Cinta Tanpa Kata

Naruto © Mashashi Kishimoto

Note : reques seorang reder yang katanya bosan sama lemon. Jadi kutulis ini.


Prolog


Uzumaki Arashi.

Sebagai salah satu pedagang kaya di Kerajaan, dia adalah sosok pria dengan naluri bisnis yang tajam. Meskipun dia disebut pedagang kaya, masih ada perbedaan kualitatif dengan julukan pedagang terkaya.

Untuk mencapai kejayaannya, Arashi sudah melalui jalan berliku yang tidak terhitung. Bisa dikatakan jika dia adalah pedagang yang tahu cara memanfaatkan baik maju atau mundur, menghunus atau menunduk.

Diusinya yang telah berusia 55 tahun, Arashi telah masuk dalam 10 pedagang paling kaya di kerajaan. Dengan Karavan Uzumaki miliknya, dia bisa menghasilkan puluhan ribu koin emas dalam sekali transaksi. Itu adalah jumlah yang luar biasa mengingat warga sipil saja hanya mendapat gaji beberapa koin perak.

Namun dengan semua yang Arashi miliki, dia tidaklah puas dengan hasil ini. Dia adalah pedagang yang ambisius, baginya tujuan yang harus dia dapatkan adalah predikat sebagai pedagang paling kaya. Meski dia sudah mulai menua, semua ini tidak menghalangi ambisinya untuk menempati nomor 1 di Kerajaan Britania.

Ada 5 wilayah dengan ekonomi yang tinggi di Kerajaan Britania. Arashi sendiri telah menempatkan banyak anak perusahaan pada 4 wilayah itu. Kini dia hanya perlu untuk melakukan ekspansi di Ibu Kota Kerajaan, Kota London.

Namun ini tidak semudah yang dibayangkan oleh Arashi, di ibukota airnya lebih dalam daripada kota lainnya. Banyak akar yang telah merambat kesemua penjuru Kota London. Sesuai namanya, ada banyak bangsawan berpengaruh maupun tokoh-tokoh penting yang bisa membuat bisnis Arashi merugi hanya karena menyinggungnya.

Dengan segala macam resiko, Arashi tidak akan dengan cukup berani untuk langsung memasuki pasar ibu kota. Tapi Arashi sendiri dengan ketelitian dan pengalaman bisnis setengah abad, tentu dia tidak akan menyerah dengan mudah.

Mengandalkan jaringan mata-mata dibawah Karavan Uzumaki miliknya, dia sudah mengetahui siapa bangsawan paling berpengaruh dalam ibukota. Setelah mengetahui akar yang kuat, Arashi hanya perlu membuat dia untuk membantu karavannya. Dengan latar belakang dia, siapa yang berani mengganggu Karavan miliknya?

Uzumaki Arashi tersenyum tipis, dia puas dengan rencana yang telah ia susun. Dia sekali lagi melirik sebuah kertas yang menunjukkan laporan yang dikirim oleh mata-matanya. Sebuah nama yang benar-benar membuat senyum Arashi kian melebar.

.

.

Mansion Uzumaki memang layak untuk reputasinya sebagai bangunan paling megah di Kota Manchester. Sebuah hunian yang memiliki luas beberapa hektar dengan lebih dari 5 lantai. Arsitekturnya cenderung mengikuti kemewahan seorang bangsawan Inggris, terutama banyak ditemui hasil karya seniman terkenal yang mahal.

Mengabaikan semua kemewahan itu, bagian taman Mansion memiliki panorama yang menyejukkan mata. Hamparan rumput hijau dengan aneka bunga yang berwarna-warni membuat mata menyadari arti dari surga dunia. Air danau yang bening dengan banyak ikan cerah yang hidup, kelinci putih yang berlarian membuat suasana begitu hidup.

Disalah satu bukit berumput itu, dibawah pohon beringin putih yang besar, dua sosok yang saling berhadapan. Sepasang mata violet yang menyipit tajam menatap lurus pada sepasang mata biru langit yang cerah.

