Harry Potter milik JK. Rowling, Harry James Potter milik Draco Lucius Malfoy
Summary: Harry bilang dia membenci dan tidak menyukai Draco, tapi selaku adiknya Albus tahu bahwa Harry bukan membenci Draco, hanya tidak menyukai pria itu saat menggoda dan menggombalinya.
Dryller
Pagi yang indah dan cerah, ditemani dengan embun yang turun menyapa daun atau langsung jatuh ke tanah dan membuatnya lembab, suasana sejuk setelah semalam hujan cukup deras membuat Harry yang tengah menatap kota London dari balkon Apartemennya sedikit mendesah lega menikmati suasana pagi yang sunyi, damai, dan tidak ada gang-
"Kak! apa kau sudah membuat sarapan? aku akan telat pergi ke sekolah kalau kau masih betah bertindak seolah-olah kau maniak pagi hari!"
Lupakan. Tidak ada hari yang damai ketika Albus -adik kandungnya- berteriak meminta sarapan, Harry mendecak dan turun kebawah, dia sudah dibalut bathrope sehabis mandi. Mendatangi adiknya yang sudah duduk di meja makan dengan wajah tenang yang menampilkan semburat kesal di matanya.
"Tinggal oleskan selai pada rotimu, dan makanlah dengan tenang," ketus Harry. Dia mulai mengambil roti dari penyimpanan dan mengoleskannya, memberikannya pada Albus yang langsung disantap dengan lahap.
"Kak." Albus menyodorkan tangannya, dan Harry mendecak sembari memberikan roti selanjutnya, begitu terus sampai roti ke empat dan Albus berdiri setelah membersihkan remah roti yang menempel pada celana seragam SMA nya.
"Naik motor dengan benar."
"Ya."
Lalu adiknya berlalu pergi, Harry masuk kembali kedalam rumahnya dan mulai memakai baju, dia sedang libur bekerja, memang sudah agendanya weekend begini tidak ada pekerjaan, Albus saja yang terlalu rajin sekolah.
-o0o-
Dia menikmati kopi paginya disebuah Cafe yang tidak jauh dari kawasan Apartemen yang ditinggali dirinya bersama sang adik, Harry memang hanya tinggal berdua dengan Albus ketika kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat 5 tahun lalu. Kini dia dan adiknya sudah terbiasa hidup berdua.
Sambil menyesap kopi dan bermain ponsel, Harry sampai tidak sadar ada yang menempati kursi di depannya, seseorang itu berdehem pelan membuat Harry mendongakkan kepala.
Matanya sukses membulat.
Pria di depannya menyeringai "Responsmu lucu sekali," pria itu berkata. Dia menyesap kopinya sambil mengangkat alis geli menatap Harry yang masih setia membolakan matanya. "Apa aku terlalu tampan sampai kau bahkan tidak bisa menormalkan bolamatamu lagi?"
Harry tersadar dan mendecak, dia mencoba mengabaikan seseorang di depannya, pria berambut pirang yang sudah mengganggunya selama 2 tahun semenjak kepindahannya di Apartemen, pria ini juga berada tepat di depan pintu Apartemennya itu berarti mereka tetangga dan Harry tidak menyukai fakta itu.
Karena sesungguhnya orang di depannya ini adalah Draco Malfoy, tetangga yang dikenalnya 2 tahun lalu, yang sangat menyebalkan, dan sangat menjengkelkan, Harry harus menambahkan kata sangat disetiap kata untuk menjelekkan Draco.
"Harry."
Harry meliriknya tanpa minat. Tidak menjawab.
"Manis sekali."
Dia mengernyit "Kopimu?"
"Kau."
Harry memutar bolamatanya, dia berakting seakan dirinya akan muntah saat itu juga, dan Draco menanggapinya dengan kekehan ringan yang tampan, Harry tidak terpesona sebab Draco selalu menggombalinya seperti itu semenjak kepindahannya.
"Harry."
"Hm.
"Harry."
"Apa?"
"Harry"
Harry menodongkan garpu yang dipegangnya ke arah wajah Draco yang sontak mundur, mata Harry bersinar jahat "Sekali lagi kau memanggilku tidak jelas, kutusuk lidahmu dengan ini."
Draco mengangguk cepat-cepat, kemudian suasana di antara mereka hening untuk sejenak, tapi itu tidak berlangsung lama karena Draco kembali memanggilnya.
Harry menatapnya tajam, siap menancapkan garpu di wajah Draco kalau-kalau pria ini tidak berbicara apa maksud dari memanggilnya.
"Aku menyukaimu."
Harry diam, wajah bengisnya berubah menjadi tidak terbaca, dia menurunkan garpu yang tadi ditodongkan ke arah Draco, menatap Draco yang kini memberinya pandangan sungguh-sungguh.
Harry tidak bilang apapun, dia langsung beranjak dari sana setelah mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di meja kemudian meninggalkan Draco yang menatap kursi Harry yang kosong.
