"NARUTO MILIK MASASHI KISHIMOTO. TIDAK ADA KEUNTUNGAN MATERIAL YANG SAYA DAPATKAN DARI PEMBUATAN FANFIC INI."
.
.
.
"Naruto's Brother"
.
.
.
"Naruto, kami punya kabar kembira untukmu. Sebentar lagi kau akan punya adik. Usia kandungan ibumu sudah enam bulan," ucap Minato begitu Naruto menapakkan kakinya di rumahnya setelah empat tahun mengejar ilmu di negeri seberang.
Detik itu juga rasanya dunia Naruto hancur seketika. Padahal selama ini dia mengira dia akan menjadi satu-satunya pewaris kekayaan keluarganya tapi ada setan kecil yang bisa saja merampasnya, setan yang sedang tumbuh dalam perut ibunya. Tentu saja Naruto berusaha menutupi kekesalannya tersebut dengan menampilkan cengiran khas miliknya.
"Wah, berita yang sangat mengejutkan. Aku senang mendengarnya."
Kushina tertawa kecil sambil mengelus perut buncitnya. "Dokter bilang kau akan memiliki adik laki-laki."
"Tapi lucu membayangkan Naruto memiliki adik yang umurnya 22 tahun lebih kecil darinya."
Naruto juga ikut tertawa. "Mungkin orang akan mengira kalau adikku adalah anakku."
Setelah pembicaraan tersebut, Naruto dan kedua orang tuanya pergi ke ruang tengah sambil mengobrol mengenai hal-hal apa saja yang Naruto lakukan selama ia menimba ilmu di negeri seberang. Selama mengikuti obrolan kedua orang tuanya, Naruto memikirkan berbagai macam cara untuk melenyapkan adiknya yang belum lahir tersebut.
.
.
.
Hari ini Kushina merasa bermimpi aneh sekali tapi dia sendiri tidak ingat apa mimpinya itu. "Hhh~" erangnya sambil menggerakkan tubuhnya. Matanya yang sejak tadi tertutup itu kemudian terbuka perlahan. Kenapa rasanya ia tertidur sangat lama? Padahal seingatnya ia tadi sedang dalam perjalanan ke swalayan dengan Naruto yang mengantarnya. Apa jalanan macet sampai-sampai ia belum dibangunkan sejak tadi?
"Ibu sudah sadar?"
Suara Naruto masuk ke indra pendengaran Kushina sehingga membuat mata Kushina terbuka sepenuhnya. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit rumah yang ditumbuhi banyak lumut. Tiba-tiba saja ia merasa sangat dingin. Di saat itulah ia sadar bahwa ia dalam keadaan telanjang bulat. "Aku kenapa?" tanyanya entah pada siapa. Kushina menggerakkan tangannya agar ia bisa menutupi tubuhnya tapi kedua tangannya tidak bisa bergerak begitupula dengan kakinya.
"Sstt tenanglah, Bu. Ibu tidak akan bisa menggerakkan tangan dan kakimu. Aku sudah mengikatnya dengan sangat kencang," ucap Naruto.
Di detik itulah Kushina tersadar dengan keadaannya yang sangat memalukan. Tubuhnya ditidurkan di atas kasur dalam keadaan telanjang sedangkan kedua tangan dan kakinya diikat pada ujung-ujung tempat tidur.
"Ke-kenapa?" tanya Kushina. Barulah rasa takut itu mulai menyerangnya. Kedua tangannya gemetar dan matanya sudah mulai berkaca-kaca. "A-apa... a-apa yang kau lakukan pada aku, Nak?"
Laki-laki berambut pirang itu kemudian mendekati Kushina. Salah satu tangannya mengelus wajah Kushina sedangkan Kushina refleks menjauhkan wajahnya. "Aku ingin adikku menghilang dari dunia ini, Bu. Ini salahmu yang berani-beraninya mengandung lagi. Karena itu, aku akan menghukummu, Bu."
Kushina hanya diam tidak menanggapi perkataan Naruto. Rasanya semua tubuhnya mati rasa karena rasa takutnya saat ini. "Huh!" geramnya tiba-tiba saat tangan Naruto mulai turun ke dadanya dan berhenti di atas perut buncit Kushina.
"Adikku bergerak-gerak," dengus Naruto sambil mengelus-ngelus perut buncit Kushina.
"Ja-jangan sentuh a-aku!" pekik Kushina sambil menelan ludahnya. Dalam hatinya ia berdoa agar Naruto segera menghentikan perbuatannya ini.
Naruto menyeringai sambil menekan perut Kushina perlahan-lahan.
"Akh!" pekik Kushina.
