Request 1: Naruto x Shinobu.

Naruto by Masashi Kishimoto.

Kimetsu no Yaiba by Koyoharu Gotouge.

Warning: Lemon/Smut, Porn Without Plot, OOC, AU, Typo, and lainnya.

...

..

.

Book of Smut: Doctor

...

Naruto mengela napas untuk kesekian kalinya, dia saat ini sedang berjalan menuju ke sebuah klinik yang tak jauh dari apartemennya, beberapa badannya sakit karena bekerja terlalu lama di kantornya. Ia ingin segera memeriksa tubuhnya yang sudah mulai terasa sakit itu pada dokter berada di klinik terdekat. Tempatnya tak terlalu ramai oleh pasien, jadi Naruto mungkin bisa langsung masuk ke dalam untuk berobat.

Setahu Naruto, klinik tersebut dijalankan oleh seorang gadis cantik dengan rambut hitam serta ujungnya yang berwarna ungu, gadis itu juga memiliki mata yang berwarna ungu, pemuda itu mengenalnya sebagai Dokter Shinobu Kocho. Gadis yang beberapa tahun lulus dari kuliah kedokterannya lalu membuka praktek di sekitar daerah rumahnya.

Kebetulan apartemen Naruto dekat dengan tempatnya praktek dan dia akan segera berobat.

Beberapa saat kemudian, Naruto sampai pada klinik tersebut, dia langsung masuk ke dalam tempat itu karena klinik milik Shinobu masih bertuliskan buka, dan tak ada pasien di tempat itu.

"Permisi!"

Naruto mengerutkan dahinya, dia melihat tak ada orang di dalam tempat itu, sepertinya pemilik tempat ini sedang ada urusan lain, pikir Naruto. dia pun segera duduk di kursi tunggu khusus pasien.

"Ara, Uzumaki-kun?" Sosok gadis cantik berambut hitam dengan ujungnya yang berwarna ungu keluar dari sebuah ruangan, gadis itu membawa jas dokternya lalu memakainya. "Ada keluhan? Kemarilah!" Shinobu menyuruh Naruto untuk masuk ke dalam ruangan pemeriksaan. "Silahkan tiduran di ranjang pasien!"

Naruto mengangguk kecil, dia pun mengikuti perintah dari Dokter Shinobu untuk tiduran di atas ranjang pasien, Shinobu mulai memeriksa tubuh Naruto, dimulai dengan tensi, lalu detak jantung serta beberapa pemeriksaan basic lainnya.

"Keluhannya? Tapi jika dilihat lagi, semuanya normal."

"Anu, tubuhku banyak yang sakit, terutama di bagian kedua kaki serta pinggang, mungkin karena aku banyak duduk."

Shinobu terlihat berpikir sejenak, dia pun pergi ke sebuah lemari yang tak jauh dari tempat tidur pasien. Dia memilah obat lalu meraciknya untuk diberikan pada Naruto. Sementara, pemuda itu melihat bagaimana ketatnya celana panjang yang dikenakan Shinobu, pantatnya tercetak jelas membuat kedua pipinya merona saat itu juga. Naruto mengalihkan pandangannya ke arah lain, namun tidak dengan gundukan yang tercetak jelas di celana panjangnya.

Dengan segera Naruto mengambil selimut untuk menutupi gundukan tersebut, dia tak mau Shinobu melihat gundukan itu atau dia akan malu saat Shinobu melihatnya.

"Namikaze-kun? Kenapa kau memakai selimut?"

Naruto berkeringat dingin mendengarnya, dia menggaruk pipinya yang tak gatal itu. "A-anu, aku hanya kedinginan Dokter Kocho."

Shinobu hanya tersenyum tipis, dia lalu memberikan obat tersebut pada Naruto. "Ini obat untukmu Namikaze-kun. Lalu..." Shinobu pun melirik ke bagian tengah selimut tersebut, senyuman tipis itu semakin melebar, tangannya terangkat dan menyentuh bagian tersebut. "Apa Namikaze-kun mau di tidurkan?"

Naruto terkejut setengah mati saat Shinobu menyentuh adiknya yang sedang berdiri itu. Shinobu langsung menarik selimut tersebut dan melihat gunduan yang lumayan besar itu. "Ko-kocho—"

"Panggil Shinobu saja saat kita sedang berdua, jadi aku akan memanggilmu Naruto-kun juga." Naruto tak membalas sama sekali, dia masih terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Shinobu saat ini. "Naruto-kun, bisakah kita mulai? Shinobu-chan ini ingin melihatnya." Kedua mata biru itu menatap gadis itu, senyuman manis itu membuat Naruto mengalihkan wajahnya ke arah lain.

