Their Own Reason
Disclaimer: DMM.
Warning: OOC parah, typo, gaje, dll.
Author tidak mengambil keuntungan apa pun dari fanfic ini. Semata-mata dibuat demi kesenangan pribadi, dan untuk ulang tahun Nion (13/04/2021).
Terjebak dan menjadi hari yang sama tentunya tidak pernah dibayangkan, baik oleh Kitahara Hakushuu maupun Miki Rofuu. Langkah mereka bahkan saling mengiringi. Hanya kekurangan nama-nama yang manis seperti janji jari kelingking, ataupun sesederhana mari bersama selama-lamanya.
Sudah berapa jejak yang serupa yang mereka bagi? Menghitungnya berada di luar agenda Miki, karena ia super sibuk memegang tas belanjaan. Sementara Hakushuu cenderung menontoni musim semi yang sakura-nya berbunga-bunga bahagia. Lagi pula Miki bukan anak-anak yang mesti diawasi. Kedua, wajahnya yang bahkan tidak lebih baik dibandingkan sakura, kenapa Hakushuu harus melihat sesuatu seperti itu?
"Sebaiknya kau tidak menggangguku saat belanja nanti." Pedas sekali. Walaupun dari lubuk hati terdalam, Hakushuu memang menghormati karya-karya Miki yang memiliki "maha"-nya tersendiri, sifat Miki yang satu ini benar-benar merusak sakura demi sakura yang mengulas paling indah.
"Baiklah. Aku akan menyaksikanmu dari jauh kalau begitu. Dua puluh meter cukup?"
"Maksudku bantu aku berbelanja juga, tetapi jangan sampai kau menghalangi."
"Aturannya begini, Rofuu, tidak ada seorang pun yang boleh memerintahku, paham? Aku memang sabar terhadap semua sikapmu yang kerap berpikiran negatif tentangku, ataupun kau yang gagal memahami puisiku, tetapi untuk yang satu itu tiada toleransi."
Sekilas Miki mendecih. Ia tidak ingat pernah memberikan salah satu nasibnya untuk diisi kesialan, tetapi bukan berarti Miki–begitu pun Hakushuu–menyalahkan Niimi Nankichi serta Miyazawa Kenji. Beberapa waktu lalu, Niimi ditemani Kenji menghampiri Miki yang tengah berdedikasi terhadap berkebun. Mereka tidak membawa buku dongeng atau mainan tertentu. Miki masih positif bahwa mungkin saja, keduanya menginginkan puisi-puisi Kenji dimusikalisasi.
"Begini, aku sama Niimi mau mendengar cerita soal Rofuu dan Hakushuu."
Prolog dadakan tanpa permisi itu membekukan Miki. Otaknya berputar cepat sekali yang lebih tepatnya, Miki sekadar kocar-kacir di dalam benaknya sendiri. Sekian lama diamnya Miki mengawang-awang, Miki ingat sekali ia malah menjawab, "Tidak tahu". Lalu anak-anak tersebut jadi sangat baik, kok. Kenji menyarankan agar Miki serta Hakushuu belanja berdua. Dengan begitu Miki paham harus mengisahkan apa.
"Rofuu dan Hakushuu kelihatannya juga kurang akrab. Makanya kami khawatir."
Seribu sayang Miki telah memutuskan, untuk meminta maaf kepada ucapan Niimi yang terngiang tersebut. Pasti memang mustahil mereka akrab di kisah ini. Kelembutan Hakushuu yang bertutur itu yang menutupi sikap superiornya saja, menurut Miki sudah tidak benar. Akan tetapi, ya ... sekiranya jua sekalipun suasananya krik-krik, Niimi dan Kenji mendengarkan yang asli daripada serunya dibuat-buat.
"Kutunggu di luar kalau kau sebegitunya ogah diganggu."
Tangan Miki mengibas menyiratkan ketidakacuhan. Siapa juga yang membutuhkan Hakushuu dalam perkara semudah berbelanja? Ketika dihalangi saja Miki akan kesulitan sendirian, agar ia tak pernah kalah dari menghadapi Hakushuu.
