Harry Potter milik JK Rowling, Harry James Potter milik Draco Lucius Malfoy.
"Bangun, bocah."
Bahunya di goyangkan perlahan, kening si rambut raven yang hitam berkilau tertimpa matahari itu berkerut samar, melenguh dan mengerang seperti kegiatannya ketika dibangunkan dengan paksa. Maka si pirang akan menarik tengkuk dan punggung laki-laki itu untuk dia dudukkan kemudian di peluk sembari mengelus punggung kecilnya.
"Adik kecilku yang manis, Harry yang pintar, ayo bangun aku akan mengajakmu bermain pagi ini," Draco menepuk-nepuk pundak Harry kemudian beralih kepada kepala hitam tersebut, merasa Harry berhenti merengek dan menggeram barulah dia melepaskan pelukan dan menyundul dahi kecil itu ketika Harry membuka mata sembari menguceknya.
Draco menahan tangan Harry yang akan mengucek matanya dengan kencang "Jangan dikucek, bocah." Lalu dia mengusap kedua mata tertutup itu dengan kedua ibu jarinya perlahan dan menariknya kembali membuat Harry lebih leluasa untuk membuka mata kantuknya dan menggaruk pipi tembamnya yang merah.
"Draco?"
"Kau sudah bisa mengucapkan namaku dengan benar, eh?"
Harry mengangguk lesu setengah mengantuk, menyingkap selimutnya dan duduk menghadap Draco yang berdiri di depannya "Kulakukan kemarin, tepat saat kau marah karena bosan kupanggil Dwaco."
Draco mendengus "Maaf," katanya. "Tapi kau mengucapkan namaku dengan baik sekarang, sebagai hadiah kau boleh ikut aku bermain basket di lapangan bersama teman-teman."
Mata mengantuk itu terbuka lebar, senyum sumringah anak berumur tujuh tahun terlihat menggemaskan di mata Draco yang selalu penuh bosan "Serius?"
"Dua rius."
Dan Harry tertawa setelahnya.
"Mereka teman-temanmu, Draco?"
"Yeah."
Bocah berumur sembilan tahun itu bersenandung pelan sembari mengeratkan pegangan tangannya kepada Harry yang nampaknya kurang nyaman karena suasana baru yang dijumpainya.
"Draco."
"Hm."
"Apa mereka semua baik-baik saja?"
Draco menoleh kearah Harry dan sedikit lebih menunduk "Harry,kau harusnya bilang 'apa mereka semua baik?' untuk menanyakan sikap dan sifat bukan seperti yang kau katakan barusan."
Harry mengangguk "Aku mengerti. Jadi, apa mereka baik?"
"Ya, mereka menyukai anak kecil," Draco menoleh lagi ke arah Harry dan menunjuk dadanya. "Sepertimu."
Harry mengerutkan alis, tidak protes apapun dan terima saja di bawa Draco menuju teman-temannya, dikenalkan kepada mereka yang menyambutnya dengan bahagia.
Harry senang, tapi agak kesusahan ketika satu wanita dengan rambut sebahu dan sedikit barbar memeluknya gemas kemudian mencium pipinya berkali-kali.
Harry suka teman-teman Draco.
Draco mendengus ketika melihat Harry tertawa di seberang kursi penonton karena candaan dan gelitikan Pansy, dia terus memperhatikan lekat-lekat bagaimana Pansy terus menciumi pipi gembil merona itu secara tidak sabaran dan dilakukan tanpa ada tanda-tanda dia ingin berhenti. Sampai Blaise menepuk bahu laki-laki beranjak remaja itu pelan dan tersenyum menyeringai seperti yang sering dia lakukan.
"Biasanya kau tidak suka anak kecil?"
"Aku menyukai yang satu ini."
Blaise tertawa "Aku juga suka," Draco menoleh padanya. "Dia seperti Happy Virus diantara orang-orang yang bahkan baru mengenalnya, menyenangkan, dan menganggumkan."
"Kau baru saja memujinya?"
Blaise terkekeh "Aku melakukannya."
Dan Draco mendengus lagi, dia menoleh ke arah Harry dan Pansy kembali melihat bagaimana Pansy memeluk gemas tubuh mungil itu kemudian mencium dahi Harry, setelahnya Draco melempar bola basket di tangannya kasar dan berlari ke arah Harry dan Pansy. Menarik tubuh Harry sampai menubruk dadanya dan menatap sinis Pansy yang memutar bolamata.
"Jangan mendaratkan bibirnya di tempat yang tidak seharusnya!"
Pansy menyeringai "Ya? jadi dimana seharusnya kudaratkan? di bibir mungil itu? ide bagus, kemari Harry." Saat Pansy ingin menarik tangan Harry Draco mundur dan menarik Harry lebih dekat ke arahnya menimbulkan tawa singkat Pansy.
"Oh diamlah, Parkinson, dia milikku."
"Dan, bagaimana dia bisa menjadi milikmu?"
"Tidak perlu tahu, dia milikku, bocah ini milikku seorang dan aku tidak suka dia disentuh siapapun, kau sekali pun."
Lalu Draco pergi menarik tangan Harry yang wajahnya merah padam setelah mendengar rangkaian kata dari Draco barusan, juga Blaise dan Pansy yang ber-hige five ria.
"Draco?"
"Draco, kau marah, ya?"
"Dwaco."
"Jangan panggil aku begitu!"
Harry menundukkan wajah, dia menurunkan tangannya dari bahu Draco dan bibirnya melengkung kebawah menyiratkan kesedihannya "Kau mulai lagi. kau membentakku kembali."
Draco melirik Harry "Maaf."
Harry menggeleng "Kalau kau begitu terus, aku akan mempertimbangkan keputusanku dulu, aku tidak mau menikahimu."
Draco membelalakkan matanya, dia menarik Harry terlalu cepat kedalam pelukan cukup lama setelah mendengar Harry memekik terkejut sebelumnya.
"Jangan," Draco bersuara pelan, dia membenamkan wajah pada suari hitam yang berantakan. "Jangan menikah dengan orang lain, menikah denganku saja."
"Tapi kau terus membentakku saat marah, aku tidak suka Draco yang itu."
"Maaf."
"Apa kau bisa berjanji untuk tidak membentakku kembali?"
"Aku janji."
"Kalau begitu, buat pinky promise."
Draco mengendurkan pelukan, dia melihat bagaimana Harry mengacungkan jari kelingkingnya "Pinky promise?"
Draco tersenyum tipis "Pinky promise." lalu setelahnya dia menautkan kelingking miliknya pada kelingking Harry yang teracung membuat Harry tersenyum riang dan Draco mengikuti pergerakannya.
Harry memeluknya singkat kemudian bergerak untuk mencium keningnya yang pucat, Draco tertegun.
"Aku akan menikah dengan Draco kalau Draco terus seperti ini."
Draco tersenyum, mengusap raven itu membuatnya semakin berantakan tidak menjawab apapun melainkan menarik anak berumur 7 tahun kedalam pelukan panjang dan menikmati angin sore yang sejuk.
END