Sementara Shinobu mulai beraksi, kedua tangannya dengan pelan menurunkan resleting celana yang dikenakan Naruto saat ini, lalu membuka kancing celana tersebut. Naruto meneguk ludahnya kasar saat Shinobu menyingkap celana panjang serta celana boxer yang dikenakannya, gadis itu mengambil sebuah benda yang sedari tadi ereksi.

"Naruto-kun."

"A-ada apa Kocho-san?"

"Sudah kubilang panggil saja Shinobu," ujar gadis itu, dia menggenggam erat benda milik benda itu, membuat Naruto meringis merasakannya. Shinobu pun mulai menggerakkan tangannya naik turun dengan tempo pelan. "Jadi Naruto-kun, apa yang kau rasakan sekarang?" Naruto tak menjawabnya, dia menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahan yang akan keluar saat Shinobu menggerakkan tangannya.

"Aku..."

Shinobu tersenyum tipis, dia melepas genggamannya dari adik Naruto, membuat pemuda itu mendesah kecewa. "Ara, ara..." Shinobu hanya tersenyum jahil melihatnya, dia kemudian melepas jas dokternya serta pakaian bagian atasnya. Terlihat payudara yang dilindungi oleh bra hitam dengan motif kupu-kupu hitam membuat Naruto kembali meneguk ludahnya kasar. Shinobu melepas bra miliknya lalu membuangnya ke sembarang tempat.

Payudara indah dengan puting susu berwarna merah jambu terpampang jelas di depan Naruto, Shinobu sendiri merangkak di atas tubuh Naruto dengan senyuman mesumnya. Gadis itu duduk tepat di penis tegang Naruto, dia mengapitnya menggunakan paha yang masih terbungkus celana jeans. "Sh-shinobu... uhh..."

"Apa kurang nyaman saat penismu di apit oleh paha yang masih memakai celana?" Naruto mengangguk kecil, Shinobu tersenyum kecil, dia kemudian beranjak dari tempat tidur tersebut lalu membuka celana hingga celana dalamnya. Kali ini dia sudah telanjang bulat di depan Naruto, membuat pemuda itu terbangun dari tempatnya merebah. "Ara, Naruto-kun?" Shinobu memiringkan kepalanya melihat kelakuan Naruto, mata berwarna ungu itu menatap Naruto yang sedang membuka seluruh pakaiannya.

Pipi putih Shinobu merona seketika saat melihat tubuh telanjang Naruto yang entah kenapa membuat tubuhnya panas. Naruto segera menarik Shinobu untuk duduk di atas pangkuannya, kebetulan ranjang itu pendek jadi Shinobu tak perlu alat untuk naik ke atas ranjang.

Naruto menciumi wajah cantik Shinobu, tangan lebarnya merangkak kebelakang hingga sampai pada rambut Shinobu yang dikuncir, dia melepasnya hingga rambut Shinobu tergerai sampai bahunya. Ciuman Naruto pun turun ke leher putih gadis itu, dia memberikan beberapa bercak merah di sana, kedua tangan Naruto mulai memainkan payudara Shinobu.

Pemuda itu meremasnya dengan lembut serta memainkan puting susu Shinobu, gadis itu mendesah kecil saat putingnya di cubit kecil oleh Naruto, dia juga merasakan jika bagian bawahnya sudah mulai basah akibat rangsangan yang diberikan Naruto saat ini. Kedua tangan Shinobu bertumpu di dada bidang Naruto, sementara itu ciuman Naruto beralih ke payudara Shinobu.

Lidahnya bermain-main dengan puting susu Shinobu, dia juga tak lupa untuk menyesap puting susu yang sudah tegang tersebut, desahan kecil terus keluar dari mulut dokter itu, tubuhnya benar-benar dibuat tak karuan oleh Naruto saat ini.

Shinobu mengambil napas sebanyak mungkin, Naruto juga menghentikan kegiatannya saat ini. Pemuda itu mendongak menatap wajah cantik Shinobu yang saat ini sedang terengah-engah. "Naruto-kun..."

"Shinobu-san..."

Keduanya mendekatkan bibir mereka, Naruto mencium bibir Shinobu dengan mesra, kedua tangan gadis itu memeluk leher Naruto untuk memperdalam ciuman mereka.

-o0o-

Shinobu tertawa kecil melihat tingkah Naruto yang malu karena dia sedang menungging tepat di depan pemuda itu. "Naruto-kun, kenapa malu?" Naruto menutup wajahnya yang merona. "Ayolah Naruto-kun."

"Ta-tapi aku masih perjaka."

"Dan perjakamu akan hilang bersama keperawananku! Ayo cepat!"

