Disclaimer: Hetalia Axis Powers © Hidekazu Himaruya. No profit gained from this fanwork.


MANTRA

dedicated to pndglcs


Tampaknya Arthur Kirkland, sebagai Britania Raya, memang memiliki kekuatan sihir—berupa kata-kata; mantra.

Pemikiran itu mendadak saja terlintas tatkala Antonio membuka mata pada pagi hari yang mendung, siap menumpahkan hujan. Tentu, ini akibat ada pemandangan sosok lain di sampingnya—yang masih lelap, seakan tak merasa terganggu oleh gerakan-gerakan halus Antonio di atas ranjang. Ia refleks saja memainkan helai-helai rambut sosok itu. Rambut pirang berkilauan, berantakan berkat posisi tidur sembarangan, serta persanggamaan mereka semalam.

Kalau melihat ke belakang, telah banyak yang terjadi pada diri Antonio Fernandez Carriedo sebagai wadah personifikasi Spanyol. Bisa dibilang, perilaku serta sifatnya semua bergantung pada masyarakat. Ia berubah-ubah sedemikian rupa, sebelum menjadi seperti sekarang ini—lebih damai, lebih tenang. Rasa-rasanya tak lagi ia mengenal sosok ambisius pada dirinya; menginginkan dunia, menguasai seluruh samudera. Sosok itu telah cukup lama tenggelam, membias, tak meninggalkan apa-apa selain bukti sejarah.

Kadang, Antonio bertanya-tanya; bagaimana bisa pada zaman dahulu kala ia begitu bengis dan kejam, dengan congkak hendak membelah dunia menjadi dua bagian atas nama Perjanjian Saragosa antara ia dan Portugis, sebagai dua negara dengan kekuatan Kerajaan Katolik terbesar. Kegelapan yang melingkupi dirinya pada masa itu amat mengerikan, seperti mengintip satu per satu pembunuhan yang ia lakukan sendiri di atas tanah yang bahkan bukan miliknya. Kemudian, bangsa-bangsa lain ikut mengambil peran. Merampas tanah serta rempah-rempah, merampas segala hal yang sejujurnya sama sekali tidak ia kehendaki.

Ketika manusia tak lagi seperti manusia, mereka seringkali lebih buruk dan kejam daripada hewan buas.

Sampai akhirnya Antonio berjumpa dengan Arthur, setelah sekian lama, di atas tanah Belanda. Tentu saja perjumpaan mereka dibumbui oleh konflik persaingan dagang—yang berujung pada kolonialisme serta penjarahan kapal di mana-mana. Antonio geram, terlebih mengingat Arthur ini merupakan negara yang lebih muda darinya. Sepatutnya laki-laki itu tahu diri, tahu posisi! Bukan malah sengaja melakukan ekspedisi ke Karibia, yang pada saat itu merupakan wilayah kekuasaan Antonio!

Tetapi seperti yang sudah-sudah, Arthur Kirkland tipikal personifikasi negara yang tidak mau kalah dan senang memperuncing masalah. Lebih buruk lagi, bocah sialan itu ikut menyeret Francis Bonnefoy sebagai sekutu sehingga peperangan di antara mereka menjadi semakin ruwet. Beruntung, perselisihan di antara mereka terhenti ketika masing-masing pihak kerajaan mengusulkan perjanjian damai. Tidak perlu lagi campur tangan militer di Irlandia dan Belanda. Keduanya sepakat menghentikan serangan, meski gejolak amarah masih tersimpan.

Antonio masih ingat kalimat yang diucapkan Arthur—serta apa yang dia lakukan padanya, di tepi teluk ketika laki-laki yang lebih muda darinya itu hendak pergi meninggalkan Belanda.

"Ketahuilah, Antonio, bara pada apimu mulai padam. Aku sengaja menyulutnya agar dapat kulihat kembali gairah di dalam dirimu. Tetapi kalau memang kau sudah tak lagi mampu menjadi sebuas dulu, sebaiknya kau menjadi petani tomat saja. Itu lebih baik bagimu, daripada kau menjadi pribadi yang ragu-ragu di medan perang."

Kemudian, Arthur mengangkat topinya yang khas pada masa itu—topi hitam agak lonjong, dengan motif bulu pada bagian samping (topi norak, kalau Antonio boleh berpendapat). Bukan cuma kalimat Arthur yang membekas, tapi juga perlakuannya saat meraih tangan Antonio lantas membawanya pada kecupan singkat.

"Ketika kita bertemu lagi nanti, aku tidak berharap kau menjadi musuhku." Demikian Arthur memungkas kalimat sebelum meninggalkan teluk.

Mereka bertemu lagi, tentu, pada Perang Dunia tatkala Antonio telah kehilangan banyak hal dalam dirinya. Ia memilih untuk menjadi pihak netral, sebelum akhirnya bergabung di Blok Poros. Tidak banyak yang ia lakukan. Tahu-tahu perang berakhir—dengan banyak kekalahan, kerugian, kematian yang sia-sia. Berperang memperebutkan tanah yang bukan milik mereka. Betapa serakah. Betapa konyol. Antonio bisa lupa kalau tidak bercermin.

"Kenapa wajahmu serius sekali." Suara serak Arthur yang baru terbangun dari tidur membuyarkan lamunan Antonio.

"Aku sedang memikirkan uh, banyak hal." Ah. Suara Antonio bahkan terdengar mencicit. Terima kasih Arthur karena sudah menggagahinya semalam suntuk sampai-sampai suaranya nyaris lenyap. Antonio berdeham, tangan tanpa sadar menggosok-gosok pangkal leher.

Gerimis menjurai di langit kota Madrid. Sepasang mata Arthur memandang ke arah jendela, melihat percik-percik hujan yang mengetuk-ngetuk.

"Cuaca begini enaknya dipakai tidur lagi," kata Arthur, seenaknya. Antonio tidak memberi respons. Ia biarkan saja Arthur kembali memejamkan mata.

Antonio bertanya-tanya, bagaimana bisa mereka menjadi seperti ini. Ia mengikuti arah pandangan Arthur sebelumnya—jendela kamar yang beberapa saat lalu ia buka tirainya. Cuaca hari ini membawa serta kenangan, meskipun bukan merupakan kenangan yang bagus.

Di era yang sudah modern begini Arthur masih mempercayai kekuatan sihir, peri-peri serta entah apa lagi. Jomplang, bisa dibilang, mengingat ini adalah Arthur Kirkland, sosok personifikasi Britania Raya—yang tampak agung dan gagah. Sama sekali tidak nyambung. Antonio tidak habis pikir, walau, ya, ia akui bisa jadi memang Arthur memiliki kekuatan semacam itu. Kekuatan sihir Arthur mampu membuat Antonio dipukul mundur, sebab bara api di dalam dirinya mulai padam—dan Arthur dapat melihat itu, jauh, jauh di dalam diri Antonio, seakan telah mengetahui masa depan secara pasti.


4/4/2021 – 4:24 AM

A/N: Wilujeng tepang taun, lur.