Immortal
— Kagami Taiga x Kuroko Tetsuya
— Kuroko no Basuke belongs to Fujimaki Tadatoshi
.
.
Enjoy!
.
.
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu untuk selamanya. Aku tidak benar-benar pergi, aku hanya pulang untuk sementara, dan aku akan kembali. Jadi maukah kau menungguku, bahkan untuk waktu yang lama?,"
"Tentu saja, aku akan menunggumu, tidak peduli hingga seribu tahun sudah berlalu,"
"Kagami, mau pulang bareng?" tanya Fukuda pada Kagami yang masih belum mengambil tasnya.
"Kalian duluan saja," balas pemuda berambut merah gradasi itu pada Fukuda juga Furihata dan Kawahara yang berada di belakangnya.
"Baiklah, kami pulang dulu," ucap Furihata dan mereka bertiga segera meninggalkan kelas yang sepi.
Kagami Taiga, pemuda dengan alis bercabang itu masih duduk di kursinya, terus menatap ke luar jendela. Netra merahnya tidak sengaja menangkap sosok berambut biru langit yang baru saja melewati gerbang sekolah.
"Argh!" Kagami mengeram mengacak rambutnya, "kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkannya?"
Kagami menjatuhkan kepalanya di atas meja. Kelas sangat hening namun pikirannya begitu ribut. Dan itu hanya karena seorang pemuda bermarga Kuroko. Kagami benar-benar bingung, bagaimana mungkin pikirannya bisa di penuhi oleh pemuda yang jarang sekali ia ajak bicara itu.
Kagami menghela napas dan kembali mengangkat kepalanya, mengambil tasnya dan segera meninggalkan kelas. Bahkan lorong-lorong yang sepi ini hanya membuatnya makin tidak bisa berhenti memikirkan Kuroko.
Namun satu hal lagi yang membuat Kagami lebih bingung. Mungkin bisa saja ia terus terpikirkan tentang pemuda bermata biru itu, karena akhir-akhir ini Kagami menemukan jika ia begitu menarik. Tapi entah kenapa, rasanya Kagami sudah begitu dekat dengannya. Ia merasa sudah mengenal sosok itu. Padahal mereka pertama kali bertemu di upacara penerimaan murid baru, namun ia merasa sudah mengenal Kuroko jauh sebelum itu.
Kagami lagi-lagi hanya bisa menghela napas. "Hm, tidak ada salahnya mencoba,"
Pemuda dengan sorot mata tajam itu perlahan menggerakkan katana miliknya. Angin sepoi-sepoi sesekali menyibak haori hitamnya membuat setiap gerakannya terlihat indah.
"Sudah pulang ya?"
Suara halus menyapanya dari belakang. Ia berbalik dan langsung mendapati pemuda bertubuh lebih mungil darinya menatapnya dengan sorot yang lembut. Ia pun balas tersenyum.
"Ya, hari ini lebih damai dari kemarin, jadi sepertinya tak apa jika aku memilih menghabiskan waktu di rumah," balasnya sambil menyimpan katana miliknya. Ia kemudian segera duduk di sebelah pemuda dengan manik biru langit tersebut dan menatap langit dari teras rumahnya. Atau mungkin rumah mereka.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya suara lembut tersebut melihat kekasihnya yang masih menatap langit.
"Bukan apa-apa," balasnya singkat dan kemudian mengalihkan perhatiannya dari langit. Menatap pada wajah kekasihnya yang tersenyum. "aku hanya terpikirkan sebuah pertanyaan bodoh," kemudian ia menangkup wajah mungil itu dan segera memberinya kecupan manis di bibir.
Kagami dengan kesal menendang kerikil yang sebenarnya tidak menghalangi jalannya sama sekali. Ia hanya sedang kesal saja. Salahkan pagi yang datang terlalu cepat.
Kagami benar-benar tidak mendapatkan tidur nyenyak akhir-akhir ini. Kalaupun ia tidur siang, ia hanya akan segera terbangun setelah mendapatkan mimpi yang sama terus menerus. Ia tidak tau mimpi apa itu. Yang ia tahu itu hanya percakapan ringan antara dua orang yang sepertinya hidup jauh sebelum ia terlahir.
