandar menggunakan tuxedo putih dengan dasi kupu-kupu tepat di kerah kemejanya membuat Skandar menjadi lebih tampan. Ayah Maddie membawa Maddie lebih mendekat dengan Skandar dan berucap pada Skandar, “Jaga dia baik-baik” . “Surely, sir..” balas Skandar dengan yakinnya. Dan kini tangan Maddie beralih pada lengan Skandar dan mulai naik ke panggung yang lebih tinggi dan menjajarkan tingginya dengan Skandar. “You look so beautiful, Mrs.Keynes” ucap Skandar dan mengelus-elus telapak tangan Maddie. “Sure, I will be Mrs.Keynes now. So, I must be beautiful in the presence of Mr.Keynes..” “Forever you will be Mrs.Keynes and to be sure you still beautiful during you be my wife..” “Forever….” |