VIDEO musik cover Sawamura Eijun kembali melejit, padahal baru lima jam setelah video itu di post, sekarang sudah memiliki satu juta views. Dari tempat duduknya, Kazuya yang mendengarkan lagu itu, mengetuk jari-jarinya di atas meja dengan tatapan seperti elang perhatiannya tidak pernah lepas dari wajah Eijun. Wajah pria yang lebih muda satu tahun darinya itu—seperti biasa selalu tersenyum, matanya memancarkan kerlipan tulus yang hangat. Ia selalu di buat jatuh cinta pada pria itu. Ia ingin memeluk Eijun, menaruh dagu di atas bahunya, atau mendengarkan Eijun bersenandung sambil mengusap punggungnya. Ia ingin mencium bibir pria itu dengan lembut, ia ingin Eijun mendesahkan namanya keras-keras, ia bahkan ingin mengurung Eijun selama-lamanya di dalam pelukannya. Gila? Memang. Kazuya selalu tergila-gila pada seorang penyanyi cilik jebolan acara talenta di televisi.

Kazuya tahu ia tidak bisa melakukan semua yang menjadi fantasinya. Bukan berarti hubungannya dengan Eijun kini sudah renggang. Tidak. Mereka baik-baik saja. Hanya karena terpisah oleh jarak dan tuntutan pekerjaan bukan berarti hubungan mereka menjadi renggang. Eijun adalah seorang penyanyi, ex-gitaris band A.C.E yang kini telah bubar, model, youtuber yang menyediakan konten musik dan trik menyanyi, juga seorang pacar Miyuki Kazuya. Karena cover lagu kali ini adalah lagu yang sangat bagus, maka Eijun ingin mengambil video dengan pemandangan indah yang memanjakan mata. Karena itu lah, saat ini Eijun tidak ada di Jepang. Pria itu berada di Indonesia yang di mana keindahan alamnya sangat memanjakan mata, terutama ia mengambil suasana alam luar, yang di mana ia mengambil Lembah Harau sebagai tempatnya.

Kazuya di telepon kemarin oleh Eijun bahwa ia akan pulang ke Jepang seminggu lagi setelah mereka take video untuk music cover selanjutnya. Kazuya penasaran, berapa kali lagi ia harus menunggu dan menahan diri? Huh, lagi-lagi ia harus melakukannya sendiri di kamar mandi dengan video yang berisi desahan pacarnya (ngomong-ngomong ia merekam pacarnya saat mereka berhubungan badan, dan bahkan pacarnya tidak tahu). Coba kalian tanyakan pada Eijun kenapa ia bisa jatuh cinta pada Kazuya yang pada dasarnya adalah bajingan sejati.

Setelah menghela nafas, ia mengirimi Eijun pesan.

Miyuki Kazuya : Kau telah melakukan yang terbaik, penontonmu sudah banyak.

Kazuya melihat jam dinding. Harusnya saat ini Eijun belum tidur mengingat jam di Jepang lebih cepat dua jam daripada di Indonesia—atau Jakarta—tempat saat ini Eijun singgah. Beberapa detik kemudian, balasan pesan dari Eijun masuk.

Sawamura Eijun : Terima kasih! Aku terkejut dapat views sebanyak itu! Tunggu—kau sudah menontonnya?! JAWAB AKU MIYUKI KAZUYA!

Kazuya terkekeh pelan. Meski raga Eijun tidak ada di sini, ia merasa dapat mendengar tulisan capslock itu sebagai teriakan yang memekakkan telinga. Jarinya kembali mengetik sesuatu di atas keyboard ponsel, ia membiarkan youtube memutar video dengan sendirinya.

Miyuki Kazuya : Ya, aku menontonnya lima jam setelah kau meng-uploadnya. Sekarang aku hanyalah salah satu dari jutaan penontonmu, yang bahkan terlambat untuk jadi yang pertama.