Sayur-sayuran, bumbu instan, camilan yang dititipkan para anak, tambahan-tambahan kurang pekerjaan macam bir kalengan serta castella, ternyata jadi menggunung juga tatkala Miki membeli semua terdaftar di kertas.
Sang kasir turut berterima kasih kepada dua tangan Miki yang menggenggam kantong plastik. Isinya benar-benar membebani otot tangan, ditambah lagi Hakushuu berani-beraninya tidak tampak di mana-mana. Mungkinkah Hakushuu pulang duluan? Atau diam-diam ia mengerjai Miki dengan tiba-tiba memainkan petak umpet? Tanpa pikir-pikir lagi Miki langsung menetapkan, prospek pertama adalah amat benar. Toh, ia bodoh amat. Senang-senang saja jika Hakushuu–
"Siapa bilang aku kabur? Maaf, deh, kalau Rofuu sampai mencariku. Bukan maksudku membuatmu bingung." Perlahan-lahan Miki menengok ke belakang. Seorang anak kecil menduduki pundak Hakushuu, seolah-olah itu adalah takhta yang menjadikannya raja.
"Anak siapa yang kauculik itu?"
"Dia terpisah dari orang tuanya. Selama kau berbelanja, aku menemani dia bermain." Kincir angin di tangannya berputar riang. Miki menikmati pemandangan tersebut, sampai tangan Hakushuu terulur menciptakan sebal di mata Miki.
"Mana castella-ku?"
"Sudah kuduga yang menulis castella di daftar belanjaan adalah kau. Bikin berat saja."
"Castella beratnya tidak sampai satu kilogram, kok. Tolong kemarikan."
Ogah-ogahan Miki memberikannya. Hakushuu lalu menghadiahkan castella tersebut kepada sang anak yang bersorak-sorai, dan terima kasihnya paling lantang dalam menghangatkan hati. Karena ia ingin memakannya, Miki pun mengajaknya duduk-duduk di bangku taman yang dekat dari supermarket. Hakushuu memuji kejelian Miki. Tidak ditanggapi gara-gara Miki asyik membersihkan remah-remah yang menempel, dan Miki juga malas.
"Teh gandum punya siapa, tuh?"
"Entahlah. Nanti aku beli lagi, kok. Jangan protes melulu makanya," balas Miki sengit. Hakushuu memutar bola matanya tak habis pikir, ketika yang komplain mengenai castella Hakushuu hanyalah Miki.
"Maaf karena aku menanyakan ini, tetapi Rofuu itu jarang berkaca, ya? Sesekali tolong lakukanlah. Demi kebaikanmu juga soalnya."
"Nada bicaramu lembut, tetapi rasa-rasanya juga kau mengejekku. Memang, ya, kau ini sulit ku mengerti." Bagaimana cara Hakushuu melakukannya? Tak pernah mengetahui itu selalu melelahkan Miki lebih cepat, setiap menatapi obrolannya dengan Hakushuu. Mungkin karenanya juga Hakushuu-Miki tiada sekali pun terlibat pertengkaran yang heboh.
"Karena Rofuu-san enggak bisa mengerti Hakushuu-san, apa artinya hubungan kalian tidak bagus? Makanya Hakushuu-san menyebut Rofuu-san rival ketimbang teman?"
"Rival adalah hubungan yang bagus sebenarnya. Omong-omong Genki-kun jadi mendengarnya?" Nama bocah SD itu disebut. Bohlam imajiner menerangi kepalanya yang sinarnya tidak meraih Miki, makanya ia tetap gulita mengenai ucapan Hakushuu.
"Oh, iya! Hakushuu-san bilang, Rofuu-san juga pandai membuat lagu anak-anak. Boleh aku mendengarnya?"
"Tentu. Ayo kita menyanyi bersama-sama."
Peduli setan dengan yang Hakushuu rencanakan. Antusiasme Miki langsung mendorongnya memilih lagu Akatambo. Yuyake koyake no akatambo disenandungkan dengan lembut, tersenyum dan ringan, tetapi di lain sisi yang menyanyikan serta mendengarkannya, memahami kerinduan yang indah mendalam terhadap kampung halaman. Akan seseorang yang punggungnya selalu terlihat menjaganya kapan pun.
