Fanfiction ini murni hasil imajinasi penulis. Jika ada kesamaan dalam bentuk apapun, itu karena ketidaksengajaan.

HANYA FIKSI. SAMA SEKALI TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN DUNIA NYATA.

Chanbaek fanfiction

BL/BoysLove/HOMO

Mature

Happy reading...

NEWS : Putra Tunggal CERENA Group mengungkapkan soulmate mark miliknya.

Byun Baekhyun, dalam acara peluncuran mobil terbaru produksi Cerena Motor Corp memperlihatkan aksinya dalam menyetir. Baekhyun menjadi orang pertama yang mengendarai Aegle sebelum diluncurkan di pasaran. Alih-alih berfokus pada Aegle, masyarakat lebih tertarik pada soulmate mark yang berada pada pergelangan tangan sang konglomerat.

Baekhyun yang pada saat itu hanya mengenakan kemeja navy dengan lengan kemeja yang sedikit digulung berhasil memperlihatkan soulmate mark miliknya. Tanda tersebut terletak pada pergelangan tangan kirinya, berbentuk hati kecil yang berwarna tersebut membuat orang-orang penasaran dengan siapa yang memiliki soulmate mark yang sama dengan pewaris tunggal Cerena Group.

...

Baekhyun menghempaskan badannya pada ranjang besar di kamar pribadinya. Pakaiannya masih sama seperti saat peluncuran Aegle pagi tadi. Tangannya terangkat dan memperlihatkan tanda berbentuk hati kecil di pergelangan tangan. Mata sabitnya terus terpaku pada tanda itu. Umurnya sudah 25 tahun tapi belum menemukan soulmate-nya. Sementara sang ayah sudah sangat menantikan penerus dari Baekhyun. Helaan napas panjang lolos dari mulutnya. Pria mungil itu kemudian bangkit untuk membersihkan tubuh sebelum menuju alam mimpi.

Suara klik dari kamera disertai suara sang photographer memenuhi studio. Seorang pria tinggi yang disorot lampu dari berbagai sisi sibuk melakukan berbagai pose. Loey adalah penyanyi solo papan atas yang selalu sukses di setiap albumnya. Kali ini adalah pemotretan untuk album terbarunya yang akan dirilis beberapa bulan lagi. Setelah hiatus selama setahun, kini sang superstar akan kembali menggemparkan industri musik Korea.

"Terima kasih atas kerja kerasnya." Ujarnya saat pemotretan selesai seraya sedikit membungkuk pada seluruh staff.

"Semua jadwalmu sudah selesai." Manajer menginfokan. "Selamat ulang tahun. Sebagai hadiah, besok kau libur."

Loey memeriksa Rolex di tangannya. "Masih ada 30 menit untuk ulang tahunku."

Manajer terkekeh, "Mobilmu sudah siap di depan." Loey hanya mengangguk sebagai respon. Kemudian sang manajer meninggalkannya untuk mengurus hal lain.

.

Selama kurang lebih 30 menit berkendara tak tentu arah, Loey memeriksa project ulang tahun dari fans untuknya. Pria tinggi yang memiliki nama asli Park Chanyeol tersebut kini memarkirkan mobilnya di pinggiran sungai Han. Di tempat yang cukup sepi untuk disadari para fans, tapi tempat yang terbaik untuk menyaksikan kembang api yang akan dilakukan penggemarnya sebagai perayaan untuk menyambut hari lahirnya.

Dalam beberapa menit lagi, umurnya akan menjadi 27 tahun. Jarinya tanpa sadar menyentuh Soulmate mark yang berada di pergelangan tangannya. Tanda itu berbetuk garis naik turun seperti detak jantung. Selama hampir 27 tahun hidupnya, pria tinggi itu belum pernah bertemu dengan soulmate-nya. Bohong jika dia tidak penasaran akan siapa yang memiliki tanda yang sama dengan miliknya.

Tenggalam dalam pikiran, Chanyeol tersentak saat mendengar ledakan kembang api yang sudah dimulai. Jam menunjukkan pukul 12.00 tepat hari ulang tahunnya. Matanya terpejam, dalam hati dia mulai mengucapkan harapannya.

'Semoga aku selalu diberikan kesehatan,

Semoga karirku di bidang music semakin cemerlang,

Semoga orang-orang disekelilingku, yang selalu memberikan dukungan kepadaku, dan yang selalu memberikan cintanya untukku dengan tulus, diberikan kebahagiaan yang melimpah

Dan...

'Semoga aku segera dipertemukan dengan soulmate ku'

Baekhyun tersentak dalam tidurnya. Matanya mengamati segala penjuru kamar. Perlahan, pria mungil itu terduduk dan menepukkan tangannya, kamar yang tadinya remang seketika terang benderang. Mata sabitnya masih mengamati sekeliling dengan awas.

'Suara apa itu tadi?' batinnya.

Tapi nihil. Tak seorangpun di kamarnya selain dirinya sendiri.

Baekhyun menghela napas. Mungkin hanya mimpi, ditambah dia terlalu lelah.

'Apa-apaan ini?'

Suara itu muncul lagi. Baekhyun kembali memeriksa segala penjuru kamarnya, tapi tetap tidak menemukan siapapun. Sementara dia dengan sangat jelas mendengar seseorang berbicara.

'Aku seperti mendengar seseorang berbicara di kepalaku.'

Terdengar Suara itu lagi.

'tidak mungkin.'

'Apanya yang tidak mungkin?' Mata Baekhyun membulat. Suara itu bisa menjawabnya. 'Kau siapa? Kenapa kau bisa berbicara di kepalaku?'

'Kau yang siapa? Kenapa aku bisa mendengarmu?'

'Kenapa kau bisa menjawabku?'

'Mana aku tahu!'

'Kau bukan hantu kan?'

Pertanyaan pria itu membuat Baekhyun berdecak kesal.

'Aku manusia dan aku masih bernapas', Berusaha menahan emosi, Pria mungil itu menghela napas dan menghembuskannya dengan pelan, 'tapi kenapa aku bisa mendengarmu? Apa aku sudah gila?'

'Aku juga tidak tahu. Aku hanya tiba-tiba merasa orang lain berbicara di kepalaku.'

'Aku juga tadinya tertidur, tapi tiba-tiba aku mendengar suaramu.'

'Apa mungkin ini yang dinamakan telepathy?'

'Tidak mungkin! Telepathy hanya bisa dilakukan seseorang dengan soulmatenya.'

Keduanya terdiam.

'A- apa kau soulmateku?' Baekhyun bertanya dengan hati-hati.

'Tapi kau laki-laki.'

'Apa itu tidak mungkin?'

'Entahlah'

'Tapi teman laki-lakiku memiliki soulmate yang juga laki-laki. Apa kau mengharapkan perempuan sebagai soulmatemu?'

Tidak ingin menjawab pertanyaan orang asing, Chanyeol bertanya, 'Bagaimana dengan tandamu?'

'Tandaku berbentuk hati. Bagaimana denganmu?'

'Tandaku berbentuk detakan jantung'

Keduanya kembali terdiam. Berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

'Kita memiliki soulmate mark yang berbeda tapi kenapa kita bisa telepathy?'

'Aku tidak mengerti'

Baekhyun memegang kepalanya. Jarinya memijat hidungnya pelan. Bingung dengan apa yang terjadi saat ini.

'Baiklah, besok akan kucari tahu, tapi sekarang aku butuh istirahat, tutup telepathy mu.'

'Bagaimana cara melakukannya?'

'Ibuku pernah mengatakan, hanya pejamkan matamu dan tutup telepathymu.'

'Akan aku coba.' Chanyeol yang masih di pinggir sungai Han memejamkan matanya dan berusaha menutup telepathynya. 'Apa berhasil?' Tanya Chanyeol

'Aku masih bisa mendengarmu.'

'Baiklah. Akan kucoba lagi.' Chanyeol kembali memejamkan matanya, hingga dia bisa merasakan angin sejuk menerpa wajahnya. "Sudah." Katanya, dan kali ini tidak terdengar suara itu lagi di kepalanya. "Sepertinya berhasil."