-o0o-
Albus mendecak kesal dia membuka kunci Apartemen kemudian masuk ke kamarnya, mengganti baju sekolahnya lalu pergi ke dapur.
Kosong.
Kakaknya belum memasak, dia bertambah kesal, belum juga selesai penderitaannya karena ternyata dipanggil ke sekolah hanya untuk bersih-bersih. Memang benar, murid sesungguhnya adalah babu sekolah.
Saat ingin mengambil roti dia dikejutkan dengan pintu yang menjeblak terbuka dengan nyaring, tergantikan dengan wajah panik kakaknya yang mondar mandir sambil bergumam dan menggerutu tidak jelas, Albus masih menatapnya dan ketika kakaknya berjalan menuju pintu keluar setelah memakai masker dan topi dia mengeluarkan suaranya, mengabaikan ekspresi terkejut kakaknya karena dia ada dirumah.
Sepanik itu sampai tidak sadar bahwa pintu itu tidak dikunci berarti ada orang di dalam?
"Kau mau kemana?"
Harry yang sudah siap dengan masker dan topinya menoleh ketika adik laki-akinya itu menatapnya heran dan bertanya dengan kalem. Dia melirik pintu dan kemudian mendatangi Albus, memegang bahu adiknya dramatis dan menatapnya penuh harap.
"Kabur."
Albus mengernyitkan dahi "Kabur?"
"Ya kabur," Harry menjawab. Dia menyadari tatapan bertanya adiknya lagi kemudian melanjutkannya. "Aku harus kabur dari si sialan Draco Malfoy, dia terus menggangguku sepanjang hari dengan gombalan tidak bermutu yang membuatku ingin muntah."
Albus diam sejenak kemudian terkekeh "Kakak menghindari Kak Draco? Tapi kenapa?"
Harry memasang wajah lelah "Oh Albus, harus berapa kali kukatakan bahwa aku tidak menyukainya, dan hari ini dia mengatakan hal tidak jelas lagi," dia mencengkram bahu adiknya. "Baiklah aku kabur dulu, kau jaga rumah dan saat pulang akan kubelikan sekantung minuman dingin."
Harry berbalik untuk meninggalkan Albus, matanya membelalak terkejut ketika melihat sosok pirang di depan pintu tengah menatapnya dengan menyeringai.
"Mau kabur?"
Sial.
Itu Draco Malfoy, itu berarti Draco mengikutinya saat pulang makanya bisa tiba tepat saat Harry sampai di Apartemennya.
Draco menatap Albus dan tersenyum aneh.
"Ini." Draco menyodorkan menyodorkan sekantung plastik hitam kepada Albus yang menatapnya bingung, kemudian dia menggoyangkan plastiknya. "Ambillah, dan bisa aku pinjam kakakmu?"
Harry melotot "Jangan menghasut adikku, Malfoy, dia tidak akan-" ucapan Harry berhenti ketika Albus melangkah mendatangi Draco di depan pintu dan meraih kantung plastik hitam itu kemudian berucap terimakasih, Harry melongo ditempat. "Albus- kau pengkhianat tengik!"
Albus mengintip isi dari plastik hitam itu kemudian mengangkatnya dan menatap Harry dengan tenang "Aku lapar, dan beruntung sekali Kak Draco menawarkan makanan gratis."
Harry melotot lagi ke arahnya "Itu tidak gratis! Kau baru saja menjual lakakmu pada monster ini!"
Albus mengangkat bahu "Sudah aku bilang, aku lapar," dia berjalan menuju dapur dan menyiapkan makanannya. "Kak Draco bawa saja Kakakku, dia terus menggerutu sepanjang hari, aku pusing."
Setelah Albus menghilang dari pandangan, Draco menyeringai ke arah Harry yang memandangnya dengan Horror.
"Jangan mendekat!" Harry berteriak. Dia memperingatkan ketika Draco maju mendekat. "Pergilah, Malfoy."
Draco memutar bolamatanya "Aku akan pergi," dia melihat senyum bahagia Harry dan kembali menyeringai. "Tapi setelah menculikmu untuk berkencan denganku."
Harry terkesiap ketika tubuhnya digotong bagai karung beras, dengan sekuat tenaga dia berteriak "ALBUS, PEDULIKANLAH KAKAKMU INI, KAU TELAH MENJUALKU. ALBUS! SIALAN!"
Di dapur Albus tengah menyantap makanannya sambil menggeleng geli "Mereka itu tinggal pacaran saja kenapa susah sekali sih."
-o0o-
"Sini, jangan jauh-jauh kau bisa tertabrak." Draco menarik lengan Harry namun pria itu menepisnya dan balas memelototinya dengan lucu, Draco terkekeh.
"Jangan sentuh!" Katanya. Harry memalingkan wajah ke arah jalanan kota, dia bergeser sedikit ke arah Draco agar tidak benar-benar tertabrak, namun Draco malah menariknya dan saat Harry ingin protes suaranya berhenti diujung tenggorokan karena Draco tidak lagi mencoba merapatkan tubuhnya melainkan mengganti posisi berjalan mereka, Harry dibawa kesebelas Draco menjauhi jalan raya, dan Draco berjalan disebelahnya. Ditempatnya tadi.