"Aku ingin kau dan adikku mati, Bu," ucap Naruto dingin. Mata birunya sangat suka saat melihat reaksi Kushina yang ketakutan. "Tapi sebelum itu..." lanjut Naruto menggantung. Tangannya berhenti menekan perut Kushina. Sejenak hal itu membuat Kushina bernapas lega karena rasa sakit di perutnya menghilang.
Tangan Naruto kemudian turun dan meraba vagina Kushina. Mata Kushina membulat lebar saat merasakan satu jari Naruto memasuki lubang peranakannya. "Ku-kumohon ja-jangan..." pinta Kushina dengan air mata yang sudah siap jatuh dari kelopak matanya.
Naruto menjilati bibirnya. "Sebelum aku membunuhmu, aku ingin merasakan vagina wanita hamil," ucap Naruto melanjutkan ucapannya yang terputus tadi.
Tubuh Kushina gemetar hebat saat laki-laki itu naik ke atas tempat tidur dan melepas celananya dengan sangat cepat. Kedua tangannya mengangkat pinggul Kushina sehingga Naruto bisa memasukkan penisnya dengan mudah.
"AAKKHHHH!" teriak Kushina kencang saat sesuatu yang keras memasuki vaginanya. Belum sempat Kushina menghembuskan napas, laki-laki jahanam di atasnya sudah lebih dulu menggenjot tubuhnya dengan membabi buta.
"Kau nikmat sekali, Bu shh..." ucap pria itu sembari mendesis nikmat. Tangannya sengaja mengelus perut buncit Kushina yang mau tak mau membuat Kushina meremang.
Pria bernama Namikaze Naruto itu terus memaju mundurkan tubuhnya tanpa mengurangi tempo gerakannya tak peduli dengan keadaan Kushina yang terus saja berteriak dan menangis di bawahnya. Memang benar apa kata orang, tubuh wanita hamil itu lebih nikmat dan lebih mudah membuat orang terangsang.
"Ku... akh mohon... hiks berhen-" ucapan Kushina terpotong saat Naruto tiba-tiba mencium bibirnya menggebu-gebu. Kushina berusaha menutup mulutnya dan terus menggerakan kepala ke kanan atau ke kiri agar Naruto tidak dapat menciumnya.
"Cih! Menyebalkan!" decak Naruto kemudian melepaskan kejantannya dari liang Kushina. "Akan kubuat kau menyesal karena menolak ciumanku, Bu!" lanjutnya.
Sejenak Kushina dapat bernapas lega karena sakit di vaginanya berangsur menghilang. Ia memejamkan matanya dan berharap bahwa semua ini hanya mimpi buruk. Tapi-
PLAK!
Tamparan keras pada perutnya membuat Kushina seketika itu juga membuka matanya. "Apa yang... kau lakukan?!" Kushina berusaha membentak dalam ketakutannya.
Mata Kushina bertemu dengan mata Naruto. Laki-laki itu menampilkan seringaian yang seketika itu juga membuat Kushina merinding. "Sudah kubilang aku akan menghukummu, Bu."
BUG!
Pukulan Naruto terasa begitu cepat menghantam perut buncitnya. Kushina bahkan tidak bisa berteriak karena rasa sakit yang melanda perutnya. Mulut Kushina hanya dapat terbuka tanpa mengeluarkan suara, air matanya kembali menetes.
'Anakku...' ucapnya dalam hati.
"Sebaiknya kau jangan banyak tingkah jika tidak ingin menerima pukulan lagi," ancam Naruto. Kushina yang tidak ingin kehilangan anaknya segera menganggukkan kepalanya dan terus berdoa agar Naruto segera sadar dan menghentikan perbuatannya ini.
Naruto menjilat bibir bawahnya dengan masih menyisakan seringaian di wajahnya. "Kalau ibu menurut, aku akan memberikan lebih banyak waktu untukmu agar dapat hidup," ucapnya sebelum kembali merangkak ke atas badan Kushina.
Lelaki itu lagi-lagi memasukkan penisnya ke dalam vagina Kushina. Wanita yang sekarang bermarga Namikaze itu menggigit bibirnya agar tidak ada desahan yang keluar dari bibirnya. Kushina benci mengakui ini, tapi penis Naruto memang lebih besar dari Minato. Dan Kushina yakin rasanya pasti nikmat kalau saja dia tidak bermain kasar.
"Shh uh!" Naruto sudah kembali mendesis dengan permainan cepat kesukaannya. Tak terhitung sudah berapa jumlah wanita yang pernah ia tiduri, tapi ini adalah pengalaman pertamanya menyetubuhi wanita hamil.