"Sekarang, ayo kita menyanyikan Cradle Song punya Hakushuu-san. Enggak apa-apa, 'kan? Aku mau menyanyikannya sama Rofuu-san juga."
"Walau hubunganku dengannya tidak buruk-buruk amat ataupun baik-baik amat, tetapi enggak akan ada yang melarangmu menyanyikan lagu yang kau sukai."
Miki menepuk-nepuk kepalanya. Diam-diam pula Hakushuu menyunggingkan senyum, saat di antara mereka bertiga Miki justru paling menghayati rasa dari suaranya, terutama di lirik, nenneko nenneko nenneko yo–pengulangannya begitu menggemaskan, dan Hakushuu juga menyukainya, walau itu takkan penting untuk dikatakan.
Entahlah apa yang melatari perasaan itu, tetapi lebih pentingnya lagi bocah tersebut malah tertidur di pangkuan Miki. Mungkin karena nada serta liriknya dituturkan khusus untuk meninabobokan anak-anak, jadilah kantuknya tertarik.
Orang tuanya datang setelahnya. Pasutri muda itu sampai membungkukkan badan berkali-kali, saking rasa syukurnya tidak tahu harus bagaimana lagi. Sesaat mereka saling melambaikan tangan. Mumpung Miki kembali membeli teh gandum juga, Hakushuu memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk merokok. Ia benar-benar lega ketika Miki malah memasang tampang sebal. Kepulangan mereka pasti otomatis tertunda.
"Ah ..." Asap ditembuskan membentuk halo yang berturut-turut. Untuk yang satu ini, sepertinya baik-baik saja bagi Miki jika ia memicu pertengkaran, "Sayang sekali aku lupa menitipkan castella padamu."
"Kutinggal, deh."
"Silakan, tetapi aku tak menjamin Kenji-kun dan Niimi-kun senang dengan idemu. Kecuali Rofuu bisa menjelaskan sesuatu yang bagus." Dadanya macam tertusuk. Secara tak langsung soalnya Hakushuu ini berkata, mereka belanja bareng gara-gara Miki gagal menjelaskan tali di antara dia dan Hakushuu. Penulis Akatambo itu jadi berdiri agak jauh, asalkan masih menyandari pohon. Bau rokok betul-betul sulit dimaafkan, habisnya, karena mengotori alam juga.
"Cepat habiskan rokokmu kalau begitu."
"Selagi menunggunya habis, bagaimana kalau kita mengobrol?"
"... mengobrol?"
"Iya, mengobrol. Kok kelihatan bingung begitu? Rofuu tahu artinya, 'kan?"
"Baiklah. Jadi, apa maksud dari perkataan, 'rival adalah hubungan yang bagus'?" Keceplosan pun Miki tak memedulikannya. Lagi pula kalau bukan topik itu yang dipakai, dan Hakushuu malah diam-diam saja, maka Miki akan sungguh-sungguh menanggapi kata mengobrol sebagai bahasa purba yang masih asing.
"Rival membantumu berkembang, dan memotivasimu agar selalu menciptakan karya yang lebih bagus. Bisa dibilang kita ini mempunyai hubungan yang baik sebenarnya."
Benar juga dan dapat dicerna. Namun, bukan berarti pantas diterima yang mana, Miki sangat menegaskan itu melalui alis yang naik sebelah.
"Buatku itu masih meragukan. Tetap saja pada dasarnya kita ini tak berteman, dan aku juga menolak."
"Bagaimana dengan ... karena kita tidak berteman tidak juga bermusuhan, itu mengindikasikan hubungan yang baik?" Keseriusannya turut Hakushuu usulkan kepada Miki. Gelengan malah diberi sebagai jawaban, setelah dahi Miki berkerut akibat berpikir.
"Kupikir aku punya parameter tersendiri."
"Apa, tuh?"