Baekhyun yang berada di sisi lain menghela napas panjang setelah telinganya tidak lagi mendengar suara orang asing itu. Kepalanya kembali hening, dan begitupun dengan kamarnya.

"Apa yang sebernarnya terjadi?" Ucapnya dengan bingung. Baekhyun merebahkan badannya, sementara tangannya memegang dadanya yang berdetak sangat kencang. "Apa ini efek samping dari telepathy?"

Pikirannya masih sibuk mencerna kejadian tadi, hingga tanpa sadar, pria mungil itu terlelap dalam tidurnya.

...

Baekhyun memasuki ruang rapat diikuti beberapa orang dibelakangnya. Seluruh peserta rapat berdiri dan membungkuk menyambut kedatangannya, kemudian pria mungil itu mengambil tempat di ujung meja.

Rapat dimulai, sementara sosok mungil yang berada di ujung meja, yang harusnya memimpin rapat, sibuk sendiri dengan pikirannya. Otaknya masih memutar ulang kejadian yang menimpanya semalam. Bagaimana bisa orang yang bukan soulmate-nya bisa melakukan telepathy dengannya. Baekhyun berusaha menganggapnya mimpi, tapi bagaimana bisa dia berpikir demikian jika pagi tadi, suara itu kembali muncul. Menyapanya dengan kalimat 'selamat pagi' dan menghilang.

Dia sudah menanyakan hal itu dengan asistennya, Jaehyun. Mengingat pria itu sudah bersatu dengan soulmate-nya. Jawaban Jaehyun berhasil membuat Baekhyun tambah bingung.

"Tuan, Bahkan soulmate yang sudah bersatu pun belum tentu bisa melakukan telepathy. Itu adalah kemampuan khusus hanya untuk pasangan tertentu."

'Jika aturannya seperti itu, bagimana aku bisa melakukan telepathy dengan orang yang bukan soulmateku' Batinnya.

'Aturan apa?'

'Berhenti muncul tiba-tiba!'

'Kau yang tidak menutup telepathy-mu'

Baekhyun memejamkan matanya dan berusaha menutup telepathy miliknya.

'Jangan ditutup dulu!' Seolah sadar, Chanyeol segera menghentikannya. 'Jelaskan apa maksud aturan itu?'

'Telepathy hanya bisa dilakukan oleh pasangan yang terpilih. Tidak semua soulmate bisa melakukannya.'

'Apa kau bercanda? Bagimana bisa kita melakukannya sementara tanda yang kita miliki berbeda.'

"Tuan Byun?" Baekhyun tersentak ketika Jaehyun menepuk bahunya. Mengubah posisi duduknya, Baekhyun memejamkan mata dan menutup telepathy-nya.

"Bisa kau ulangi?" Sabitnya menatap manajer pemasaran yang berdiri menunggu tanggapannya.

"Tuan Byun, Aegle belum mencapai target penjualan."

"Ini bahkan belum 24 jam setelah peluncuran."

"Maka dari itu, untuk mengantisipasi hal tersebut, para shareholder sepakat untuk menambah biaya promosi."

Baekhyun melirik seorang pria paruh baya yang duduk di salah satu kursi. Sementara pria tersebut hanya mengedikkan bahu sebagai respon. Dia adalah, Kim Sangmin, asisten pribadi ayahnya.

"Lanjutkan!"

"Brand Ambassador akan diganti, mengingat BA kita saat ini kontraknya akan berakhir." Sebelah alis Baekhyun terangkat, menunggu kelanjutan. "Maka dari itu, kami mengusulkan tiga idol papan atas yang sangat diminati saat ini."

Layar menampilkan tiga photo laki-laki. Netra sabit itu meneliti penampilan ketiga idol tersebut. Asistennya meletakkan lembaran ketas di hadapannya yang berisi profil masing-masing dari mereka.

"Photo pertama adalah Richard Park, salah satu member EXU. Kedua adalah Oh Sehun, dan photo ketiga adalah Loey..."

Mengabaikan penjelasan sang manajer, mata Baekhyun hanya terpaku pada photo ketiga. Tangannya mebalik-balikkan kertas mencari profil dari Loey.

'Penyanyi solo terbaik. Million seller. Artis dengan follower terbanyak.'

"... Hun sudah menjadi BA dari berbagai merek terna..."

"Pilih yang ketiga!" Semua mata tertuju pada Baekhyun. Raut bingung muncul di wajah mereka mendengar keputusan pemimpin. Bahkan manajer belum menejelaskan idol di photo ketiga, tapi Baekhyun sudah menentukan pilihannya.

Tidak peduli dengan wajah-wajah yang meminta penjelasan itu, Baekhyun berdiri, "Rapat Selesai! Silahkan bubar!" Ujarnya sebelum meninggalkan ruangan.

.

Suara petikan gitar akustik memenuhi ruang latihan salah satu perusahaan entertainment terbesar di Korea selatan. Pelakunya adalah Loey yang sedang sibuk latihan malam. Jari panjangnya dengan lihai memetik senar dari alat musik yang berada di pangkuannya itu. Sementara suaranya yang berat melantunkan lagu dengan sangat merdu. Tidak salah jika dia bisa menjadi bintang besar hingga saat ini.

Suara tepuk tangan dari manajernya menghentikan aksinya. Matanya mengikuti setiap gerakan yang diambil sang manajer saat mendekat ke arahnya. Melihat map di tangan pria itu, Chanyeol bisa mengerti.

Chanyeol meraih map yang disodorkan di hadapannya. Menatap manajernya dengan tatapan tanya.

"Salah satu anak perusahaan Cerena Group di bidang otomotif menawarkanmu menjadi Brand Ambassador-nya. Apa kau tertarik?"

"Tidak perlu pura-pura bertanya. Aku tahu kau sudah menyetujuinya." Cengiran manajernya sudah cukup menjadi jawaban bagi Chanyeol. Menyisihkan map itu, Chanyeol kembali melanjutkan latihannya. Pria tinggi itu sudah sangat hapal dengan perilaku manajernya yang terkadang menyetujui kontrak tanpa sepengetahuanya. Dia menyetujui kontrak apapun yang menurutnya menguntungkan asalkan tidak merugikan bagi kehidupan pribadi Chanyeol. Dan Chanyeol juga tidak keberatan dengan hal tersebut.

"Pertemuannya dijadwalkan minggu depan di Cerena Hotel." Melihat anggukan yang diberikan Chanyeol, sang manajer kemudian meninggalkan ruang latihan.

'Hei!' Suara itu kembali menggema di kepalanya. Seketika nyanyiannya terhenti.

'Hai? Tidak biasanya kau menyapaku duluan. Ada apa?'

'Tidak ada. Sudah tiga hari aku tidak mendengar suaramu.'

'Kau merindukanku?'

'Yang benar saja.' Chanyeol terkekeh. 'kau tidak pernah lagi menggangguku, jadi kupikir mungkin kemampuan telepathy kita sudah menghilang. Jadi aku mencoba. Ternyata masih berfungsi.'

'kau mau apa jika itu menghilang?'

'Untuk membuktikan jika yang terjadi kemain itu hanya kesalahan semesta.'

'Tapi kau salah. Telepathy kita masih berfungsi.'

'Hum. Kau benar.'

'Kau belum menemukan alasannya?'

'Belum. Aku sudah mencari di berbagai sumber, tapi tidak ada jawaban pasti. Telepathy adalah kemampuan langka yang hanya sedikit soulmate yang mampu melakukannya. Sedangkan kita memiliki tanda yang berbeda yang artinya kita bukan soulmate.'

'Jawabannya pasti ada. Tak apa-apa. Kita pasti akan menemukannya.'

Chanyeol tidak lagi mendengar jawaban dari sisi lain. 'Hei! Kau masih disana?'

'Hum.'

'Ngomong-ngomong. Aku belum tahu namamu.'

'Aku selalu ingin menanyakan hal yang sama tapi tidak ingat.'

'Namaku Chanyeol. Bagaimana denganmu?'

'Baekhyun.'

'Senang berkenalan denganmu Baekhyun.'

'Begitupun denganku.'

Selanjutnya, terjadi keheningan di anatara mereka. Chanyeol melanjutkan memetik gitarnya, dengan sedikit bersenandung. Sementara Baekhyun yang berada di sisi lain mendengarkan suara lembut dari Chanyeol.