Tangan Naruto kemudian mengelus perut buncit Kushina dengan gerakan memutar.
"Ngh!"
Fokus Naruto teralihkan saat penisnya mendadak terasa basah. Senyum mengejek terpatri di wajahnya. "Kau keluar, Bu. Kenapa tidak mengaku saja kalau kau juga menyukai permainan ini, hn?"
Kushina sedikit bergidik saat anaknya itu mengelus pipinya.
"Kau cantik," tambah Naruto sebelum melumat bibir Kushina gemas. Kali ini Kushina tak melawan dan membiarkan Naruto berbuat seenaknya. Dia tidak ingin kandungannya dipukul seperti tadi lagi.
Kedua tangan Naruto yang sejak tadi masih mengelus perut Kushina sekarang berpindah ke dada wanita itu. Diremasnya kedua payudara Kushina dengan sangat keras tak peduli kalau pemiliknya mulai mengerang kesakitan di tengah pagutan Naruto.
"Ya ampun, kau sungguh nikmat, Bu," Naruto kemudian menjauhkan wajahnya dan kembali menggenjot tubuh Kushina. Naruto dapat merasakan vagina Kushina sedikit menjepit kejantanannya dan Naruto tahu kalau sebentar lagi wanita di bawahnya itu akan kembali merasakan orgasme. Dan benar saja beberapa saat kemudian cairan Kushina kembali membasahi penis Naruto.
"Hah hah hah," Kushina bernapas putus-putus. Matanya mulai kurang fokus ditambah dengan rasa nyeri pada vaginanya. "UHK!" Naruto semakin mempercepat gerakannya bahkan sampai membuat tubuh Kushina terhentak-hentak kencang.
"Ibu curang sekali," decak Naruto sebal saat mengetahui Kushina sudah keluar dua kali sedangkan dirinya bahkan belum keluar satu kali pun. Tapi harus Naruto akui kalau tubuh Kushina membuatnya terangsang terus.
"Shh," akhirnya rasa meremang itu dirasakan Naruto. Sebentar lagi dia akan mencapai titik klimaksnya. Semakin mendekati titik itu membuat Naruto semakin menaikkan tempo permainannya. Saking tidak sabarnya, Naruto dengan sengaja memeluk tubuh Kushina dan membiarkan tubuhnya membebani Kushina.
Mata Kushina membulat saat merasakan tubuh berat Naruto menekan perutnya. "Sa.. akh... kit," ucapnya terputus-putus.
Berkebalikan dengan Kushina yang merasakan sakit, Naruto justru merasakan nikmat yang tiada tara saat penisnya menyemburkan sperma ke dalam vagina Kushina. Entah berapa kali penisnya menembakkan sperma, Naruto tidak tahu, yang penting ia merasa begitu nikmat bahkan sampai membuatnya mendesah panjang. Biasanya Naruto bahkan jarang mendesah saat bercinta, tapi tubuh Kushina benar-benar berbeda.
Setelah selesai menumpahkan spermanya ke dalam Kushina, Naruto benar-benar menjatuhkan tubuhnya di atas Kushina. Lelaki itu tersenyum miring saat merasakan perut buncit Kushina sedikit mengganjalnya.
"Ghh! Ghh!"
Dapat dirasakannya Kushina bergerak gelisah di bawahnya berusaha membuat tubuh Naruto menjauh walau hasilnya nihil. "Adikku bergerak gelisah, Bu," bisik Naruto tepat di telinga Kushina. Karena perutnya yang menekan langsung perut Kushina, Naruto bahkan dapat merasakan pergerakan liar bayi dalam kandungan Kushina karena mendadak mendapatkan beban berat.
Air mata Kushina sudah tak dapat keluar lagi. Wanita itu menggigit bibirnya keras saat rasa sakit hebat terasa di perutnya. Napasnya memburu dan Naruto suka mendengarnya. Pria itu malah asik mengemut telinga Kushina tak peduli dengan erangan tertahan dan tangis Kushina.
Kushina mengepalkan kedua tangannya yang masih terikat di ujung ranjang demi menyalurkan rasa sakitnya.
BSHHH!
Naruto tersenyum merasakan cairan merembes dari vagina Kushina dan mau tak mau membuat penisnya juga ikut basah. "Air ketubanmu pecah, Bu. Bagaimana ini, hn?" tanya Naruto sambil tertawa sinis.
Kushina hanya menatap horor langit-langit ruangan tempatnya berada. Kakinya gemetar saat rasa sakit di perutnya semakin menjadi-jadi. Bukannya bangun dari posisinya, Naruto malah dengan sengaja semakin mengeratkan pelukannya pada Kushina dan semakin membuat perut buncit Kushina tertekan.