Sawamura Eijun : Tidak terlalu penting untuk jadi yang pertama. Daripada itu, bagaimana kabarmu saat ini? Apa kau kesepian tanpaku? Hei, Miyuki Kazuya, jawab dengan jujur!

Miyuki Kazuya : ? maksudmu? Jangan percaya diri dulu. Aku baik-baik saja. Telingaku sedang beristirahat sebelum akhirnya kembali perang dengan suara cempreng milikmu.

Sawamura Eijun : Kasar sekali! Begitukah sikap seorang pacar?! HUH! Kau tahu? Pria di sini lebih sopan dan memanjakan pacarnya! Di bandingkan denganmu yang tidak ada romantis-romantisnya.

Miyuki Kazuya : Jadi, aku adalah standar rendahnya? Baiklah, aku ingin bertanya padamu, kenapa kau bisa jatuh cinta padaku?

Sawamura Eijun : Entahlah … terjadi begitu saja.

Miyuki Kazuya : Jangan bilang kau sedang salah tingkah di sana?

Sawamura Eijun : Jangan ngawur!

Kazuya terkekeh pelan. Ia berjalan menuju kasurnya dan merebahkan diri disana, bermandikan cahaya bulan yang benderang. Ia kembali pada ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.

Miyuki Kazuya : Berbohong itu tidak baik loh, Eijun.

Sawamura Eijun : Kenapa kau menyebalkan sekali? Sudahlah! Aku ingin tidur, capek! Kau tahu rasanya jalan-jalan seharian di jalanan panas?

Ya, Kazuya tahu. Ia diam-diam menggunakan akun kedua untuk mengecek keseharian Eijun. Yang Eijun tahu tentang Kazuya adalah bahwa Kazuya seseorang yang jarang menggunakan sosial medianya. Hal itu bisa benar bisa salah, karena sejujurnya Kazuya hanya menggunakan akun keduanya untuk mencari apapun yang berkaitan dengan pacarnya, mulai dari kesehariannya ketika mereka tidak bersama, pekerjaannya, teman-temannya siapa saja, dan banyak hal lainnya yang Kazuya takutkan Eijun berpaling darinya.

Miyuki Kazuya : Baiklah, istirahatkan tubuhmu. Selamat malam. Oh iya, mimpikan aku, oke?

Sawamura : Oh sial, aku akan mendapatkan mimpi buruk! Selamat tidur juga, Miyuki Kazuya.

Kazuya tidak membalas apapun selain sebuah emot senyum. Ia menghela nafas pendek lalu menatap ke luar jendela. Lagi-lagi dia tidur sendirian.

Kazuya mencintai Eijun setengah mati. Kazuya selalu menganggap Eijun sebagai dunianya. Namun hal itu merupakan tabu untuk dibicarakan di depan Eijun. Yang Eijun tahu tentang Kazuya hanyalah; seorang pria songong yang menyebalkan, gagap teknologi, pria sombong dengan tawanya yang minta dipukul, sok keren, dingin dan memiliki segudang ucapan menyakitkan di dalam bibirnya. Tapi siapa yang tahu bahwa Kazuya begitu tergila-gila dengan Eijun? Siapa yang tahu bahwa Kazuya selalu menjadikan Eijun sebagai bahan fantasinya bahkan sebelum mereka berpacaran dan berkenalan secara resmi. Kazuya adalah seorang fans fanatik, ia memiliki sebuah kamar berisi apapun tentang Eijun, foto-fotonya memenuhi dinding kamarnya, entah foto dari sosial media atau dia yang diam-diam mengikuti Eijun dari belakang lalu memotretnya. Huft, beruntung Eijun belum melihat kamar itu.

Kazuya bekerja sebagai seorang pembuat komik di salah satu platform, komiknya juga sudah dirilis dan menghasilkan banyak uang. Kadang dia juga sering di bayar untuk melukis di tembok yang sudah disetujui Pemerintah.