'Apa yang kau lakukan?'

'Kau tidak mendengar suara gitarku?'

'Tidak. Bagaimana bisa aku mendengarnya jika yang kita lakukan adalah telepathy.'

'Aku latihan bernyanyi.'

'Kau bisa menyanyi?'

'Sedikit. Kau mau mendengarnya?'

'Kalau kau tidak keberatan.'

Chanyeol memetik gitarnya dan memulai bernyanyi. Sedangkan Baekhyun mendengar dengan seksama, hingga lagu Chanyeol selesai.

'Bukankah aneh mendengarnya tanpa iringan music?'

'Tidak. Suaramu bagus. Lagunya juga, aku menyukainya.'

'Terima kasih.'

'Chanyeol, sepertinya aku harus tutup. Sudah larut dan besok aku harus bekerja.'

'Baiklah. Bye.'

'Bye.'

Angin lembut menerpa wajah keduanya. Telepathy tertutup, tapi sepertinya Baekhyun tidak bisa menghentikan senyum di wajahnya.

...

'Baekhyun?'

Baekhyun sedang duduk di meja makan menunggu sarapan dihidangkan. Jarinya sibuk menggeser layar ipad yang ada di tangannya yang lain. Pikirannya sibuk membaca laporan yang dikirimkan sekertarisnya saat suara Chanyeol tiba-tiba terdengar di kepalanya.

'Hum?' Balas pria mungil itu sedikit terkejut.

'Selamat pagi!'

'Pagi!'

'Hehehe'

Selanjutnya, suara itu menghilang begitu saja. Raut bingung tentu saja muncul di wajah Baekhyun. Kemudian pria mungil itu tidak bisa menahan senyum geli di bibirnya, sebelum melanjutkan kembali pekerjaannya.

.

Saat tiba jam makan siang, suara Chanyeol kembali menyapa Baekhyun. Pria mungil itu masih sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk di meja kerjanya.

'Selamat siang, Baekhyun.'

Dengan sedikit ragu, Baekhyun membalas, 'Selamat siang.'

'Kau punya apa untuk makan siangmu?'

'ya?'

'Apa kau tidak nyaman aku menanyakan hal itu.'

'Tidak. Hanya saja sedikit aneh.'

'Jadi?'

'Aku punya kopi dan setumpuk pekerjaan.'

Chanyeol terkekeh 'Tidak lama lagi lambungmu akan protes.'

'Sekarang pun dia sudah protes'.

'Kau mau aku mengirimkan makan siang untukmu?'

'Tidak usah repot seperti itu.'

'Kalau begitu, kau harus memakan sesuatu yang bisa memanjakan lambungmu.'

'Baiklah. Bagimana denganmu?'

'Emm. Lima menit yang lalu sandwich, dan sekarang ada sepiring pasta.'

'Kau benar-benar memanjakan lambungmu'.

Keduanya terkekeh dan selanjutnya telepathy mereka tertutup setelah Baekhyun pamit untuk memesan makan siang. Entah apa yang ada dipikiran pria mungil itu hingga tiba-tiba menuruti perintah Chanyeol.

.

Hari-hari berikutnya, suara Chanyeol selalu muncul menyapanya. Setiap pagi, siang, bahkan malam sebelum Baekhyun tidur. Tak lupa menyanyikan lullaby untuk pria mungil itu. Tentu saja hal tersebut membuat Baekhyun terhibur. Tidak lagi merasakan kesepian di rumah besarnya. Tapi hal itu sedikit mengganggu pikirannya. Baekhyun nyaman dengan perlakuan Chanyeol. Hatinya menghangat setiap suara itu menyapanya. Ini berbahaya karena meraka bukan soulmate. Dan Baekhyun takut memiliki perasaan yang lebih kepada orang yang jelas-jelas memiliki tanda yang berbeda dengannya.

Weekend tiba, dan seperti biasa suara Chanyeol terdengar di kepalanya. Tapi, hari ini sedikit berbeda. Pria itu mengajaknya untuk makan siang bersama. Hal tersebut berhasil membuat dada Baekhyun berdetak abnormal. Sebentar lagi memasuki musim panas, dan menurut Baekhyun, tidak ada salahnya mereka bertemu dan memastikan jika suara-suara di kepalanya adalah nyata.

Baekhyun tiba di tempat yang dijanjikan. Sebuah restaurant bergaya hanok, rumah tradisional Korea yang terletak di pinggir kota. Baekhyun memilih bangunan yang lebih privasi. Berada sedikit dibelakang bangunan resto, bentuknya seperti gazebo dengan danau di bawahnya. Dari sana, Baekhyun dapat melihat bunga sakura yang bermekaran.

Attensi Baekhyun teralihkan saat seorang pria tinggi berpakaian casual mendekat. Mengenakan sweatshirt berwarna light grey yang lengannya digulung hingga siku. Kaki jenjangnya dibalut jeans yang bagian lututnya sedikit robek. Wajahnya tertutup masker hitam dan mengenakan topi hitam.

'Chanyeol?'

'Iya?'

'Kau pria tinggi yang memakai topi hitam dan masker yang berdiri di hadapanku?'

Baekhyun dapat melihat garis di sudut mata pria tinggi itu tertarik, Chanyeol tersenyum, 'Benar, dan kau lebih manis dari dugaanku.'

Baekhyun mendengus, sebelum memejamkan matanya dan angin menerpa wajahnya.

"Duduk!" Ujarnya tanpa telepathy.

"Kau tau, aku tidak mengerti kenapa aku sangat ingin memelukmu."

Sabit Baekhyun membulat mendengarnya. Tak dapat dipungkiri, dia pun merasakan hal yang sama. Matanya menatap sekeliling ruangan, apapun asal tidak bertemu tatap dengan Chanyeol.

"Bolehkah?"

Lama berpikir, Baekhyun kemudian bangkit, dan memberikan anggukan pada Chanyeol. Pria tinggi itu segera menariknya kedalam pelukan. Keduanya memejamkan mata dan merasakan kehangatan di antara mereka. Tanpa menyadari soulmate mark yang masing-masing dipergelangan tangan mereka sekilas berkilauan seperti permata yang diterpa cahaya.

Pelukan mereka sudah terlepas sejak beberapa menit yang lalu, tapi detak jantung Baekhyun masih berdetak dengan kencang. Wajahnya memerah sejak kembali mengambil duduk di tempatnya semula. Chanyeol melakukan hal yang sama, duduk tepat di hadapan Baekhyun.

Tangan pria tinggi itu melepas topi di kepalanya, serta membuka masker hitamnya. Tatapan Baekhyun tak lepas darinya. Pria ini tampan, rambutnya berwarna coklat tua dan yang menarik perhatiannya, telinganya yang sedikit lebar.

Alis Baekhyun berkerut, menyadari jika wajah Chanyeol terlihat tidak asing. Namun, pria mungil itu mengabaikan pikirannya saat pesanan mereka tiba.

"Senang rasanya melihatmu secara langsung." Chanyeol memulai obrolan.

"Senang bertemu denganmu juga."

"Selama berbicara denganmu melalui telepathy, aku selalu merasa jika semuanya hanya mimpi atau imajinasiku. Dan melihatmu benar-benar ada dihadapanku, membuatku sadar, bahwa ini nyata."

"Kau benar, aku pun merasakan hal yang sama."

"Terlebih lagi, ternyata kau cantik."

"Kalau kau lupa, aku juga laki-laki."

Ucapan Baekhyun membuat Chanyeol terkekeh.

"Chanyeol?"

"Ya?"

"Apa aku boleh melihat soulmate mark-mu?"

"Tentu saja!" Jawab Chanyeol seraya meletakkan tangannya di atas meja. Membiarkan Baekhyun melihat tanda yang mereka miliki. Pria mungil itu juga melakukan hal yang sama.

Keduanya terdiam mengamati soulmate mark yang sangat berbeda tersebut.

"Aku masih tidak mengerti, kenapa kita bisa melakukan telepathy sementara tanda kita sangat berbeda seperti ini." Baekhyun memecah keheningan.

