DAWN
Maki menatap lelaki yang duduk di hadapannya, namun lelaki itu menatap arah lain, Maki pun menghela napas dengan pelan. Malam ini adalah malam ke sekian kali Maki bertemu dengan Yuta, lelaki yang disukainya sejak dulu. Walaupun setiap pertemuan mereka tak hanya berdua, tapi dengan beberapa orang lainnya yang merupakan teman seklub mereka di SMA. Kebetulan mereka tadi bertemu di acara pernikahan guru mereka.
"Huwaaa! Malam ini aku mau minum sepuasnya!", suara berisik Nobara mengalihkan perhatiaanya.
"Hey Nobara, berhentilah minum!", Yuuji merebut gelas minuman Nobara.
"Kembalikan!"
"Kalian berdua, berhentilah! Apa kalian tidak malu dengan para senior?", Megumi menegur Yuuji dan Nobara yang berebut gelas minuman.
"Kalian ini selalu bersemangat yah", sahut Toge yang sedari tadi sibuk dengan barbeque di meja.
"Wajar saja, kita yang sekarang sibuk dengan pekerjaan masing-masing, bisa dibilang jarang berkumpul seperti ini", Maki menuangkan segelas minuman untuk dirinya.
Pukul sepuluh malam, akhirnya mereka harus pulang. Toge pulang bersama Megumi, Nobara bersama Yuuji. Tinggallah Maki dan Yuta berdua di depan restoran itu.
"Maki, kita pulang bersama yah"
"Ah, tidak perlu repot-repot, Yuta-senpai. Apartemenku hanya 300 meter dari sini"
"Kita jalan bersama saja, kebetulan kita searah"
Sepanjang jalan berdua, mereka saling berdiam. Maki melirik ke arah Yuta yang hanya menatap lurus ke depan. Membuat Maki menghela napas lagi.
"Senpai, aku sudah sampai"
Yuta belum beranjak, ia lalu menerima panggilan dari adik perempuannya.
"Ah, anak itu, ada-ada saja"
"Ada apa?"
"Adikku memberi kabar, kalau beberapa temannya sedang ada di apartemen kami untuk menginap"
"Lalu?"
"Aku jelas tak akan kesana, banyak anak perempuan"
"Begini saja, Yuta-senpai tinggal saja di tempatku sampai pagi nanti"
Maki yang baru saja mengganti pakaiannya akhirnya sadar, senior yang disukainya sejak dulu, sudah 10 tahun lamanya, kini sedang menonton film di rumahnya. Ia tak habis pikir, dengan mudahnya ia mengajak Yuta tinggal di tempatnya.
Maki keluar dari kamar, dan mendapati Yuta yang menonton film aksi itu dengan ekspresi datar. 10 tahun sudah Maki menyukai lelaki itu, namun ia tak berani mengatakannya. Maki tahu, Yuta sangat mencintai Rika, mantannya yang sudah meninggal saat SMA.
Maki duduk di samping Yuta. Kali ini perhatian Yuta berpaling ke Maki. Baru kali ini ia melihat Maki tanpa kucir rambut dan kacamata. Wanita yang selalu bersikap dingin itu, terlihat begitu cantik. Tanpa Maki sadari, Yuta meraihnya dan mencium bibirnya.
Apa yang dilakukan Yuta membuat Maki sangat terkejut, seakan jantungnya berhenti berdetak. Maki dengan perlahan menghentikan ciuman itu.
"Yuta-senpai, tolong, kau membuatku terkejut"
"Kenapa? Apa kau tidak menyukaiku?"
"Aku, aku suka Yuta-senpai, bahkan sudah sejak 10 tahun yang lalu. Tapi, aku tahu, Yuta-senpai tidak mungkin menyukaiku"
"Aku juga sudah lama menyukaimu"
"Apa?"
"Di hari kelulusanku, kau memberikan rangkaian bunga, dan tersenyum tulus padaku. Sejak saat itu, aku sudah menyukai Maki"
"Yuta-senpai"
Yuta kini menindih Maki dan menciumnya, ia lalu melepaskan kaosnya dan kembali menciumi Maki. Yuta lalu melepaskan satu per satu pakaian Maki. Yuta memberikan kissmark di dada Maki, embuat wanita itu mendesah dengan nikmat.
Setelah foreplay yang mereka lakukan, Yuta secara perlahan mulai memasuki Maki. Maki terdengar sedikit kesakitan, karena ini yang pertama baginya.
"Maki, apakah sakit?"
"Yah, ini pertama bagiku. Tapi aku tak apa-apa"
Dengan perlahan, Yuta kembali menggerakkan tubuhnya. Desahan Maki pun perlahan mulai berubah, menjadi desahan yang kini menikmati Yuta yang kini berada di dalamnya. Desahan mereka memenuhi kamar Maki malam itu.
"Maki, aku mencintaimu"
"Aku juga mencintai Yuta-senpai"
Yuta semakin mempercepat gerakannya, membuat desahan Maki semakin cepat pula. Yuta lalu menciumi Maki, hingga akhirnya mereka klimaks bersama.
Maki terbangun dengan tubuhnya yang sedikit lelah, Yuta masih tertidur memeluk tubuh telanjangnya di bawah selimut. Maki berbalik arah menghadap Yuta dan menatap lelaki itu.
"Kau cepat sekali bangunnya", sahutan Yuta mengejutkan Maki yang mengiranya masih tertidur.
"Yuta-senpai, ternyata kau juga sudah bangun"
Yuta kembali memeluk Maki, menciumi kening wanita itu.
"Aku senang, Yuta-senpai ternyata mencintaiku juga"
"Maki"
"Ya?"
"Ayo kita menikah"
"Apa? Menikah!"
"Kenapa? Kau tidak menikah denganku?"
"Tapi, Yuta-senpai, ini terlalu mendadak"
"Berhentilah memanggil calon suamimu senpai, panggil aku dengan sebutan sayang"
"Yuta-senpai"
"Jadi bagaimana? Maukah menikah denganku?"
"Hemm, iya", Maki menjawab dengan senyuman bahagianya.
END