Tanpa suara berisik Eijun, kini Kazuya tenggelam dalam sebuah kesepian. Hanya ada suara radio yang menyiarkan musik, jendela yang sedikit terbuka, ruang kerja yang berantakan dengan dia yang duduk di tengah ruangan, di depan kanvas berisi coretan abstrak lukisannya. Ia benar-benar buntu. Eijun seperti kompasnya, tanpa Eijun, Kazuya benar-benar kehilangan arah.

Kazuya menghela nafas pelan, ia menoleh ke luar jendela. Kapan kau pulang?

Kazuya melihat sekelilingnya yang berantakan. Ia meringis. Kalau Eijun ada di sini, dia pasti mengomel keras tanpa jeda sambil membersihkan ruang kerjanya. Meski mengomel, Eijun akan melakukannya juga. Kazuya menunduk melihat tangannya yang kotor karena cat. Menyudahi kegiatannya, Kazuya menaruh palet dan barang-barangnya ke atas meja lalu keluar dari ruang kerjanya menuju wastafel di dapur, setelah itu Kazuya mengambil ponselnya di atas nakas dekat kalender meja. Ia membaca pesan dari Eijun beberapa menit yang lalu.

Sawamura Eijun : Kau masih hidup? Tidak mengabariku seharian ini.

Dengan cepat, Kazuya membalas.

Miyuki Kazuya : Maaf, aku tenggelam dalam kesibukanku di ruang kerja.

Tidak butuh waktu lama, Eijun membalasnya.

Sawamura Eijun : Kupikir hidupmu sudah berakhir. Ya, ya, ya, aku mengerti karena itu aku tidak menelponmu. Kau pasti menjauhkan ponselmu ketika kau sedang serius bekerja.

Kazuya mendengkus. Ia memencet tombol telepon dan menaruh ponsel di telinganya. Seperti seekor hyena, Eijun cepat mengangkat teleponnya. Jantung Kazuya berdebar kencang. Setelah beberapa bulan ini ia bisa mendengar kembali suara Eijun.

"Tumben menelpon?"

Kazuya menahan nafas selama beberapa detik. Suara Eijun yang begitu merdu mampir ke telinganya tanpa permisi dan aba-aba. Tentu saja ia terkejut dan hatinya tidak siap untuk itu.

"Kazuya?"

Kazuya berdehem, pura-pura cool. "Ya?"

Dari negri sebrang, Eijun mendumel. "Apa-apaan sih? Kau yang menelpon malah kau yang diam."

"Kepencet," Kazuya menjawab singkat. "Daripada aku mematikannya, menimbulkan pikiran aneh-aneh-mu, mending lanjut saja." jawabnya berdalih.

Eijun berdecak. "Dasar aneh."

"Hmm."

"…"

"…"

"Lalu ada apa kau menelpon, Miyuki Kazuya?!" Eijun berseru membuat telinga Kazuya berdengung.

Kazuya meringis kemudian terkekeh tanpa suara mendengar nada kesal Eijun. "Apa kau sangat nganggur di sana sehingga bisa membalas pesan dengan cepat?" tanya Kazuya heran. Ia duduk di atas lantai dan bersila—sebuah kebiasaan lamanya.

"Ya? Tentu saja. Aku sedang bebas. Sebenarnya kami ada planning mengunjungi tempat untuk konten selanjutnya. Tapi di luar hujan deras."

Kazuya mengangguk paham. Dia mendengar suara air hujan yang samar-samar dari teleponnya. "Lalu kau sekarang sedang apa?"

"Tiduran di kamar hotel. Memangnya sedang apa lagi?" Eijun jawab dengan mendengkus.

Ketika Kazuya ingin membalasnya, suara Eijun kembali terdengar. Tapi bukan untuk mengobrol dengan Kazuya, melainkan dengan orang lain.

"Uh, ya? Eh, entahlah, aku tidak melihatnya … eeeh … aku serius tidak melihatnya, mungkin kau lupa menaruhnya?"