Chanyeol mengangguk menyetujui. Dia menarik kembali tangannya dan menikmati makan siangnya.

"Apa kau tidak penasaran kenapa hal ini bisa terjadi?" Tanya Baekhyun ketika melihat Chanyeol yang menampilkan raut tidak tertarik.

"Akupun ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi untuk saat ini, aku memilih menikmatinya. Semuanya sudah diatur takdir. Kita tidak mungkin bertemu jika tanpa alasan. Biarkan waktu yang akan menjawabnya nanti."

Baekhyun terdiam. Chanyeol benar. Dia pun ingin melakukan hal yang sama. Tapi sesuatu sangat mengganggu nya. Hanya mendengar suara Chanyeol melalui telepathy saja bisa membuat jantungnya berdegup kencang dan hatinya menghangat. Terlebih lagi mereka sudah bertemu seperti ini. Tidak dapat dipungkiri jika paras pria tinggi itu sangat menarik. Hanya saja, bagaimana jika seseorang yang memiliki soulmate mark yang sama dengan pria tinggi ini tiba-tiba muncul dan ingin mengambil soulmate-nya dari Baekhyun. Sangat berbahaya jika menyukai orang yang sudah jelas bukan miliknya.

Baekhyun menganggukkan kepalanya, "Baiklah, Aku akan mencoba."

Chanyeol tersenyum mendengar itu.

...

Chanyeol berjalan memasuki gedung Cerena Motor Corp dengan manajer yang mengekori di belakangnya. Hari ini jadwal pertemuannya untuk membahas mengenai kontrak BA yang ditawarkan salah satu perusahaan otomotif itu. Sudah beberapa hari sejak pertemuan pertamanya dengan Baekhyun, kemudian diikuti beberapa pertemuan lain membuat mereka semakin dekat. Jika boleh jujur, Chanyeol pun merasa takut. Tapi, rasa hangat yang diberikan Baekhyun pada hatinya mengalahkan rasa takut itu. Dan pria tinggi itu benar-benar menikmatinya.

Baru saja manajernya hendak membuka pintu ruang rapat, seseorang dari dalam lebih dulu mendorong pintu tersebut. Mata Chanyeol menangkap sosok mungil yang sangat familiar keluar dari sana. Keduanya sama-sama terkejut saat netra mereka bertemu.

"Tuan Byun? Perkenalkan, ini Loey yang akan menjadi BA kita!" Ujar asisten dari manajer pemasaran yang mengantarkan Chanyeol ke ruang pertemuan.

'Baekhyun?'

'Hum?'

'Kau? Apa yang kau lakukan disini?'

Mengabaikan telepathy dari Chanyeol, Baekhyun mengangkat tangannya untuk bersalaman dengan sang idol.

"Byun Baekhyun. CEO Cerena Motor."

Chanyeol mematung. Matanya tidak lepas dari Baekhyun yang masih menunggu tangannya dijabat. Pria tinggi itu masih berusaha memahami identitas Baekhyun yang tidak dia ketahui ini.

'Jangan membuatku malu.' Mendengar telepathy dari Baekhyun, Chanyeol segera meraih tangan itu. Mata mereka saling terkunci, dan lagi-lagi tidak menyadari tanda di tangan mereka kembali berkilau.

"Loey." Jawab Chanyeol.

"Setelah urusanmu selesai, aku menunggumu di ruanganku."

Beberapa orang di sekitar mereka menatap Baekhyun dengan penasaran. Melihat hal itu, Baekhyun sadar, dia tidak mengatakannya melalui telepathy. Setelah melepas tangan Chanyeol, Baekhyun segera meninggalkan ruang rapat.

.

'Kau berhutang penjelasan padaku.'

Baekhyun tersentak saat suara Chanyeol tiba-tiba terdengar di kepalanya.

'Kau sudah selesai?'

'Hm. Dimana ruanganmu?'

'Aku sudah menyuruh asistenku menjemputmu.'

Tidak ada jawaban dari sana. Dan Baekhyun hanya terdiam menunggu kedatangan Chanyeol.

Suara ketukan menyadarkan Baekhyun dari lamunan. Di ambang pintu ruangannya, Chanyeol sudah berdiri disana. Setelah mempersilahkan masuk, pria mungil itu segera mengusir asistennya dan mengunci pintu.

"Kau putra Byun Hyun Bin, Konglomerat itu?"

"Benar."

"Apa kau tahu jika aku akan menjadi BA mu saat pertemuan pertama kita?"

"Aku yang memilihmu untuk menjadi BA ku, aku benar-benar tidak tahu jika orang yang sering telepathy denganku adalah Loey. Dan aku tidak mengenali wajahmu saat pertemuan pertama kita."

Chanyeol melihat pria mungil itu berdiri dengan tubuh bersandar pada badan sofa. Dengan kepala menunduk dan mata yang tidak berani menatapnya.

"Tidak apa. Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Lagipula aku sudah menyukaimu bahkan sebelum aku tahu."

Terkejut mendengar kata suka dari pria itu, Baekhyun segera mengangkat kepalanya. Menatap Chanyeol dengan raut bingung di wajahnya.

Pria tinggi itu terkekeh. Giliran dirinya yang tidak bisa menatap mata Baekhyun.

Memberanikan diri, Chanyeol mengangkat kepalanya dan menatap tepat di mata pria mungil itu. "Apakah sudah waktunya?" ujarnya dengan bisikan rendah, "Baekhyun... Aku menyukaimu."

Baekhyun tercengang mendengar pengakuan Chanyeol. matanya membulat menatap pria tampan yang berada di hadapannya.

"A-apa kau baru saja menyatakan perasaanmu?" dari sekian banyak pertanyaan dikepalanya, hanya itu yang bisa Baekhyun keluarkan.

"Eum." Chanyeol mengangguk, "Sebelum kau bertanya sejak kapan, aku juga tidak tahu pasti sejak kapan perasaan itu muncul pada seseorang yang jelas bukan soulmate-ku. Aku hanya merasa sangat nyaman denganmu. Hingga ke tahap dimana aku ingin hari-hariku selalu bersamamu."

Chanyeol menghela napas panjangnya setelah kalimatnya selesai. Bohong jika dia tidak merasa gugup saat ini.

"Apa hal itu bisa terjadi? Maksudku, menyukai orang yang bukan soulmate-mu?"

"Aku dengan jelas merasakannya."

"Apa kau tidak berpikir jika itu hanya perasaan semu karena aku selalu menemanimu?"

"Baekhyun."

Bisikan rendah Chanyeol sedikit berbeda. Baekhyun bersumpah merasakan nada ketegasan disana.

"Jika kau ingin menolak perasaanku, bukan begini caranya." Baekhyun benar-benar terkejut sekarang, dan sedikit takut melihat Chanyeol menatapnya dengan dingin. "Kau hanya perlu mengatakan jika kau tidak memiliki perasaan yang sama. Bukan dengan meragukan perasaan orang lain. Kau mungkin tidak mengerti, tapi itu yang aku rasakan."

"Chanyeol Dengar!" Baekhyun panic saat melihat Chanyeol berdiri, hendak meninggalkan ruangan. "Maaf jika kau merasa seperti itu. Tapi sebenarnya aku juga meragukan perasaanku. Aku mengerti apa yang kau rasakan karena akupun merasakan hal yang sama."

Chanyeol menatapnya dengan lekat. Berusaha mencari kebohongan disana.

"Aku menyukaimu. Dan bahkan mungkin lebih dari itu. Aku hanya berusaha menyangkal karena aku tahu kau tidak ditakdirkan untukku. Aku takut jika terjatuh lebih dalam dan tidak mampu melepasmu saat takdirmu datang dan mengambilmu dariku."

Melihat mata Baekhyun yang berkaca-kaca, Chanyeol melangkahkan kakinya mendekat. Meraih tangan itu dan menariknya kepelukannya. Baekhyun melingkarkan lengannya di pinggang Chanyeol, dan kembali merasakan kehangatan saat tubuh tinggi itu memeluknya. Terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing, lagi-lagi kilauan pada soulmate mark mereka luput dari penglihatan.

.