"Hmmpph... Kali ini aku akan mengalahkan mu BakaRuto!"

Gadis muda itu bernama Kushina Uzumaki, satu-satunya putri dari sang pedagang kaya Uzumaki Arashi. Dia baru berusia 17 tahun, dengan penampilan yang cantik dan cantik.

Dia memiliki kaki yang jenjang dan panjang, tidak heran jika dia memiliki tinggi sekitar 175 cm. Kulitnya putih dengan wajah yang halus, serta rambut merah panjang yang mempesona. Dilihat dari mana saja, dia adalah gadis yang sempurna, terlihat elegan dan cantik.

Bahkan ketika Kushina memberikan ekspresi yang menyipit, seolah-olah akan marah, dia malah terlihat lucu dan cantik.

"Nona biarkan aku mengatakan sebuah fakta!" pemuda bermata biru itu menatap Kushina dengan senyum yang tipis.

Dia adalah Naruto, seorang Kesatria yang disewa oleh Uzumaki Arashi untuk menjaga putrinya. Seperti halnya Kushina, Naruto juga seorang pemuda yang hanya 1 tahun lebih tua dari Kushina.

Naruto telah menemani, menjaga dan menjadi teman Kushina semenjak dia dari kecil. Karena bakatnya yang hebat, dia dipekerjakan oleh Uzumaki Arashi ketika Naruto masih berumur 8 tahun. Sudah 9 tahun sejak dia bertemu dengan Kushina, gadis kecil yang cantik tapi juga tomboy, mengesalkan namun kadang juga imut.

Naruto memiliki tinggi sekitar 190 cm, ketika berhadapan dengan Kushina, dia satu kepala lebih tinggi. Dengan sedikit senyum aneh yang dibuat-buat dia menatap Kushina yang tampak marah.

"Kamu... Apa yang kamu katakan?" Kushina masih menatap tajam, meski itu tampak lucu Dimata Naruto.

"ehem... Jadi begini nona, tidak ada murid yang bisa mengalahkan gurunya! Apalagi itu untuk nona, itu sangat... Sangat... Sangat... Mustahil." Naruto menekan berulang kali pada kalimat terakhirnya, sembari mengibaskan tangannya didepan dada.

Provokasi langsung! Kedua pundak Kushina naik turun karena emosinya yang meledak. Dia menggenggam pedang kayu dengan erat. Kushina terlihat sangat marah karena provokasi Naruto padanya, apalagi ketika momen mengibaskan tangannya.

"Na... Ru... To... Kamu telah membuat nona cantik ini marah! Awas hukumanmu akan berlipat ganda saat aku menang huh!"

"Oh... Apakah nona kita sedang marah?" Naruto berpura-pura bertanya, dia masih menahan tawanya ketika melihat ekspresi marah Kushina yang terlihat imut.

Kushina memelototi Naruto dengan matanya yang terbuka lebar. "hmmpph... Apakah kamu tidak bisa melihatnya!?" dia terus menatap dengan mata yang memelotot.

Naruto tidak bisa menahan tawa, dia tertawa dengan pelan lalu sedikit menunduk pada Kushina. "Baik-baik, gurumu ini akan meminta maaf pada sang ratu yang pemarah!"

Melihat hal ini, Kushina kembali menegakkan kembali dadanya, seolah bangga dengan dirinya. " bagus huh, putri ini menerima permintaan maaf darimu. Tapi..." Kushina menjeda kalimatnya, lalu melihat Naruto dengan penuh harap. "Tolong ikut aku melihat Opera besok malam!" ekspresi Kushina langsung berubah dengan sekejap.

Melihat ratapan Kushina, membuat Naruto menggaruk belakang rambut pirangnya. "err... Nona kamu harus mendapat izin dari tuan jika ingin pergi."

Sekejap mata ratapan memohon itu langsung hilang menjadi sebuah ekspresi yang kesal. "izin dari Ayah? Itu mustahil kan!?"