"Kau sudah makan?" Harry tidak menjawab, Draco menghela napasnya, dia menggenggam tangan Harry namun pria itu lagi-lagi menepisnya dan memberinya pelototan yang sama. "Ayo ke cafe di ujung sana."
Harry tidak bersuara tapi mengikuti langkah Draco.
"Kau masih marah?"
"Kau membuat adikku menjualku hanya karena sekantung plastik makanan sialan!"
Draco mengernyit "Jangan hina makanannya."
Harry mendelik padanya, tapi kemudian dia berwajah aneh dan tampak seperti ingin menanyakan sesuatu, Draco sadar akan hal tersebut kemudian memberinya tatapan bertanya.
"Kenapa kau terus menggangguku?"
Draco diam sejenak untuk menatapnya kemudian terkekeh "Kebanyakan orang melakukan banyak hal agar orang yang dia suka memberinya perhatian," Draco menepuk kepala Harry dua kali lalu tersenyum tipis. "Dan itu yang sedang kulakukan padamu."
Sialan, semoga si brengsek ini tidak mendengar debar jantungnya.
Draco dan Harry kini telah duduk disalah satu kursi Cafe yang tadi menjadi saksi insiden Draco mengungkapkan perasaannya kepada Harry.
Mereka menunggu pesanan, karena memang tadi Harry hanya menyantap sepotong roti dan pergi untuk minum kopi, Draco memesankan dirinya dua sandwich dan 1 Milkshake, Harry hendak protes tapi dia urungkan, sedang malas bicara pada pewaris muda Malfoy ini.
Draco melahap sandwich nya sambil menatap Harry yang juga mengunyah sandwich di mulutnya dengan lahap, tanpa sadar pemuda pirang itu tersenyum.
"Apa kau begitu setiap hari?"
Harry menelan sandwichnya kemudian menatap Draco aneh "Apanya?"
"Kau. Apa kau selalu lucu dan manis setiap hari?"
Harry memutar bolamatanya lagi, dia jengah "Berhenti menggombal, Malfoy."
"Siapa bilang aku menggombal? aku serius tahu," katanya. Draco menatap Harry lamat-lamat setelah menyesap kopinya "aku juga serius saat aku bilang, aku menyukaimu."
"Uhuk!"
Draco buru-buru menyodorkan Milkshake milik Harry yang langsung diminum hingga tandas oleh pemuda itu, Harry menatap Draco tajam. Setelah berdehem pelan dia bersuara.
"Kau mau membuatku mati konyol?!" Kesalnya.
Draco terkekeh "Maaf, aku tidak tahu kalau kau akan tersedak setelah mendengar itu."
"Tentu saja tersedak! harusnya kau tahu bahwa topik itu sangat-sangat sensitif!"
Draco menaikkan sebelah alisnya, dia kembali menyeringai "Kenapa bisa sensitif, Harry?" lalu dia mendapati semburat merah pada kedua pipi pemuda yang kini tengah mengumpat padanya. "Apa kau begitu salah tingkahnya?"
"Diamlah."
Dan mereka benar-benar diam untuk beberapa lama, Harry menatap Draco ragu-ragu.
"Malfoy."
"Draco."
Harry menatapnya bingung.
"Panggil aku Draco."
Harry memutar bolamatanya dan kembali berujar "Malfoy. apa kau benar-benar serius saat mengatakannya?"
Draco mengernyit "Mengatakan apa?"
Harry mendengus kesal, dia memalingkan wajah, enggan menatap Draco "Lupakan."
Draco terkekeh kecil melihat respons Harry "Ya," Harry kembali menoleh untuk menatapnya karena mendengar Draco bersuara. Di dapatinya wajah serius Draco yang membuat jantungnya gonjang-ganjing. "Bukti apa yang harus kuberikan agar kau paham betul bahwa aku sungguh-sungguh serius."
Harry diam sejenak "Bukti... berikan bukti apapun, aku tidak peduli."
Draco menyeringai "Baiklah."
Perlahan Draco mendekatkan wajahnya pada Harry yang sedang mengaduk Milkshakenya, Draco mengangkat dagu Harry dan Harry menatapnya heran, alis pemuda berkacamata itu berkerut bingung namun tergantikan dengan mata membulat heboh ketika Draco menjatuhinya ciuman.
Bibir Draco tepat berada di bibirnya.
Mengecupnya, dan kini melumatnya pelan. Lalu Draco berhenti.
Draco menatap Harry dan mengelus pipinya, mengecup hidung pria di depannya yang masih shock dan menatapnya tidak percaya.
"Sudah paham bahwa aku benar-benar serius?"
Harry melongo, dua merasa wajahnya begitu bodoh sekarang. Tapi Draco tetap tersenyum manis dan kemudian bilang.
"Aku menyukaimu."
END
HOREEE
Silahkan Reviewnya bila berkenan.