Keduanya masih berada di ruangan Baekhyun, tapi dengan posisi yang berbeda. Chanyeol masih duduk di sofa, dengan Baekhyun yang berada di pangkuannya. Keduanya enggan melepas kehangatan dari tubuh masing-masing.

"Apa kau tidak gerah?"

"Tidak sama sekali." Baekhyun menjawab dengan lengan yang semakin erat memeluk leher Chanyeol. Sementara yang lebih tinggi hanya terkekeh sebagai respon.

"Mau makan siang denganku?" Baekhyun melonggarkan pelukannya dan menatap Chanyeol. Kemudian berbalik menatap meja kerjanya, mempertimbangkan ajakan pria tinggi itu.

"Aku memiliki banyak pekerjaan yang sepertinya tidak bisa ditinggal."

"Kalau begitu, makan malam?"

Tanpa berpikir panjang, Baekhyun mengangguk.

"Tapi kali ini di tempatku. Aku ingin memasak sesuatu untukmu."

"Kalau begitu aku akan datang."

"Baiklah. Dan sepertinya aku juga harus bekerja. manajerku sudah menunggu."

Dengan berat, Baekhyun melepas pelukannya dan bangkit dari pangkuan Chanyeol. Sementara yang lebih tinggi kembali menarik Baekhyun dalam dekapannya. Dengan lembut, Chanyeol berbisik di telinga Baekhyun.

"Mungkin seseorang yang benar-benar soulmate kita suatu saat akan muncul. Tapi, untuk saat ini serahkan semuanya pada takdir. Kau mungkin akan menjadi tempat singgahku, tapi pertemuanku denganmu adalah hal terindah dalam hidupku."

Baekhyun terkekeh miris mendengarnya. "Kau akan mengatakan hal yang sama pada soulmatemu nanti."

"Boleh aku menciummu?"

Kedua alis Baekhyun terangkat. Sedikit menyeringai menatap Chanyeol saat mereka melonggarkan pelukan. Baekhyun mengangkat wajahnya dan menutup mata. Menunggu belahan lembut Chanyeol menyentuh bibirnya. Saat bibir itu mendarat di kulitnya, Baekhyun membuka matanya heran ketika merasakan kecupan Chanyeol di sudut bibirnya.

"Aku takut tidak bisa menahan diri. Manajerku akan marah karena menunggu lama."

Kemudia Chanyeol keluar ruangan meninggalkan Baekhyun dengan detakan kencang dari jantungnya serta wajah yang memerah.

...

Baekhyun berdiri di depan pintu unit apartemen milik Chanyeol. Menunggu pria itu membukakan pintu. Sedikit merasa geli mengingat mereka tidak perlu menggunakan ponsel untuk berkomunikasi.

Pintu kemudian terbuka, menampilkan Chanyeol dengan pakaian santainya. Celana pendek di atas lutut, dengan tshirt hitam polos yang pas di badannya.

"Silahkan masuk."

Baekhyun tersenyum sebelum melangkahkan kakinya memasuki apartemen mewah milik Chanyeol. Kediaman mewah milik penyanyi papan atas itu terlihat nyaman, dengan tiga sofa panjang menghadap jendela kaca yang tingginya mencapai langit-langit, sehingga pemandangan dari gedung-gedung pencakar langit dapat terlihat sempurna. Di sudut lain ruangan, terdapat grand piano berwarna hitam, yang tepat dibelakangnya ada tangga menuju lantai dua dari unit ini. Sementara disisi lain yang berlawanan dengan tangga, terletak dapur mewah milik Chanyeol. Baekhyun dapat melihat makan malam sudah disiapakan di meja sana.

Chanyeol menatap Baekhyun yang sibuk mengamati setiap sudut apartemennya. Terbesit dalam pikirannya untuk memeluk tubuh mungil itu yang saat ini membelakanginya. Ingin kembali merasakan rasa hangat yang menyelimuti hatinya saat dirinya mendekap tubuh mungil Baekhyun. Chanyeol bingung dengan perasaan itu. Rasa yang seharusnya muncul hanya untuk soulmate-nya.

Chanyeol tersentak saat merasakan tubuh Baekhyun menegang dalam pelukannya. Tanpa sadar, dia sudah memeluk tubuh mungil itu. Baekhyun menoleh dengan alis berkerut menatap Chanyeol penuh tanya. Sementara Chanyeol segera memberikan kecupan pada sisi wajah Baekhyun, tidak tahu begaimana harus menjawab.

"Makan malam segera dimulai." Ujar Chanyeol dengan nada jenaka dan menarik tangan Baekhyun menuju ruang makan. Baekhyun hanya menunduk malu, menyembunyikan wajahnya yang merona.

.

Setelah makan malam, keduanya duduk di sofa menghadap pemandangan malam kota Seoul dengan segelas brandy di tangan masing-masing.

"Bagiamana harimu?" Pertanyaan Chanyeol membuat Baekhyun terperanjat.

"Masih seperti hari-hari sebelumnya. Membaca setumpuk laporan, menghadiri berbagai pertemuan, rapat dengan kolega. Membosankan."

"Tapi kau menikmatinya."

"Ini kehidupanku, dan aku senang melakukannya." Chanyeol menganggukkan kepalanya mengerti. "Bagaimana denganmu? Apa manajermu marah karena tadi?"

"Tidak. Jadwalku tidak padat hari ini. Jadi dia bisa bersantai."

Sesaat mereka membisu, Chanyeol meletakkan gelas kosong di meja di hadapannya dan merebut gelas milik Baekhyun saat pria mungil itu hendak meneguk brandy yang masih tersisa. Bak harimau kelaparan, Chanyeol meraih dagu Baekhyun dan memagut bibirnya. Pria mungil itu memekik terkejut dengan aksi Chanyeol dan menggeliat dalam pelukan pria itu. Dia mencium Baekhyun dengan agresif. Sedikit kasar pada awalnya, kemudian perlahan berubah lembut dan bergairah. Menyesap lembut bibir bawah kemudian beralih ke bibir atas Baekhyun. membujuk agar bibir mungil itu merekah untuknya.

Baekhyun yang awalnya terkejut akhirnya menyerah dan merapatkan tubuhnya pada Chanyeol. Kehangatan menyebar dalam hatinya, memberikan rasa nyaman. Memuaskan dahaga panjang seakan air dingin yang membasahi tenggorokan ditengah padang pasir.

Chanyeol menarik Baekhyun dan menempatkannya di pangkuan. Perlahan dengan lembut, bibir Chanyeol menjelajahi bibirnya dengan sentuhan sensual. Seakan tersihir, Baekhyun membalas dengan lebih bergairah, lebih dalam. Tangan yang semula berada di dada Chanyeol, terangkat dan mengalung di leher pria tinggi itu. Mulut Chanyeol sangat lembut, dan menggoda. Sekujur tubuhnya bergetar dengan rasa lapar akan bibir Chanyeol.

Tidak ada yang bisa menyela. Tidak dengan pikirannya yang berusaha menolak, mengingat mereka bukan soulmate. Baekhyun menyimpan semuanya di belakang, sudut terdalam di otaknya. Hanya ada saat ini, di sofa lembut apartemen Chanyeol, ditemani sinar bulan dari jendela kaca yang menampilkan langit malam kota Seoul, ketika mereka berdua menikmati rasa satu sama lain.

Chanyeol menarik mulutnya dari bibir Baekhyun dan bergerak turun menjelajahi sisi leher pria yang lebih mungil. Baekhyun Terengah-engah saat merasakan bibir Chanyeol menciumi titik sensitive disana. Baekhyun mulai bergerak resah di pangkuan Chanyeol. mengirimkan getaran kenikmatan pada pria tinggi itu. Erangan parau memenuhi telinga Baekhyun.

Chanyeol menjangkau lekukan antara leher dan bahu Baekhyun, menyentuh dengan lidah dan menyesapnya dengan lembut. Jemari baekhyun menyusuri pipi hingga rahang Chanyeol. membelai leher kokoh itu dan berakhir menggenggam rambut tebal pria itu. Merasakan kenikmatan tak terbayangkan, keduanya perlahan dikuasai hasrat.