Kushina mengingat jika dia sedari kecil benar-benar tidak pernah mendapat kebebasan dari Ayahnya. Dia hanya bisa menurut untuk belajar dan dikurung setiap hari di dalam mansion. Jika tidak ada teman berbicara seperti Naruto, dia akan benar-benar tertekan.

"kenapa tidak mencoba dulu?" Naruto tersenyum lembut, membuat Kushina merasakan amarahnya yang hilang.

Opera kali ini adalah favorit dari Kushina. Dia sudah seringkali mendengar betapa bagusnya pertunjukan ini dari para maid yang bekerja di mansion. Tapi dia belum pernah sama sekali menontonnya, Ayahnya adalah orang yang keras kepala, seringkali melarangnya keluar satu langkah dari mansion.

Sebagai satu-satunya keluarga yang memiliki hubungan darah, Kushina tidak tahu apakah dia sedih ataukah marah. Diluar Ayahnya merupakan objek sanjungan dimata banyak orang, tapi merupakan contoh yang gagal dalam mengurus keluarga.

Apa itu keluarga?

Kasih sayang?

Kushina tidak pernah mendapatkannya, dia hanya memiliki semua ini dari satu-satunya teman miliknya. Dari keseharian masa kecil yang suram, mulai mekar saat anak pirang itu tersenyum padanya.

Masih teringat jelas dalam ingatan Kushina saat dia bertemu dengan Naruto. Apalagi kalimat yang dia ucapkan saat kali pertama dia bertemu.

"Tersenyumlah dihadapan banyak orang! Pengorbanan dihadapan keluarga! Dan menangislah dihadapan sahabat! Namaku Naruto, Maukah kamu menjadi temanku? Ayo bermain dan tertawa bersama!"

Saat itu Kushina masih mengingat bagaimana Naruto tersenyum lebar dihadapannya, menariknya dari sudut menuju indahnya langit biru yang membentang. Tanpa Naruto, Kushina tidak tahu apakah ia masih bisa hidup sampai sekarang.

"Nona!?"

"ah ya?"

Kushina sedikit tersentak begitu Naruto memanggilnya. Entah kenapa dia akhir-akhir ini seringkali mengingat masa lalu, Kushina tidak tahu apa alasannya. Apakah semua ini berhubungan dengan perasaannya yang merasa aneh.

"Apa nona tidak apa? Haruskah ini diteruskan?" Naruto bertanya dengan nada yang khawatir.

Kushina menggeleng pelan, dalam sekejap ia memulihkan mentalitasnya yang tomboy. "uhm... Nona ini tidak apa-apa, tidak usah khawatir! Dan hei jangan jadikan ini untuk menghindar, apakah kamu takut kalah?" Kushina menegakkan punggungnya, menatap Naruto dengan pandangan yang mmeremehkan. Dia memeragakan gerakan pedang yang kaku dan canggung.

Melihat rekasi nona kecil ini membuat Naruto menaikkan sebelah alisnya, lalu berkata dengan nada yang ketakutan. "sshhh... Nona tolong jangan terlalu serius!"

"hihihi... Akhirnya kamu takut juga BakaRuto!" Kushina tertawa dengan cekikikan. "Ingat taruhannya, aku menggantinya sekarang! Ayo temani aku menonton Opera jika aku menang. Berani?"

Naruto menggaruk pelan rambutnya. "baik, tapi jika aku yang menang?" Naruto membuat pandangan yang menggoda.

Kushina mendengus pelan, "huh, lalu biarkan nona ini yang akan mengabulkan permintaanmu!"

"Oh... Ini menarik... Nona jangan menyesalinya!"

Kushina cemberut, dia menatap Naruto dengan tidak puas. "itu harusnya kalimatku!"

"nani? Hm.. kalau begitu aku menarik ucapanku! Nah silahkan nona yang mengucapkan!"

"Hmmp... Jangan menyesalinya Naruto!" Kushina memperagakan gaya yang penuh kepercayaan diri.

