Karena banyak dari kalian yang menyukai Sour Candy, kurasa akan seru jika aku membuat cerita tentang keluarga mereka hehe. Cerita ini tidak ada alur cerita, hanya berisi cerita-cerita pendek tentang keluarga mereka. Alur waktu bisa berubah-ubah, kuharap kalian tidak bingung.
Dan semua cerita per chapter langsung tamat, idenya fresh karena aku menyukai keluarga ini. Ini adalah rincian umur mereka, semoga kalian tidak bingung.
Umur Gaara 23 ketika ia mengadopsi Shinki umur 3 tahun. Umur 24 Gaara menikah dengan Sakura dan ketika umur 25 mereka memiliki Akira, umur 27 Gaara memiliki si kembar.
Cerita ini ketika Shinki berumur 17 tahun, akira 12, dan si kembar 10 tahun
ini adalah cerita bagaimana mereka mendapatkan anak terakhir mereka. Cerita ini ada di sour candy
Lanjut atau tidak di tentukan antusias kalian, kuharap kalian menyukainya
Kuharap kalian membaca sour Candy untuk tahu cerita awalnya seperti apa
-sour-
Suasana malam yang tenang, Gaara dan Sakura tengah beristirahat dari lelahnya pesta pernikahan mereka.
"Sakura kau tahu, bahwa ketika kau menikahiku. Mungkin hari ini adalah hari terakhir kita," ucap Gaara, ia menatap wanita cantik berambut pendek dalam pelukannya, tangan kanannya menyentuh rambutnya, mengecup keningnya pelan dan menatapnya lagi.
"Aku tahu," ucap Sakura dengan parau, ia menatap wajah pria yang baru saja menjadi suaminya. Malam pertama mereka yang indah dan suaminya merusaknya dengan perkataan yang membuat suasana bertambah gelap.
Ia bangkit dari baringnya, menaiki tubuh Gaara. "Karena itu setiap hari adalah hal yang berharga untuk kita," ucapnya, mencium bibir Gaara seolah pria itu bisa pergi begitu saja.
-sour-
"Karena ucapan seperti itulah kini aku memiliki empat anak! Damn you Sabaku!" ucap Sakura merengut, ia menatap suaminya yang sedang tersedak akibat ucapan istrinya sendiri.
Gaara membereskan dirinya, merapikan kacamatanya dan menatap Sakura. "Ada apa?"
"Kuharap ini yang terakhir Gaara, aku tidak mau punya anak lagi," ucap Sakura, ia memakan roti tawarnya dan memandang masam kepada suaminya.
Gaara berusaha memalingkan topik sensitif ini, "Apa kau sudah mempersiapkan semuanya, kita akan ke Konoha mengurus ujian Chunin, jangan sampai ada yang tertinggal," ucap Gaara, ia membuka korannya, berusaha mengalihkan pandangan dari tatapan tajam istrinya.
"Mommy, berapa lama kau akan pergi ke Konoha," tanya Shinki, pria itu kini berumur tujuh belas tahun, tampak gagah untuk anak seumurnya.
"Lima hari Shinki, bisakah kau menjaga adik-adikmu?" tanya Sakura, mengusap kepala Shinki, kemudian memeluknya.
Shinki hanya menganguk, "apa kau akan pergi misi?" tanya Sakura.
"aku dan Akira sibuk dalam lima hari kedepan," ucap Shinki menatap wajah ayahnya.
Dua pasang mata menatap ke arah Gaara yang kini tenggelam di balik koran yang ia baca. "Good luck Shinki," jawabnya dari balik korannya.
Sakura mengamati suaminya, tentu Gaara merencanakan sesuatu. Mereka bisanya mengajak anak-anak mereka. Tapi kali ini tidak, dengan alasan hanya lima hari dan jadwal mereka padat. Si kembar, tiba-tiba memiliki study tour ke sebuah desa di Suna. Bahkan itu adalah program pertama mereka di sekolah itu.
Jadwal mereka memang padat, Sakura memiliki tugas untuk membantu mengawal rumah sakit Konoha. Sebelum menikahi Sakura, Gaara berjanji bahwa Sakura akan tetap membantu Konoha walaupun ia menjadi milik Suna, dengan berat hari Naruto memberi persetujuan untuk pernikahan mereka.