Detakan jantung Baekhyun memukul dadanya dengan keras saat merasakan tangan Chanyeol membelai sesuatu diantara pahanya. Samar-samar, Baekhyun sadar ia akan kehilangan kendali dan akan semakin jauh jika hal ini tidak segera dihentikan.

"Jangan." Bisik Baekhyun lemah. Tangannya menahan tangan Chanyeol di selangkangannya.

Bibir Chanyeol mengecup bahunya dan terengah-engah di kulitnya. "Kenapa?"

Perlahan, Baekhyun beringsut turun dari pangkuan Chanyeol. "Kau tahu alasannya."

Chanyeol terdiam. Melepas sepenuhnya kontak dengan Baekhyun, mereka duduk di masing-masing ujung sofa.

"Kupikir kau sudah tidak peduli dengan hal itu."

"Aku peduli. Nyawa kita berakhir jika kita melakukannya. Suatu saat kau akan bertemu dengan soulmate-mu, mencintainya, dan melupakanku."

Chanyeol menunduk dalam. Otaknya membenarkan segala ucapan Baekhyun, tapi di sudut hatinya yang dalam, dia menolak mentah-mentah hal tersebut. Merasa tidak rela jika Baekhyun dimiliki orang lain.

"Sebaiknya aku segera pergi." Ujar Pria mungil itu seraya beranjak menuju pintu.

"Baekhyun."

Chanyeol ingin menahan Baekhyun untuk selalu disisinya. Tapi apa yang bisa dia lakukan jika dia bukan soulmate si mungil.

"Kau mau datang ke Showcase untuk album musim panasku?"

"Entahlah. Aku tidak bisa memastikan."

Kemudian pria tinggi itu hanya diam, menatap Baekhyun yang perlahan menghilang di balik pintu.

...

Terhitung hampir dua bulan mereka tidak saling menyapa. Bahkan biasanya Chanyeol tiap pagi, siang, malam selalu menyapa Baekhyun. Kini pria tinggi itu tidak pernah lagi melakukan telepathy dengannya. Baekhyun merindukannya tentu saja. Tapi, sepertinya ini yang terbaik. Mereka tidak ditakdirkan bersama, sudah seharusnya mereka memiliki jarak sebelum terjatuh lebih dalam.

Baekhyun dikejutkan dengan suara ketukan dari pintu ruangannya. Asistennya masuk dengan sedikit tergesah, langsung menyerahkan sebuah ipad pada Baekhyun.

Menatap sekilas pada layar, Baekhyun bertanya pada asistennya, "Apa yang terjadi?"

"Seperti yang tertulis disana, Park Chanyeol membuat skandal."

Menarik napas dengan dalam, Baekhyun meraih benda itu dan membaca isinya. Disana tertulis bahwa Park Chanyeol, seminggu sebelum showcase comeback-nya, melakukan kekerasan dengan seorang wanita, yang diterangkan jika wanita tersebut adalah soulmate sang idol. Jurnalis melampirkan photo soulmate mark di pergelangan tangan mereka.

"Park Chanyeol adalah Brand Ambasador kita, jika dia memiliki citra buruk, sangat besar kemungkinan akan berdampak pada produk kita."

"Tanpa kau jelaskan, aku tahu."

"Tuan, apa yang anda ingin saya lakukan?"

"Tidak perlu buru-buru. Kita tunggu pernyataan dari agensi mereka. Lagipula itu hanya photo. Kita tidak tahu apa yang benar-benar terjadi."

"Tapi Tuan, ada video yang memperlihatkan Park Chanyeol menyeret wanita itu keluar dari mobilnya."

Baekhyun menatap asistennya dengan tajam. "Kita Tunggu Peryataan Agensi." Perintahnya tegas. Jaehyun mengangguk dan meninggalkan ruangan.

Baekhyun terdiam. Menenangkan jantungnya yang berdetak dengan sangat kencang, pria mungil itu menutup mata dan mulai memanggil nama Chanyeol.

'Chanyeol?' Chanyeol tersentak saat di tengah latihan, dia mendengar suara Baekhyun di kepalanya.

'Baekhyun? ini benar kau?'

'Ya.'

'Akhirnya kau menyapaku.'

'Kau sadar apa yang kau lakukan?'

Bentakan Baekhyun mengejutkan Chanyeol, 'Aku tidak mengerti maksudmu.'

'Skandal.'

'Baekhyun, Aku bisa jelaskan.'

'Kau sadar itu bisa mempengaruhi citra produk kami?'

Lama terdiam, Chanyeol berujar, 'Kupikir kau ingin menanyakan tentang wanita itu.'

'Tidak ada hubungannya denganku. Kuharap kedepannya kau lebih hati-hati melangkah. Kau sudah menjadi bagian dari perusahaan kami, jadi setiap langkahmu akan berdampak pada produk kami.'

Tidak ada jawaban dari Chanyeol. Pria tinggi itu terdiam mendengar kalimat Baekhyun yang meremas hatinya. Tidak ada hubungannya? Padahal beberapa bulan lalu mereka baik-baik saja.

'Dan Chanyeol, kuharap kau memperlakukan soulmate mu dengan baik. Kau sudah dipertemukan dengannya, sudah saatnya kau melupakanku.'

Setelah itu, Baekhyun menutup telepathy-nya. Kali ini benar-benar menutupnya. Pria mungil itu memblokir telepathy-nya. Tidak akan memberikan celah untuk hatinya mengharapkan Chanyeol kembali.

...

Hari ini tepat dimana acara showcase musim panas Chanyeol diadakan. Baekhyun ingat ketika kemarin asistennya datang membawa undangan VIP dari Chanyeol. Pria mungil itu langsung membuangnya di tempat sampah. Tidak ingin kembali memulai sesuatu saat sepertinya semuanya sudah berakhir.

Agensi Chanyeol sudah mengeluarkan pernyataan bahwa wanita yang ditarik paksa oleh Chanyeol adalah seorang sasaeng fan yang memalsukan soulmate mark miliknya. Wanita tersebut menerobos masuk ke mobil Chanyeol saat sang idol baru keluar dari gedung agensinya. Walaupun kenyataanya seperti itu, tidak menyurutkan keinginan Baekhyun untuk melupakan Pria tinggi itu. Mereka tidak memiliki tanda soulmate yang sama, yang sudah pasti mereka tidak ditakdirkan bersama.

Daripada menghadiri showcase Chanyeol, Baekhyun lebih memilih datang di acara perayaan yang dilakukan teman kuliahnya atas kelahiran bayi mereka. Acara inti sudah berakhir, tapi Baekhyun masih ingin menghabiskan waktu dengan bayi laki-laki itu.

"Sepertinya kau sudah siap untuk memiliki anak." Ujar Kyungsoo, papa sang bayi.

Baekhyun mendengus, "Bagaimana kau bisa berpikir jauh begitu saat soulmate-ku sendiri belum kutemukan."

Jongin tiba-tiba masuk kamar dan membuat obrolan mereka terpotong. "Sayang. Sehun dan Luhan ada diluar."

"Suruh saja masuk."

Suami Kyungsoo itu tercengang saat matanya melihat Baekhyun duduk di karpet bulu dengan bayinya di gendongan. "Yeaah. Pamanmu yang kaya datang sayang. Jangan lupa minta apapun padanya saat dia ingin pulang nanti." Ujar Jongin dengan nada bercanda. Berjalan mendekat ke arah Baekhyun dan mendaratkan kecupan di pipi pria itu.

"Minta apapun, aku bersedia mengambulkan keinginanmu."

Pasangan itu terkekeh mendengar Baekhyun. Selanjutnya Jongin keluar mencari Sehun dan Luhan.

"Sehun?" Tanya Baekhyun yang familiar dengan nama itu.

"Oh Sehun yang itu." Baekhyun mengangguk. "Kau ingat teman yang selalu disombongkan Jongin saat kita kuliah dulu?"

"Teman dekatnya yang akan menjadi selebriti?" Anggukan Kyungsoo menjawab pertanyaan Baekhyun.

"Dia benar-benar menjadi selebriti dunia."

"Kupikir dia berbohong saat itu."

Keduanya tertawa membuat bayi di pelukan Baekhyun menggeliat. Tangannya dengan cekatan membelai bayi itu, hingga mata Kyungsoo menangkap soulmate mark di tangan Baekhyun.