"Hm?" Kazuya menyatukan alisnya. Rasa cemburu tiba-tiba menjalar. Kalau yang dari dia dengar adalah Eijun sedang mengobrol dengan pria lagi. Kazuya menghela nafasnya pelan guna meredam rasa cemburunya. Berusaha sadar bahwa teman kerja Eijun adalah lelaki semua, dan tidak semua dari mereka adalah gay. "Siapa itu?"

"Yui." Eijun menjawab singkat. "Dia lupa menaruh kameranya. Terakhir aku melihatnya memegang kamera saat malam hari, itu saja."

"Hmm."

"Kau sedang apa sekarang?"

"Duduk dan bernafas."

Eijun mendengkus. "Membosankan."

"Ya, aku memang membosankan."

"Kau ini kenapa sih?" Eijun berdecak pelan. "Eh iya, kau tahu? Sebentar lagi Mochi-senpai ulang tahun."

Kazuya hampir tersedak.

Eijun mencak-mencak. Setelah beberapa hari ini Kazuya tiba-tiba sulit di hubungi. Sekalinya bisa, Kazuya akan bersikap dingin dan mengabaikannya, mengalihkan pembicaraan dan juga ingin istirahat lebih dulu. Padahal selama ini Kazuya sulit disuruh istirahat. Bahkan sampai saat ini juga, Kazuya mengabaikannya. Hanya memberikan pesan; Hati-hati di jalan. Begitu saja.

Eijun menyatukan kedua alisnya. Mematikan ponselnya dengan kesal lalu membiarkan dirinya tidur. Sebelum akhirnya acara tidurnya diganggu oleh Okumura Koushuu. Koushuu duduk di sebelahnya, tukar tempat dengan Yui yang tampaknya tidak nyaman.

"Kenapa kau di sini?" Eijun bertanya seperti macan yang siap mengamuk.

Koushuu menutup kedua matanya, hendak menyumpal kedua telinganya dengan headphone. Sebelum itu, dia menatap Eijun sekilas. "Yui tampak tidak nyaman denganmu."

Sontak saja Eijun menatap Yui yang sekarang sedang bercanda dengan Kimura. Eijun menghela nafas pelan. "Ini semua gara-gara si Kazuya bodoh." gumamnya penuh kesal.

Koushuu memutuskan untuk menaruh headphone di lehernya. "Maaf?"

Akhirnya Eijun menceritakannya. Bermula dari Kazuya yang kelakuannya akhir-akhir ini yang seolah minta di jambak rambutnya, sampai ke pesan yang Kazuya kirimkan barusan. Pesawat sudah terbang menuju Jepang.

"Ooh, masalah seperti biasa, rupanya." komentar Koushuu.

Eijun mendelik. "Kau adalah bangsat kedua setelah Kazuya." ujung lidahnya menahan semua umpatan.

Koushuu menaikan bahunya masa bodo. "Aku heran kau bisa jatuh cinta dengannya."

"Jangankan kau, Kazuya yang pacarku saja bertanya seperti itu. Terlebih aku yang juga bingung kenapa aku bisa pacaran dengannya." Eijun merotasi matanya kesal. Ia menatap ke luar jendela yang menampilkan awan-awan putih menyerupai bantal. "Itu terjadi begitu saja, kau tahu?"

"Masih belum bisa mengerti. Coba katakan lebih jelas."

Eijun diam sejenak mengingat masa lalunya dengan Kazuya dan kenapa mereka bisa berpacaran sampai sekarang. Diam-diam dia menghela nafasnya pelan, matanya masih menatap ke luar jendela. "Kami bisa kenal karena berteman dengan orang yang sama. Dia adalah orang yang pertama tahu aku gay, dia juga tetap berteman denganku. Selalu mengulurkan tangannya ketika aku membutuhkan seseorang. Dia juga menerima sifatku yang keras kepala."

Siapapun tahu bahwa mereka berteman dengan orang yang sama yaitu Kuramochi Yoichi. Koushuu mengangguk paham. Akhirnya dia bisa tahu tentang hal ini. "Bukankah dahulu kau membencinya?"