Kagami yang masih mengantuk menguap lebar-lebar hingga ia menutup matanya. Dan hal itu membuatnya tidak sengaja menabrak seseorang. Ia segera meminta maaf. "Ah, maafkan aku," baru saja ia ingin kembali bicara, ia langsung diam mendapati sosok yang terus saja memenuhi pikirannya akhir-akhir ini.
"Kagami-kun, ohayou," sapa Kuroko pelan dengan datarnya seperti biasa.
"Ah, um, ohayou," balas Kagami yang mendadak gugup dan bingung harus bagaimana.
Kuroko yang melihat tingkah aneh Kagami hanya memandang bingung. "Kagami-kun?"
"Un?"
"Jaa, kalau begitu aku duluan," baru saja Kuroko ingin berbalik, tiba-tiba Kagami menahan lengannya membuatnya terpaksa kembali menghadap Kagami. "Doushite?"
Kagami hanya diam. Ia sendiri bingung kenapa tiba-tiba malah menahan pemuda di depannya ini. "Um, ayo pergi bersama," ajak Kagami dan kemudian diangguki tanda setuju oleh Kuroko walau bingung dengan raut Kagami yang terlihat gugup.
Dan sekarang, keduanya hanya diam. Tidak ada satu pun dari mereka yang bicara. Kuroko sibuk dengan buku di tangannya, dan Kagami sibuk dengan pikirannya sendiri.
Diam-diam Kagami memperhatikan Kuroko dari sudut matanya. Mungkin ia memang merasa canggung, tapi nyaman pada saat bersamaan. "Bukankah berbahaya membaca buku sambil berjalan?" tanya Kagami berbasa-basi.
"Aku sih sudah terbiasa," jawab Kuroko, "lagipula, kalau nanti ada apa-apa toh kan ada Kagami-kun,"
"Maksudmu?"
"Ya, kalau terjadi apa apa kan Kagami-kun bisa membantu. Kalau nanti aku menabrak atau apa, kan Kagami-kun tinggal memperingatiku," jelas Kuroko tentu masih dengan wajah datarnya.
Kagami hanya mendengus. "Kenapa aku malah terdengar seperti penjagamu?"
Dan keduanya kemudian hanya diam melanjutkan perjalanan pagi mereka ke sekolah. Ya, hanya diam. Benar-benar hanya diam.
"Nee, Kagami-kun," panggil Kuroko memecah keheningan.
"Hm?"
"Apa kau sudah punya kelompok untuk tugas sejarah?" tanya Kuroko yang akhirnya mengalihkan perhatiannya dari buku di tangannya.
"Belum," jawab Kagami singkat.
"Kalau begitu mau sekelompok denganku?"
"Kau juga belum dapat pasangan?" Kuroko mengangguk. "Aku pikir sudah, karena semua anak di kelas tau jika kau hebat sekali di pelajaran sejarah,"
"Malah tidak ada yang mengajakku," balas Kuroko membuat Kagami bingung. "Punya hawa keberadaan tipis itu terkadang tidak terlalu menguntungkan,"
Perkataan Kuroko tersebut membuat Kagami bingung. "Hawa keberadaan? Maksudmu?"
"Ya, hawa keberadaanku tipis, jadi tidak banyak orang yang menyadari keberadaanku," jelas Kuroko.
Kagami hanya pasang wajah bingung. Ia ingat sih, teman-temannya yang lain jarang sekali menyapa Kuroko, dan bahkan orang-orang selalu terkejut setiap kali Kuroko menyapa mereka. "Tapi aku selalu menyadari keberadaanmu kok, aku juga bisa dengan mudah menemukanmu di antara kerumunan orang karena rambut biru milikmu,"
"Benarkah?" tanya Kuroko yang membuat Kagami mengangguk. "Arigatou,"
Kagami terdiam tidak membalas. Alasan pertama, karena dia bingung kenapa Kuroko berterimakasih, dan alasan kedua, karena ia tidak menyangka akan menerima sebuah senyum dari Kuroko. Walau hanya segaris senyum tipis, tapi Kagami yakin jika itu adalah senyum termanis yang pernah ia lihat.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" seorang pemuda dengan yukata yang selaras dengan iris matanya bertanya pada pemuda yang lebih tinggi yang berdiri di sampingnya.