"Warnanya lebih terang dari sebelumnya." Melihat kedua alis Baekhyun terangkat, bingung dengan maksudnya, Kyungsoo melanjutkan, "Soulmate mark mu."

Baekhyun menatap tanda merah berbentuk hati itu. Pikirannya kembali mengingat Chanyeol.

"Ada yang mengganggu mu?" tanya Kyungsoo.

Baekhyun menggeleng, "Tidak."

"Jangan berbohong. Aku mengenalmu lebih dari orang tuamu sendiri."

Dan Baekhyun tidak dapat menahannya lagi. Pria mungil itu menceritakan semua yang terjadi padanya dengan Chanyeol. Bagaimana mereka memiliki tanda yang berbeda, bagaimana dia mencintai orang yang bukan soulmate-nya, dan bagaimana mereka tidak ditakdirkan bersama tapi bisa melakukan telepathy.

"Kalau begitu, kau memiliki tanda yang berbeda dengan soulmate-mu." Suara Jongin di ambang pintu mengejutkan Baekhyun.

"Sangat mustahil. Bagiamana hal itu bisa terjadi."

"Ku pikir yang lebih mampu menjawabnya adalah Sehun." Jongin bergeser dan membiarkan Sehun dan Luhan memasuki kamar.

Baekhyun mengamati artis tampan itu. Tingginya hampir sama dengan Chanyeol, memiliki kulit seputih susu dan seorang pria yang lebih mungil darinya merangkul lengannya. Pria mungil itu memiliki paras cantik serta memiliki mata rusa yang menawan.

"Aku memiliki Soulmate mark yang berbeda dengan Luhan."

"Kalau begitu kalian bukan soulmate."

"Kita adalah soulmate. Hanya saja sedikit berbeda dari kebanyakan orang."

"Bagaimana kau tahu dia soulmate-mu sementara kalian memiliki tanda yang berbeda."

Luhan mendekat. Duduk di samping Baekhyun dan mulai membuka satu-persatu kancing kemejanya.

"Deer, Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Sehun

"Kalau kau ingin menyusui anakku, sepertinya tidak perlu. Papanya juga bisa." Jongin menimpali, dan Sehun memberikan tinjuan di lengannya. Luhan hanya tersenyum kemudian menyingkap leher kemejanya, hingga sebuah tanda terlihat di bawah tulang selangkanya.

"Dulunya tanda ini hanya berbentuk anak panah. Tapi setelah hidup bersama dengan Sehun, aku tidak tau mengapa, tanda ini tiba-tiba berubah."

Baekhyun mengamati soulmate mark milik Luhan. Berbentuk busur panah yang melengkung dengan anak panah yang siap ditembakkan.

"Tanda Sehun berbentuk busur panah ini. Aku tidak menyadari jika tandaku sudah berubah. Dan aku tidak tahu alasannya. Begitu pula dengan Sehun, tanda miliknya berubah. Soulmate mark milik kami menyatu."

Kepala Baekhyun berputar. Jantungnya berdetak kencang mendengar penjelasan Luhan. Hatinya berbisik jika dia dan Chanyeol masih memiliki harapan untuk bersatu. Tapi salah satu sudut di otaknya berusaha menyangkal.

"Aku dengannya bisa melakukan telepathy." Ucapan Baekhyun membuat Luhan dan Sehun tersenyum.

"Itulah alasan kenapa aku dan Luhan bisa bertemu."

"Kau tahu?" Ujar Luhan "Seseorang yang memiliki tanda yang berbeda dengan soulmate-nya pasti bisa melakukan telepathy. Karena itulah yang menyatukan mereka. Aku pertama kali telepathy dengan Sehun saat hari ulang tahunnya."

"Apa kau tidak pernah sadar jika tandamu akan berkilau jika bersentuhan langsung dengan soulmate-mu?" Pertanyaan Jongin mengejutkannya. Pria mugil itu hanya menggeleng.

Sehun mendekat, menyentuh tangan Luhan dan seketika tanda milik Luhan berkilau sekilas dan seketika juga kembali seperti semula. Bahkan Sehun belum melepas pegangan tangannya.

"Pantas saja aku tidak sadar. Tanda itu hanya berkilau kurang lebih satu detik. Mana mungkin aku melihatnya. Ditambah aku sering menutupnya dengan jam tangan."

Baekhyun menunduk. Air mata lolos dari kedua matanya. Merasa bahagia bahwa takdir memberikan kesempatan untuknya dan Chanyeol. Sekarang dia hanya perlu membuktikan hal itu.

"Tapi kenapa harus memiliki tanda yang berbeda?" Tanya Baekhyun dengan sedikit kesal.

"Ibu dari temanku pernah mengatakan, jika memiliki soulmate mark yang berbeda, itu karena di kehidupan mereka yang sebelum-sebelumnya sudah bersumpah, bahwa akan tetap bersatu di kehidupan selanjutnya, dan akan terus seperti itu bahkan jika dunia hancur. Dan telepathy adalah cara untuk menyatukan mereka. Kau tau saat orang-orang tidak bisa menerima soulmate-nya karena dia kriminal misalnya? Di kehidupan selanjutnya bisa saja semesta mengubah takdirnya. Sedangkan soulmate dengan tanda yang berbeda, mereka harus menerima soulmate mereka apa adanya, karena janji itu."

Jawaban Luhan membuat Baekhyun tersadar. Dia harus segera bertemu dengan Chanyeol dan membuktikan hal tersebut. Menyerahkan bayi Kyungsoo ke pelukan papanya, pria mungil itu segera beranjak untuk menemui Chanyeol.

"Aku akan mengirimkan hadiah yang banyak untukmu." Ujarnya dan mengecup wajah bayi itu, "Aku berhutang padamu dan Sehun." Tak lupa juga mengecup pipi Luhan dan Kyungsoo sebelum keluar ruangan.

...

Baekhyun berdiri di tangga masuk sebuah stadion olahraga tempat Chanyeol mengadakan Showcase. Matanya menatap ratusan orang yang menghadap panggung dengan tongkat cahaya dia tangan mereka.

Baekhyun dapat melihat, di atas panggung sana, seorang pria bernyanyi dengan gitar di pangkuannya. Pria mungil itu sangat yakin jika dia adalah Chanyeol. Sudah berkali-kali dia memanggil Chanyeol lewat telepathy, tapi tidak ada jawaban.

Apa pria tinggi itu juga memblokir telepathy-nya.

Nekat, Baekhyun menerobos barisan penggemar untuk mendekat ke arah Chanyeol. Beruntung penjaga di luar sana bisa di pengaruhi agar membiarkan dirinya masuk. Bodoh sekali dirinya membuang undangannya.

Sekarang yang perlu dia lakukan adalah menemui Chanyeol.

Dengan susah payah, Baekhyun akhirnya mendekati pagar pembatas. Mengabaikan berbagai umpatan yang dilontarkan padanya, Baekhyun tetap berusaha mencapai pagar yang berada tepat di hadapan Chanyeol. Tapi sepertinya tidak mungkin. Depan sana sangat padat dan bahkan di posisinya sekarang, pria mungil itu sering disikut oleh penggemar.

Baekhyun terdiam. Matanya terpejam dan kembali mencoba mengirimkan telepathy pada Chanyeol.

Tepat saat lagu berhenti, Chanyeol menjawab.

'Baekhyun?'

Mendengar kembali suara itu, Baekhyun terisak. Merasakan kelegaan merambati hatinya. Kepalnya terangkat menatap Chanyeol yang berdiri mematung di atas panggung.

'Aku disini. Di depanmu.'

Mendengar suara Baekhyun yang terisak, Chanyeol membuka in-ear di telinganya, dan mengedarkan pandangan mencari sosok Baekhyun.

'Kau menangis?' Tanya Chanyeol Panik 'Ada apa? Apa yang terjadi?'

'Katakan jika kau benar-benar soulmateku.'

'Apa maksudmu?'

'Pegang tanganku sekarang. A-aku mohon Chanyeol.'