Eijun mendelik sebelum menjawab. "Dia adalah manusia paling bangsat yang pernah aku temui. Tawanya yang menyebalkan berikut cengiran dan senyumnya, tatapan matanya yang seribu makna, jalan pikirannya yang sulit ditebak dan segudang ucapan menyakitkannya. Awalnya aku kira dia itu pria lurus yang hobi tebar pesona, nyatanya dia sama sepertiku," Eijun merendahkan suaranya kemudian, "kami memiliki masa lalu yang hampir mirip, mungkin karena itu lah kami bisa dekat tanpa memandang sifatnya yang brengsek."

"Jadi, berawal dari benci kau menyukainya?"

"Tidak begitu!" Eijun mendengkus. "Aku tidak membencinya, tidak juga menyukainya. Aku hanya bersikap biasa saja, selayaknya teman. Tapi lama kelamaan rasa suka mulai tumbuh, rasa cemburu karena dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya, rasa ingin kepalaku di usap olehnya, atau apapun itu. Sampai akhirnya aku tahu bahwa aku jatuh cinta dengannya."

Koushuu menjadi lebih tertarik dengan percakapan ini. Dia bertanya lagi. "Aku penasaran seperti apa dan di mana dia menembakmu," pertanyaannya agak random dan sedikit aneh. Percayalah, ini hanya pertanyaan basa-basi agar tidak ada kecanggungan di antara mereka.

Eijun mendengkus meremehkan. "Kau pasti tidak percaya," dia menggeleng pelan. Netra emasnya menatap koushuu menahan geli. "Dia menembakku menjadi pacarnya saat kami ketiga kalinya bercinta, saat dia dengan nafsunya menusuk diriku dan melontarkan pertanyaan itu. Kau tahu? Aku merasa aku menjawabnya dengan terpaksa karena dia melakukannya dengan kasar."

Koushuu menaikan sebelah alisnya kaget. Seharusnya dia tidak bertanya akan hal itu. Tentu dia sedikit lega karena Eijun mengatakannya dengan pelan dan nyaris berbisik. Kalau Eijun mengatakannya dengan keras, mungkin Koushuu akan berpura-pura tidak mengenalinya.

Bahkan ketika ia sampai di Tokyo pun, Kazuya belum mengabarinya apapun. Eijun lelah, dia mencari taksi untuk membawanya pulang ke rumah. Sambil beristirahat, dia sedang merencanakan apa yang akan ia lakukan pada Kazuya ketika ia pulang nanti. Mungkin Eijun akan menjambaknya, menamparnya, atau membuat Kazuya puasa sampai berbulan-bulan. Biar tahu rasa.

"Si setan itu benar-benar tidak mengirimiku pesan," Eijun kembali mendumel kesal. Bahkan Koushuu yang berdiri di sampingnya saja sudah merotasi matanya dengan sebal. "Hei, apa aku harus berselingkuh saja denganmu? Kau cukup tampan dan meyakinkan membuat Kazuya cemburu." Eijun menatap Koushuu dengan kedua tangannya tersilang di depan dada.

Koushuu mendengkus. "Tidak, terima kasih. Aku masih lurus, kalau pun aku belok, aku tidak ingin denganmu."

Eijun berdecih, merasa terhina. Ia melengos dengan kopernya yang dia tarik. Ketika dia melihat sebuah taksi, dia langsung menghentikannya dan menyebutkan alamatnya. Ketika dia melihat bar notifikasi dan tidak ada nama Kazuya di sana, ia benar-benar marah.

"Sepertinya Kazuya benar-benar harus diberi pelajaran," ia menggumam sebelum benar-benar tertidur karena jet lag.

Eijun terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba ia sudah ada di tempat tidur di rumahnya bersama Kazuya. Sebuah rasa rindu bercampur kaget menjadi satu. Aroma kamar tidur ini yang benar-benar membuat ia rindu. Aroma kamar yang bercampur dengan aroma alami Kazuya, ada bekas jejak bau minyak wangi milik Kazuya di kamar ini. Jendela terbuka sedikit menampilkan langit sore yang indah, pun dengan keheningan yang tidak asing lagi. Sepatunya sudah di lepas, kaus kakinya juga sudah diganti. Eijun melirik kanan kiri sebelum memutuskan untuk duduk di kasur. Ia mengecek jam lewat ponselnya, ternyata benar-benar sudah sore.