Tentu Sakura dengan senang hati membantu untuk mengawasi jalannya ujian chunin mengingat sebentar lagi Akira, putra kedua mereka akan memasuki ujian chunin, seorang anak yang memiliki kemampuan kontrol cakra yang baik dan ia bisa mengendalikan pasir, membuat Sakura kesusahan untuk mengurusnya ketika bayi.
Hanya Tuhan dan Gaara yang bisa mengurus anak kecil itu. Sebuah memori berputar dalam otak Sakura.
Sakura menjerit histeris ketika melihat Kazekage mereka membawa putra mereka di pundaknya, menyerahkannya kepada istrinya yang terkejut dengan keadaan putra kedua mereka. Baju Akira lecet-lecet dan beberapa luka beset di bagian lulut dan tangannya.
Dengan sigap Sakura segera mengurus putranya. Membaringkan anak kecil itu keranjang tempat tidur rumah sakit Suna.
"Apa yang kau lakukan!" seru Sakura tidak senang.
"Berlatih dengannya," ucap Gaara acuh, ia masih menatap putranya yang tertidur lelap, terlalu lelah karena berlatih dengan ayahnya.
"Jangan terlalu keras kepadanya dia masih kecil," ucap Sakura, menyembuhkan bekas luka pada putranya.
"Ayahku sudah melatihku dari umur lima tahun Sakura, aku akan melakukan hal yang sama dengan Akira," ucap Gaara, ia menatap putranya yang memiliki rambut merah sepertinya, ia tidak mentraning putranya dengan kejam seperti ayahnya, ia hanya melatih putranya bahkan 20% dari kebrutalan ayahnya. Tetapi karena cakra mereka tidak sekuat Gaara, akhirnya Akira terlelap karena kelelahan.
"Aku tahu tapi dia terlalu muda, Jangan menyiksanya," ucap Sakura, membuka pakaian putranya, memeriksanya apakah ia mendapatkan luka di dalam tubuh putranya. Sakura tahu Gaara akan menjaganya, tetapi melihat putranya seperti ini ia tidak menyukainya.
"Aku tidak menyiksanya, aku juga melaluinya ketika aku muda. Kau lihat aku baik-baik saja," ucap Gaara sedikit kesal, ia melipat kedua tangannya.
Sakura hanya menatap suaminya ngeri, Gaara saat ini bukanlah Gaara yang dulu masih kecil. Bahkan terkesan pembunuh haus darah ketika ia muda, Sakura mengeleng perlahan, ia tidak akan membiarkan putra kecilnya tumbuh sama serperti ayahnya.
"Kau hanya boleh melatihnya selama dua jam Anata," ucap Sakura, tentu Gaara protes.
"Apa dua jam? ia tidak akan mendapatkan apa-apa hanya dua jam, Sakura!" seru Gaara.
"Dua jam atau aku akan memotong jatahmu Gaara?" tanya Sakura menatap suaminya.
Gaara mengeram, hendak protes, kemudian memalingkan muka. "Baiklah dua jam," ucap Gaara berbalik dari pintu. Kemudian berbalik dan pergi. "Aku akan pulang cepat malam ini," ucap Gaara, Sakura dapat melihat seringai dari senyuman suaminya.
Membuat Sakura menghela nafas bahwa cara itu masih berhasil kepada Kazekage yang keras kepala.
Suara berat Gaara menyadarkan Sakura kembali ke waktu yang sekarang.
"Sebentar lagi kereta akan datang Sakura," ucap Gaara, ia mengerakkan pasirnya sehingga beberapa koper sudah mengambang di atas pasir. Ia memeluk tubuh Sakura dan mengaktifkan jurus transpotasi miliknya.
-sour-
Sakura berusaha menghindari Gaara, itu terlihat jelas. Setiap kali Gaara memeluknya, Sakura akan berusaha untuk melepaskannya kali ini Gaara tidak akan melepaskan Sakura dengan mudah. Gaara berjalan perlahan, mata hijaunya menatap Sakura yang hanya mengenakan gaun malamnya. Sakura masih asyik menatap laporan perkembangan rumah sakit Konoha. Bertemu dengan teman-teman lama dan rekan-rekannya adalah hal yang menyenangkan untuknya.