Naruto mengangguk bodoh, "tentu saja tidak! Suatu kehormatan bisa bertarung dengan nona."

Keduanya berhadapan dengan intens, mengabaikan percakapan bodoh yang terjadi barusan. Baik Kushina maupun Naruto, mereka akan menjadi bodoh dan gila saat mereka bersama.

Kushina menarik napas, lalu menatap Naruto dengan serius. Dia menggunakan kuda-kuda yang terlihat kokoh dan menakjubkan. "Dimulai dalam hitungan ketiga. Satu... Dua..."

5 detik kemudian.

Kushina tersipuh dengan posisi yang bodoh, lalu berdiri dan berteriak pada Naruto. "ayo ulangi, aku terpeleset!"

5 detik kemudian.

Dengan posisi yang kembali tersungkur. "aduh... hei aku menghindari Kelinci dan terpeleset lagi, ayo ulangi lagi."

5 detik kemudian.

Masih pada posisi yang kembali tersungkur. "hmpp... aku terpeleset lagi karena pedangku sangat licin. Ayo ulangi, biarkan aku menggunakan pedangmu!"

Dan pada akhirnya insiden ini terus berulang kali terjadi tanpa henti. Hingga akhirnya wajah Kushina yang memerah karena terlalu banyak tersungkur.

"ini... Ini... Ini tidak bisa dipercaya jika aku kalah!?" Kushina memandangi tangannya dengan heran.

"em.. nona sebenarnya kita sudah bertanding sebanyak 5547 kali, dan nona tidak pernah menang sekalipun!"

"kamu... Kamu jahat sekali." ekspresi Kushina tampak sangat tertekan.

Sementara Naruto sendiri hanya tersenyum ringan sambil mengendikkan bahunya. "jangan terlalu tertekan, lagipula nona hasil ini sudah bisa diprediksi."

Kushina merasa marah, namun dia berhasil menahan amarahnya. "Huh.. itu karena aku menahan diri. Baik sekarang apa yang ingin nona ini lakukan untukmu?"

Namun sebelum Naruto mengatakannya, seorang maid tampak tergesa-gesa mendatangi Kushina. "Maaf mengganggu nona, Tuan Uzumaki berkata ingin bertemu dengan nona!"

Kushina menaikkan sebelah alisnya. "oh? Ayah sudah pulang? Apa yang ingin dia bicarakan?"

Maid itu menunduk dengan lembut. "Maaf nona, saya tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh Tuan!"

Naruto yang sedari tadi diam menatap Kushina dengan senyum tipis. "Ayo cepat temui Ayahmu! Bukankan kamu tidak bertemu untuk waktu yang lama!" dia berkata sembari membersihkan beberapa potongan rumput yang berada di rambut Kushina.

"Baiklah! Dan untuk permintaanmu! Simpan itu untuk nanti oke?" Kushina hanya bisa pasrah dan menurti apa kata Naruto.

"Itu bisa diatur!" Naruto kembali tersenyum lembut. "cepat temui Ayahmu, mungkin dia merindukan mu!"

Kushina mengangguk pelan, meski sudah beberapa tahun ayahnya tak pernah menemuinya, Kushina tidak pernah menaruh rasa rindu. Namun yang tidak Kushina ketahui ialah perasaan miliknya yang campur aduk mulai terasa kembali dengan aneh.

Apakah ini suatu pertanda?

Kushina hanya bisa menatap langit dengan linglung.

.

.

Continue

.

.

Note : Sebenarnya ff ini hanya berisi 3 chapter + 1 epilog. Sengaja tidak saya jadikan 1 chapter karena setiap chapternya punya fokus tersendiri (alasan pdhl males ngetik banyak).

Terakhir, mungkin ada yang tanya kenapa saya cover ke dxd? Itu karena ada satu karakter yang benar-benar cocok untuk saya jadikan karakter di ff ini.

Chaoter depan mulai masuk plot. *\0/*