Eijun mendengus pelan lalu mengucek kedua matanya. Setelah itu ia berjalan menuju wastafel di kamar mandi untuk mencuci muka dan memastikan bahwa wajahnya sudah segar. Ketika dia keluar dari kamar mandi dan mengedarkan pandangannya. Ia tidak menemukan Kazuya di mana pun. Seingatnya dia tertidur di taksi, lalu kenapa dia berakhir di kamarnya? Apa Kazuya yang memindahkan dia? Kalau itu benar, Eijun tidak percaya karena Kazuya masih punya hati untuk menggendongnya—mengingat Kazuya pernah mengatakan kalau Eijun itu berat.

Eijun kemudian keluar dari kamar setelah mendengar samar-samar suara televisi. Ketika ia menelusuri suara itu, ia mendapati sebuah punggung sedang menonton televisi. Itu pasti Kazuya! Emosinya naik ke ubun-ubun. Sekarang Eijun sudah siap untuk memborbardir Kazuya dengan semua pertanyaan. Baru saja beberapa langkah, Eijun terhenti karena Kazuya langsung menoleh ke belakang dengan senyumannya, pipinya agak memerah karena sesuatu.

"Ah, Eijun, sudah bangun?"

Eijun mengerutkan dahi.

Kazuya masih tersenyum. Benar-benar tersenyum tulus. Padahal selama ini yang ia perlihatkan hanya senyuman culas saja. Eijun heran, apa ketika dia tinggalkan, Kazuya bertingkah aneh? Atau memakan makanan beracun? "Ayo kemari, duduk di sini."

Eijun menurut. Ia mengesampingkan rasa kesalnya. Ia berjalan pelan menuju sofa dan hendak duduk di samping kanan Kazuya.

Kazuya kembali menonton, namun sebelum itu ia terkejut sendiri. "Oh, astaga, aku lupa!" Kazuya mengambil sesuatu di atas meja dan memperlihatkannya pada Eijun. "Selamat ulang tahun, Eijun!"

Eijun terdiam tidak bisa berkata-kata, kakinya berhenti begitu saja. Melihat sebuah kue yang di pegang Kazuya, bertuliskan selamat ulang tahun dengan bahasa Jepang. Lengkap dengan gambar bola baseball yang dibuat dari krim. Sebuah olahraga kesukaannya. Eijun menutup mulutnya karena kaget. "Kau…"

Kazuya mengusap leher bagian belakangnya. Ia terkekeh pelan. "Aku membuat ini seharian setelah berhari-hari kebingungan mencari hadiah yang tepat untukmu … sebenarnya. Lalu saat aku menunggumu bangun, aku melihat ada beberapa rekaman lama saat kita masih awal bertemu—itu membuatku nostalgia, kau tahu?"

Eijun menggeleng pelan. Semua rasa kesal sekaligus marah menguap begitu saja melihat rona merah malu-malu dari Kazuya. Tanpa aba-aba, ia menerjang Kazuya. Beruntung Kazuya dapat menanganinya dan menaruh kue itu diatas meja dengan sempurna.

"Whoa! Pelan-pelan. Ada apa ini?" Kazuya memeluknya balik ketika mendengar samar tangisan Eijun. Ia dengan lembut mengelus kepala sekaligus punggungnya. Salah satu bentuk perhatiannya ketika Eijun memeluknya sambil menangis. "Kenapa kau menangis, Eijun?"

"Kukira kau lupa…"

"Tidak mungkin 'kan?"

"Habisnya tanggal jadian saja kau lupa…"

Kazuya menelan ludahnya. Tidak bisa menyangkal. "Ah itu … daripada itu, lihat kue yang sudah kubuat. Ayo kita tiup lilin dulu!" Kazuya melepaskan pelukan dan mengajak Eijun duduk di atas sofa lalu menyalakan lilin diatas kue.