Tanpa menjawab, Chanyeol terus mencari keberadaan Baekhyun. Hingga tepat di depannya, seorang laki-laki mungil berdiri di antara puluhan penggemar wanita.

Mata mereka bertemu.

Chanyeol dapat melihat mata indah itu mengeluarkan titik-titik air yang membasahi wajahnya. Melepas gitarnya, Chanyeol melompat dari atas panggung dan mendekati pagar pembatas. Aksinya tersebut membuat teriakan para penggemar semakin keras. Bodyguard yang berjaga di depan pagar segera menghalau tangan-tangan penggemar yang berusaha menarik Chanyeol. Kejadian itu tak luput dari mata sang manajer yang berlari mendekat.

"Ada apa?"

"Baekhyun ada disini."

"Apa? Bukankah kau memang mengundangnya?"

"Aku mau Baekhyun segera dibawa ke hadapanku sekarang!" Tatapan tajam dilayangkan Chanyeol.

"Apa kau gila? Kau mau merusak showcase mu?"

"AKU TIDAK PEDULI. BAWA BAEKHYUN KE HADAPANKU!"

Teriakan Chanyeol membuat beberapa penggemar yang berdiri di sekitarnya terkejut. Bahkan sang manajer kaget mendengar Chanyeol membentaknya. Chanyeol tidak perbah melakukan hal itu sekalipun sejak dia bekerja untuk pria tinggi itu. Semarah apapun Chanyeol padanya, Sekesal apapun Chanyeol saat dia menyetujui kontrak seenaknya, Pria tinggi itu tidak pernah membentaknya seperti ini.

Dengan anggukan pelan, sang manajer menyetujui. Mengedarkan pandangan untuk mencari Baekhyun.

"Satu-satunya laki-laki yang berada lurus tepat di depanku."

Manajer memanggil beberapa bodyguard untuk melewati pembatas dan membawa Baekhyun.

Tak sulit bagi mereka menemukan satu-satunya laki-laki yang berdiri ditengah-tengah penggemar perempuan. Bodyguard membawa Baekhyun dan membantunya melewati pembatas. Terlalu sulit melewati kerumunan penggemar jika lewat tangga keluar yang berada di belakang.

Setelah Baekhyun melewati pagar, Chanyeol segera berlari dan menarik tubuh mungil itu dalam dekapannya. Tangisan Baekhyun semakin keras. Melepas pelukan Chanyeol, Baekhyun memegang tangan pria itu dan melihat tepat di soulmate mark mereka. Sesaat setelah kulitnya menyentuh Chanyeol, tanda berbetuk hati di tangannya seketika berkilau. Begitupun tanda detakan jantung milik Chanyeol.

Melihatnya, Baekhyun menenggelamkan diri dalam pelukan Chanyeol, dan menangis tersedu-sedu. Bahagia jika orang yang dia cintai adalah soulmate-nya sendiri. Chanyeol yang masih terkejut, hanya menatap lurus kedepan.

"Apa maksudnya?" Tanya Chanyeol pelan.

Baekhyun melonggarkan pelukannya dan mendongak menatap Chanyeol, matanya masih berkaca-kaca dengan bekas air mata di pipinya, "Kau soulmate-ku."

Chanyeol menatap tepat di mata sabit itu. Mencari kebohongan disana. Tapi yang dia temukan hanya raut bahagia Baekhyun. Chanyeol kembali menarik pria mungil itu dalam pelukan erat. Menghela napas lega, menyadari jika Baekhyun adalah takdirnya.

Mereka berdiri di atas panggung dengan tangan yang saling menggenggam. Pria tinggi itu menjelaskan kekacauan yang terjadi dan mengenalkan Baekhyun di hadapan penggemarnya. Sekaligus menampik berita miring minggu lalu.

"Soulmate-ku tersesat di antara kalian, itu alasan kenapa dia menangis. Dan aku benar-benar khawatir padanya. Jadi, saya memohon maaf atas masalah yang terjadi malam ini."

Chanyeol mulai menjelaskan. Tangannya melepas tangan baekhyun dan menggenggamnya kembali. Menunjukkan kilauan soulmate mark di tangan mereka pada para penggemar, yang masih takut jika pria mungil itu adalah orang yang berpura-pura menjadi soulmate sang idol.

Ucapan selamat kompak diteriakkan oleh penggemar. Angin musim panas tertiup membawa kebahagiaan dari dua insan yang disatukan takdir.

Melihat kilauan bahagia di wajah Chanyeol dan soulmatenya, membuat mereka ikut serta merasakan kebahagiaan itu.

END

...

Fanfiction Chanbaek untuk meramaikan chanbaek day project 2021. 614 seasons with chanbaek.

Salam. Chanbaek is REAL.

Kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis, agar tulisan berikutnya bisa lebih baik lagi.

Terima kasih.

...

EPILOG

Baekhyun dan Chanyeol duduk di salah satu sofa yang terdapat di ruang tunggu belakang panggung. Showcase musim panas untuk album terbaru Loey selesai 30 menit yang lalu. Kini kedua pria yang berbeda tinggi itu akhirnya bisa memiliki waktu sendiri setelah informasi yang tidak seharusnya menjadi rahasia akhirnya terungkap.

Baekhyun menceritakan semua yang dijelaskan Luhan padanya. Mengungkapkan kenyataan dibalik soulmate mark yang berbeda tapi saling terikat.

"Kau benar. Saat pertama kali kita telepathy, waktu itu tepat di hari ulang tahun ku."

Baekhyun tersenyum menatap Chanyeol. Tangannya membawa tangan pria itu dalam genggamannya dan mendekati bibirnya. Memberikan kecupan dalam pada punggung tangan pria tinggi itu.

"Aku sangat bahagia saat Luhan mengatakan semuanya. Kupikir takdir tidak akan mempersatukan kita. Tapi nyatanya, kita yang tidak paham cara kerja semesta. Aku sangat senang mengetahui jika kau adalah soulmate-ku." Baekhyun kembali memberikan kecupan pada punggung tangan Chanyeol, kemudian bibirnya beralih mengecup soulmate mark yang ada di pergelangan tangan Chanyeol.

Chanyeol menarik Baekhyun duduk di pangkuannya. Memeluk erat tubuh mungil itu, merasakan kembali kehangatan yang melingkupi hatinya. Sudah sangat lama mereka tidak bertemu, dan rasanya sangat menyenangkan ketika tubuh mungil Baekhyun kembali dalam dekapannya.

Sedikit melonggarkan pelukannya, Chanyeol menatap dalam mata Baekhyun, "Aku sangat bahagia saat tahu bahwa kau adalah takdirku. Aku berharap di kehidupanku selanjutnya kau masih menjadi soulmate-ku, masih menjadi milikku."

Dengan senyum bahagia di wajahnya, Baekhyun mengangguk, "Aku berharap di kehidupan selanjutnya aku masih menjadi milikmu, dan kau milikku."

Keduanya tersenyum, menyelami netra masing-masing. Janji yang sama di kehidupan sebelumnya terucap kembali. Soulmate mark yang berada di tangan mereka bersinar dengan terang, sangat terang hingga baik Baekhyun maupun Chanyeol tidak dapat melihatnya dengan jelas. Hingga beberapa detik berikutnya, cahaya itu meredup dan menghilang. Menyisakan soulmate mark yang berbeda.

Chanyeol menatap tandanya dengan mata membulat, tekejut, sementara Baekhyun mentapnya dengan kagum. Soulmate mark mereka berubah bentuk. Seperti milik Sehun dan Luhan, tanda milik Chayeol dan Baekhyun juga menyatu. Berbentuk detakan jantung yang di ujung garisnya terdapat tanda yang sebelumnya milik Baekhyun, hati.

Mata mereka bertemu dan saling menatap bahagia. Chanyeol kemudian menangkup tengkuk Baekhyun dan menariknya, mendaratkan bibirnya pada bibir ranum itu. Mulutnya menyesap bibir Baekhyun dalam ciuman lembut yang menyiratkan kepemilikan. Baekhyun membuka diri, membiarkan pria tinggi itu menjelajahi mulutnya. Rasanya sangat berbeda saat tahu jika yang dia cumbu saat ini adalaha soulmate-nya.

Miliknya.

END.