Naruto cemberut, dia mengarahkan penisnya yang ereksi itu untuk masuk ke dalam liang senggama Shinobu, gadis itu sendiri mengarahkan penis Naruto untuk masuk ke dalam tubuhnya. Naruto mendorong pinggulnya dengan pelan, dia merasakan rahim Shinobu yang mulai menjepit penisnya, Naruto menggigit bibir bawahnya saat merasakan sebuah kenikmatan saat berada di dalam liang tersebut.

Shinobu sendiri mendesis nikmat saat penis Naruto masuk. Naruto terus mendorong pinggulnya hingga penisnya masuk setengahnya ke dalam vagina Shinobu, gadis itu mengerang saat ada yang menerobos vaginanya yang masih perawan itu. Dia merasakan sakit seolah di tusuk oleh jarum yang sangat banyak di dalam sana, kedua tangannya mencengkram sprei putih yang menutupi ranjang pasien itu.

"Ge-gerakkan pinggulmu, Naruto-kun."

Naruto mengikuti perkataan Shinobu, dia menggerakkan pinggulnya. Gadis itu mulai mendesah saat penis Naruto keluar masuk di dalam tubuhnya, wajahnya merona dengan bibir bawahnya yang dia gigit, perasaan geli terasa di vaginanya saat ini, kedua tangannya mulai tak kuat untuk bertumpu di atas kasur pasien itu, dia menenggelamkan wajahnya pada bantal yang biasa digunakan para pasien untuk diperiksa.

Naruto sendiri menarik tubuh Shinobu, hingga punggung gadis itu menempel pada dada bidang Naruto, pemuda itu kemudian memeluk tubuh mungil tersebut serta menggigit leher Shinobu. Tubuh gadis itu menegang sesaat setelah merasakan gigitan dari Naruto, dia juga merasakan bahwa payudaranya tengah dimainkan oleh pemuda pirang itu.

Desahan nikmat terus dikeluarkan oleh Shinobu, cairan yang ada di dalam vaginanya membuat penis Naruto semakin cepat saat berada di dalam tubuhnya. "Fuaahh!" desah Shinobu, kedua puting susunya saat ini sedang di tarik oleh Naruto. "Na-naruto-kun!"

Naruto tak menanggapi panggilan Shinobu, dia menjilati leher putih itu hingga ke bahu Shinobu. Kedua tangannya masih setia memainkan payudara gadis itu. "Shinobu-san aku..."

"Keluarkan semua! Penuhi rahimku dengan spermamu!"

Naruto mempercepat tempo gerakan pinggulnya, dia benar-benar ingin mengeluarkan semua spermanya dan memenuhi rahim Shinobu dengan cairan tersebut, Shinobu sendiri masih terus mendesah menikmati setiap inchi dari penis Naruto yang berada di dalam tubuhnya.

"Aku keluar!"

"Hngggg!"

Keduanya pun klimaks secara bersamaan, tubuh Shinobu mengencang saat dia mengeluarkan cairannya yang membasahi sprei putih itu, sementara Naruto mengeluarkannya di dalam rahim Shinobu hingga spermanya meluber keluar dari dalam vagina itu.

-o0o-

Shinobu meletakkan dua gelas berisi teh hangat di mejanya, dia saat ini hanya memakai kemeja putih yang tak dia kancingkan sama sekali, tak ada pakaian dalam yang melindungi vaginanya serta payudaranya yang menggairahkan itu. Naruto sendiri hanya terdiam dengan wajah merah merona, dia benar-benar tak menyangka akan berakhir seperti ini.

Dia yang seharusnya ingin meminta obat untuk tubuhnya, malah dibuat semakin parah setelah pergumulannya dengan Shinobu. Helaan napas kembali keluar dari mulutnya setelah mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

"Well, Naruto-kun."

"A-ada apa Shinobu-san?"

Shinobu meminum tehnya, dia menatap Naruto sembari berjalan ke arah pemuda itu. "Kesan pertamaku saat berhubungan badan dengan seorang lelaki sepertimu itu..." gadis yang telah sudah tak perawan lagi itu duduk di atas paha Naruto. "...Menyengankan."

"Menyenangkan?"

"Tentu, aku sudah melihatmu sedari kau pergi bekerja lalu pulang bekerja, mungkin kau harus keluar dari pekerjaanmu dan menjadi asisten pribadiku." Naruto terdiam dengan ajakan Shinobu. "Tentunya bayaran yang kau terima bukan hanya uang, tapi tubuhku juga." Suara Shinobu seolah berbisik pada Naruto, dia tersenyum tipis dengan rona merah di kedua pipinya.

"A-apa?"

"Kau boleh memakai tubuhku, tapi sebelum itu kita menikah terlebih dahulu!"

"Hah!?"

...

..

.

END

Request pertama selesai!