"Jika dipikir-pikir, aku belum tahu apa alasanmu membuatkan lagu dan puisi untuk anak-anak. Beritahu aku dan kuputuskan dari situ."
"Ini pernah kubahas dengan Miekichi. Intinya adalah, aku ingin anak-anak berkreasi sesuai kemauan mereka, dan mereka sadar bahwa mereka memang bisa. Berkah yang lebih baik dinikmati selama mungkin, sebelum menjadi orang dewasa."
Tetapi berkah tidak akan pernah melepaskan siapa pun yang rasa-nya tengah bertutur. Hakushuu meyakininya sebagai manusia dewasa yang harus memercayai dunianya sendiri, walaupun di dalam sana seorang diri, lalu mengulurkan tangan yang untuk orang lain pun, ternyata jatuhnya tetap kepada diri sendiri. Serba kejam.
Untuk Hakushuu secara pribadi, ia yang dipanggil, "Magician of words" adalah berkah. Kata-katanya membuatkan ia tanka, dongeng, dan puisi dari perasaan yang tetap dapat mengenang; mengalirkan ekspresinya, meskipun dikunci ke dalam abjad-abjad yang kikuk.
Bahkan bukan hanya Kitahara Hakushuu. Dengan diksinya masing-masing, para sastrawan yang selama-lamanya mengisahkan imaji dan bebasnya nyata, walaupun sebagai kehidupan orang dewasa serba sadis–inilah bentuk dari berkah. Bukankah berkah seperti itu, terutama amat mencintai anak-anak yang masih memercayai dunia bersama teman-teman, keluarganya, dan tangan yang mereka ulurkan adalah tangan yang memang untuk menggenggam orang lain?
Hakushuu ingin sebanyak mungkin anak-anak menikmati berkah tersebut, apalagi ketika orang dewasa saja ternyata masih boleh. Tak memiliki kata-kata serupa sastrawan pun, atau itu sesederhana, "Aku mau omelette" yang dapat diucapkan siapa pun, Hakushuu mau mereka mengungkapkan tanpa paksaan.
Maka, apabila suatu hari nanti anak-anak tidak dapat merasakan berkah tersebut, karena menjadi orang dewasa yang tak menulis atau tak berkarya menumpahkan hati, setidaknya ada keinginan untuk pulang ke masa-masa yang masih kecil itu, bukan?
Hanya sesekali kembali untuk merasai berkah itu pun, tak apa.
Hanya sekali lagi pulang ke sana dan melukiskan imajinasinya untuk yang terakhir kalinya pun, begitu juga baik-baik saja.
Kini, tidak sedang berpuisi pun Miki rasa-rasanya bisa merasai, Hakushuu tetap mengalirkan sebuah perasaan yang berarti besar. Miki memahami semua yang Hakushuu ucapkan maupun tak terucap. Bahwa Hakushuu menuliskan lagu anak-anak, agar anak-anak tahu mereka bisa seperti Hakushuu; orang dewasa lainnya; dan nanti akan mengingat mereka pernah merasai berkah untuk berimajinasi secara bebas. Mungkin merindukannya. Bersyukur dahulu berkesempatan memahami yang demikian.
"Alasanmu sendiri apa?" Giliran Hakushuu yang bertanya. Rokoknya tahu-tahu tinggal setengah batang saja, sementara hari sudah hendak memulai sore.
"Menurutmu apa hal paling menyedihkan di dunia ini?"
"Saat anak-anak tidak bisa mengekspresikan dirinya sendiri. Tidak merasakan berkah tersebut dari kapan pun."
"Rusaknya hati anak-anak tampak lebih mengerikan dibandingkan kecacatan apa pun buatku. Dengan menuliskan lagu untuk mereka nyanyikan, atau puisi-puisi, setidaknya anak-anak yang kau takutkan tak memperoleh berkah ini, minimal bisa mendengarkannya. Merasakan yang kutuangkan."