Sakura tidak menyadari bahwa Gaara berada disana dan tiba-tiba memeluknya, membanting dirinya ke kasur, menimpanya dengan cepat. Terlalu cepat sampai Sakura tidak bisa menghindar.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Sakura mengerang.
"Kenapa kau menjauhiku?" tanya Gaara pelan.
"Aku tidak menjauhimu!" seru Sakura, berusaha meyakinkan suaminya tapi sia-sia. Sakura memang menjauhi Gaara, karena ia yakin Gaara merencanakan sesuatu. Memiliki banyak anak dan pekerjaan mereka yang padat terkadang membuat keintiman mereka berkurang, perjalanan seperti ini terkadang mampu meningkatkan api dalam rumah tangga mereka tapi Sakura tidak menginginkan anak dan Gaara pria itu tampak tidak keberatan memiliki banyak anak.
"Kau menjauhiku," ucapnya tegas dan wajahnya cemberut. Ia menatap Sakura yang berusaha melepaskan dia dari cengkraman tangan suaminya.
"Baiklah iya, tapi aku sibuk. Aku mengurus rumah sakit, aku tidak mau Akira terluka kau tahu," ucap Sakura lagi, matanya memperhatikan dinding yang ada di seberang.
"Aku Kazekage Sakura, aku mengawasi ujian itu dan kupastikan Akira tidak akan terluka sampai parah," ucap Gaara.
"Tapi ujian Shinki tidak seperti itu," ucap Sakura protes.
"Shinki tidak terluka sedikit pun Sakura. Aku mendapat luka ini ketika aku chunin," ucap Gaara, melepaskan pakaiannya, melemparkan sembarangan ia menujuk luka yang ada di dadanya. Sakura mengetahui dengan jelas daripada Gaara mendapatkan luka itu.
"Aku hanya khawatir," ucap Sakura menghela nafas panjang.
"Tenanglah," ucap Gaara, membelai pipi Sakura, mengecup keningnya dan turun ke hidungnya, menatap lagi. "Kau cantik dan kita memiliki banyak waktu disini," puji Gaara.
Sakura tersenyum memerah. "Kau benar, kurasa aku terlalu khawatir,"
Gaara hanya tersenyum.
-sour-
Dua bulan kemudian
Sakura menatap ngilu, ia membanting benda kecil di tangannya dan mengambil benda kecil lainnya. Hasilnya sama, semuanya sama tidak ada yang berbeda.
"Positif sialan!" erang Sakura gemas.
Seharusnya Sakura tidak mempercayai Gaara. Sedikitpun tidak. Anak-anak mereka baru dewasa dan itu menyenangkan buat Sakura dimana ia bisa bebas mengejar karir.
Tapi Gaara ingin memperluas pohon keluarganya!
Sakura menghela nafas, ia mengambil tes pack lagi dan menatap horor berdoa bahwa hasilnya negatif.
Harapan Sakura sepertinya tidak bekerja. Ia keluar dari kamar mandi dengan kesal, menatap suaminya yang masih membaca koran di atas kasur.
Gaara memperhatikannya, menatap dengan bingung. "Ada apa?"
"Kau menyebalkan Gaara!" serunya protes, meleparkan tes pack ke wajah Gaara dengan sigap pasir Gaara menangkapnya, membawanya, memperhatikan dua garis di benda itu. Gaara tersenyum lebar.
"Aku tidak menginginkan anak lagi!" ucap Sakura mengerang, membanting pintu kamar dan menghilang.
Seharusnya Sakura menghindarinya pada waktu mereka di Konoha, seharusnya Sakura tidak mudah percaya akan kata-kata Gaara, dia selalu lemah akan pria itu dan kenapa mereka pergi di saat pohon Sakura bermekaran.
Hormon-hormon sialan.
-to be continued ?-
Next or bye?
Hello guys aku juga mengambar Gaasaku, jika kalian tertarik melihatnya, feel free to click my bio.
Menurut kalian next or not.
Murni fun, mengingat aku masih memiliki cerita lain yang masih kugarap. Tapi Gaara sang Kazekage selalu mengggoda untuk ditulis.
Kalau kalian penasaran tentang apa seperti kapan Gaara mengajak Sakura berkencan dkk, feel free untuk menuliskannya di kolom review. Kalau aku dapat idenya aku akan membuatnya hehe.
Check another story in my profile, bye-bye.