Eijun mengusap sudut matanya dibantu oleh Kazuya. Tidak lama kemudian dia menutup mata untuk make a wish. Ketika sudah selesai, ia membuka matanya dan meniupkan lilin-lilinnya.

"Kau bertambah tua, tambah satu tahun. Tapi di mataku kau masih sama saja, sama seperti anak remaja." komentar Kazuya.

Eijun mencebik. Ketika ia ingin membalas ucapan Kazuya. Suara televisi membuatnya menoleh. Ia melihat rekaman dimana mereka berkencan untuk yang pertama kalinya. Rekaman itu membuat ia nostalgia—seperti kata Kazuya. Di mana mereka berdua tertawa lepas di Disneyland. Eijun kemudian terkekeh pelan. Ia menatap Kazuya lagi. "Kau tidak ada romantis-romantisnya, tahu." ia mencolek krim dan menjilatnya. "Tidak ada surprise yang romantis seperti orang-orang. Tadinya aku mau berselingkuh dengan Okumura." lanjutnya blak-blakan.

Kazuya berdecak pelan. Ia mencabut lilin-lilin itu agar Eijun bisa memakan kuenya dengan nikmat. "Kubuat Okumura tersiksa."

"Tipikal kau." Eijun merotasi matanya. Kemudian dia menatap Kazuya dengan cengiran menyebalkan. "Mana hadiahku?"

Kazuya diam sejenak kemudian menggeleng. "Tidak ada." dengan santai ia menyender ke tangan sofa. "Tidak ada hadiah untukmu." Kazuya tersenyum miring dengan dagu yang terangkat.

Eijun mencebik lagi. Ia menatap Kazuya dengan kesal. "Parah. Tidak ada romantisnya sama sekali!" ia menyendokkan kue itu asal ke dalam mulutnya.

Kazuya mendengkus geli melihat tingkah pacarnya. Ia kemudian mendekati wajah Eijun dan berbisik panas di telinganya. "Bagaimana kalau seperti ini? Hadiahnya adalah, aku membiarkanmu memimpin malam ini?"

Selanjutnya, hanya ada malam panjang untuk mereka. Kue ulang tahun dibiarkan di dalam kulkas agar terjaga kesegarannya. Sementara itu mereka berdua berada di dalam remangnya kamar.

...

HAPPY LATE BIRTHDAY, SAWAMURA EIJUN!

Bener-bener terlambat! HAHAHAHA! Tapi gapapa, demi Eijun sayang, meski lagi sibuk juga tetep diluangin waktunya!

Gomen telat, hueheuehue, semoga kalian terhibur dengan ini. lup yu.

...

Omake

"Aku bingung ingin memberi Eijun hadiah apa."

Yoichi mendengkus melihat Kazuya kebingungan. "Kau yang pacarnya, tanyakan padanya, brengsek!"

Kazuya menatap Yoichi protes. "Itu tidak ada romantis-romantisnya, kau tahu?"

"Seingatku kau tidak pernah memandang romantis atau tidaknya, serius," ia menatap Kazuya dengan tatapan meneliti. "Aku heran kenapa kau tiba-tiba berpikir seperti ini. Karena kau tipikal orang yang tidak bisa romantis karena lidah tajammu itu."

Kazuya praktis melotot. "Kau mengatakannya seolah kau sudah tahu dengan baik!"

Yoichi mengisap rokoknya lebih dahulu sebelum menjawab. "Sawamura sering cerita padaku, sialan."

"Ooh…" Kazuya kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Sepertinya akan baik-baik saja kalau aku seperti biasanya; menjadi tidak terlalu romantis."

"Aaah," Yoichi menggeram pelan sambil merotasi matanya. "Terserah kau saja, brengsek!" ia tidak mau menasihati apapun lagi. Kapok. Karena Kazuya tidak pernah mendengarkannya.[]