"Aku penasaran, Bu..."
Kushina melirik sekilas Naruto dengan peluh yang sudah membanjiri tubuhnya.
"Ghhh!" erang Kushina tertahan.
"... dengan wajah adikku. Aku jadi ingin melihatnya sekarang," lanjut Naruto yang semakin membuat Kushina ketakutan. Di detik ini, Kushina sadar kalau dirinya akan kehilangan anaknya.
Setelah mengetahui air ketuban Kushina pecah dan membasahi penisnya, Naruto dengan cepat bangun dari posisi tidurnya. Kushina merasakan beban di tubuhnya berkurang sehingga membuatnya membuka matanya. Mata itu terlihat sangat sayu ditambah dengan keringat yang membanjiri wajahnya. Ringisan kecil terus terdengar dari bibir mungil tersebut.
"Hn, bagus, sebentar lagi selesai," ujar Naruto sambil merenggangkan otot-ototnya. "Aku sudah lelah bermain-main. Kita selesaikan saja semuanya, Bu."
Ucapan Naruto membuat Kushina ngeri tapi sejujurnya dia sudah pasrah. Kalau hidupnya akan berakhir di tempat ini, Kushina akan menerimanya dengan lapang dada.
BUG!
Kushina membuka mulutnya tanpa bisa bersuara saat merasakan pukulan keras pada perutnya. Ada cairan yang semakin banyak keluar dari vaginanya.
Cairan yang tadinya berwarna putih keruh sekarang berubah berwarna kemerahan. Naruto tersenyum senang melihatnya. "Wah akhirnya, aku hampir lupa kalau aku ingin melihat wajah adikku."
Dengan secepat kilat, Naruto segera naik ke atas tempat tidur dan mendudukan dirinya di atas dada Kushina dengan memunggungi wanita itu. Kushina yang sudah kehabisan tenaga hanya bisa meremas kedua tangannya tanpa bisa berteriak lagi.
Tapi saat kedua tangan Naruto meremas perutnya dan mendorongnya ke arah vaginanya dengan paksa, Kushina seakan menemukan suaranya lagi. "AAKKHHHHHHH! SAKITTTT!" teriaknya kencang.
Napas Kushina memburu saat merasakan bayinya dipaksa keluar. Seluruh perutnya terasa sakit dan vaginanya berkedut-kedut saat menerima dorongan dari dalam. Kedua kaki Kushina bergerak-gerak gelisah.
"Suaramu indah sekali." Naruto semakin mengencangkan dorongannya pada perut Kushina. Kedua mata Naruto sedikit membesar saat melihat vagina Kushina sedikit mengembung. "Itu pasti kepalanya."
Naruto semakin semangat mendorong saat melihat semakin banyak darah yang keluar dari tubuh bagian bawah Kushina. Teriakan Kushina seakan menjadi lagu penyemangatnya untuk terus bergerak. Sedikit rambut berwarna pirang terlihat dari vagina Kushina.
"Sayang sekali, warna rambutnya tidak sama denganmu, Bu."
Kushina sudah tidak dapat melakukan apapun lagi. Ia hanya bisa berteriak yang makin lama terdengar makin kecil. Mata Kushina membulat saat sesuatu yang besar menerobos lubang vaginanya diikuti teriakan gembira Naruto.
"Aku melihatnya," ucap Naruto dan menghentikan gerakan mendorongnya, membiarkan kepala bayi Kushina yang sudah lolos dari tubuh Kushina. Tangan Naruto sejenak mengusap perut Kushina yang masih membuncit. "Badannya masih di sini. Tapi sepertinya ibu sudah kelelahan, jadi kita hentikan saja."
Lelaki itu bangkit dari tubuh Kushina, meregangkan ototnya dan mengenakan pakaiannya lengkap. Semua peralatannya miliknya ia rapikan dan ia masukkan ke dalam tas ransel miliknya.
Setelah selesai merapikan semua miliknya. Naruto menoleh ke arah tempat tidur. "Ibu sedang tertidur atau sudah mati?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Naruto kembali mendekat pada tubuh Kushina. Diperhatikannya kepala bayi Kushina yang tersangkut di selangkangan wanita itu. "Sekarang rambutnya berwarna merah. Sebentar lagi pasti kasur ini juga berwarna merah."
"Selamat tinggal, Bu," lanjutnya kemudian berjalan pergi dari gedung tua yang merupakan bekas hotel itu. "Sekarang aku hanya perlu membakar tempat ini."
.
.
.
FIN