Jika Hakushuu ingin anak-anak tergerak untuk turut mengkhayalkan dirinya sendiri, Miki justru kurang terfokus pada hal sejenis itu. Asalkan hati mereka tak mendendam, walaupun ketakutan Hakushuu terjadi di mana beberapa anak tidak merasai berkah menjadi ekspresi yang bebas, maka begitu sudah cukup bagi Miki.
Hadiah terpenting dari lagu adalah kedamaian. Kedamaian membuat mereka mencintai hidup. Mencintai hidup berarti menyayangi Tuhan yang membuat segala-galanya ada.
Miki menyukai konsep seperti itu–lagu dan puisi-puisi yang kendatipun tidak membahas Tuhan secara gamblang, tetapi akan mengingatkan kepada kehidupan. Setidaknya pula hal-hal tersebut bisa memperindah mereka, walaupun sedikit sekali.
Semua yang hanya bisa diutarakan oleh Miki itu Hakushuu pun menyukainya, dan ia memang ingin bilang, terlepas dari hal tersebut penting atau dianggap sia-sia. Batang tembakau yang tersisa jadi ditandaskan. Miki jelas-jelas bingung, menilik Hakushuu biasanya selalu menghabiskannya.
"Bagus sekali. Aku menyukainya, alasanmu untuk membuat lagu anak-anak, dan lagu Akatambo." Sayup-sayup merah bersemu di pipi Miki. Spontan ia memalingkan wajah daripada Hakushuu melihat ini, dan siapa tahu Hakushuu memolesnya sebagai senjata untuk menyerang Miki.
"Kita pulang sekarang. Enggak ada penolakan."
"Tunggu sebentar, Rofuu. Castella-nya belum dibeli lagi."
"Cepat beli sana! Lebih dari lima menit, kutinggal kau."
Nyatanya pula Hakushuu mengaret sampai sepuluh menit pun, Miki tetap menunggu Hakushuu selesai di bawah naungan pohon, dan daun-daun senja. Di sepanjang perjalanan Miki memang marah-marah. Daripada ambil pusing, Hakushuu asal-asalan saja berpikir bahwa Miki tengah menyusun lagu baru.
"Jadi bagaimana? Apa kita mempunyai hubungan yang baik?"
"Mendadak amat pertanyaanmu!" seru Miki yang kekagetannya tidak dibuat-buat. Hakushuu mengulum senyum geli. Napas yang dalam dan sebanyak mungkin Miki coba kumpulkan lalu embuskan.
"Ya ... hubungan kita baik, sih. Alasanmu yang menciptakan lagu anak-anak itu bisa kuterima, kok."
Syukurlah semuanya berakhir baik. Kenji dan Niimi pasti menyukai kisah Hakushuu-Miki yang mendadak manis ini.
Tamat.
A/N: Sekali lagi HBD buat nion telat dua hari. Sebenarnya harusnya ini selesai dari kemarin, tapi aku-nya mager publish hehe.
Sebenarnya bikin hakushuu x rofuu ini cari mati sih jatuhnya, karena aku bener2 gak kenal rofuu tapi gak mungkin juga nanya ke nion, entar gak surprise. Tapi kalo dipikir2, aku juga gak tau sih nion masih demen pair ini atau enggak (?), karena anaknya lagi demen shiga x dazai sekarang ini. Harusnya emang aku bikin shiga x dazai aja, tapi di satu sisi penasaran mau bikin hakushuu x rofuu. Meski ya hasilnya mungkin sangat kurang. Perbedaan pikiran rofuu sama hakushuu juga kentara banget di sini. Keliatan banget aku gak kenal si rofuu pas menjabarkan soal alasan bikin lagu anak2, makanya gak bisa ngomong banyak2 dan cuss ending.
Buat nion, semoga kamu suka sama fic ini. Aku kurang tau seleramu yang kayak gimana hakushuu x rofuu-nya, tapi kurasa ini kurang sesuai juga. Seingetku soalnya, nion ini sering bikin soal percintaan mereka, sementara di sini platonic. Aku juga gak bikin sesuatu yang gimana2 banget kayak posesif dll.
Thx buat yang udah menyempatkan diri buat mampir. Mari bertemu di fanfic lainnya.