Pemuda yang ditanya hanya menghela napas tanpa mau mengalihkan pandangannya pada pohon sakura yang mulai gugur. Ia tidak mengalihkan perhatiannya, namun tangannya bergerak menggenggam tangan yang lebih mungil.
"Sudah berapa kali kau melihat sakura mekar dan gugur terus menerus?" ia malah balik melontarkan pertanyaan.
"Lebih banyak dari yang bisa kau pikirkan," jawab sang lawan bicara sambil balas menggenggam tangan kekasihnya.
"Apakah selalu seindah ini?" tanyanya lagi.
"Tentu saja, bahkan lebih indah dari ini," jawabnya kemudian ikut memandang sakura yang berguguran.
"Begitu ya," pemuda yang lebih tinggi kemudian beralih menatap kekasihnya, "aku jadi penasaran, apakah dalam saratus tahun lagi keindahannya masih akan tetap sama?" dan ia perlahan tersenyum, "dan saat itu ayo kita menyaksikannya bersama,"
"Kagami-kun?"
Kagami terkejut dari lamunannya saat Kuroko memanggilnya. "Ah, maaf, aku melamun,"
"Tidak apa-apa," balas Kuroko yang kemudian kembali menulis. Ia sedang berada di apartemen Kagami untuk mengerjakan tugas kelompok mereka, walau sedari tadi yang bekerja hanya Kuroko sih.
Kuroko menatap bingung saat Kagami lagi-lagi mulai melamun. "Apa yang kau pikirkan?"
"Bukan apa-apa, aku hanya merasa bingung saja," jawab Kagami sambil menjatuhkan kepalanya di atas meja. "Naa, Kuroko, apa kau pernah merasa jika ini bukanlah pertama kalinya kau hidup?"
Kuroko tampak kebingungan. "Maksudmu reinkarnasi?"
"Bisa dibilang seperti itu, pokoknya seolah-olah kau sudah pernah hidup di masa lalu," jelas Kagami, "Apakah mungkin kau juga bereinkarnasi?" tanya Kagami tiba-tiba mengangkat kembali kepalanya dengan bersemangat.
"Um, maksud Kagami-kun?"
"Kau sangat hebat dalam pelajaran sejarah, itu mungkin karena kau dulu sudah pernah menyaksikan kejadian itu secara langsung di kehidupanmu yang sebelumnya! Luar biasa bukan?" Kagami bicara dengan begitu bersemangat.
Kuroko diam beberapa saat memikirkan jawabannya, kemudian ia hanya angkat bahu. "Mungkin, tapi aku yakin seratus persen jika aku belum pernah reinkarnasi dari kehidupanku sebelumnya. Bahkan aku tidak yakin jika aku punya kehidupan sebelumnya," dan ia kembali menulis di buku di depannya.
Kagami mengernyit bingung. "Pertama kau bilang perkataanku mungkin saja benar, tapi kau bilang kau yakin seratus persen jika kau tidak pernah reinkarnasi, jadi sebenarnya kau setuju denganku atau tidak?"
"Hah," Kuroko menghela napasnya, "entahlah, memang sulit jika bicara dengan orang bodoh,"
"Bodoh? Maksudmu aku?" Kagami menunjuk dirinya sendiri dan Kuroko segera membalas dengan sebuah anggukan.
Baru saja Kagami ingin protes, Kuroko kembali bicara. "Mungkin aku tidak bereinkarnasi, tapi bisa saja Kagami-kun sendiri yang sudah bereinkarnasi, kan?"
Kagami berpikir sejenak. "Ya, aku sempat berpikir jika ini bukan pertama kalinya aku hidup,"
"Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu?" tanya Kuroko yang masih mengerjakan tugasnya.
Tidak ada jawaban dari Kagami untuk beberapa saat, Kuroko mengangkat kepalanya menatap Kagami menunggu pemuda dengan alis bercabang itu menjawab. "Entahlah, aku merasa sudah begitu kenal dengan seseorang yang setauku baru pertama kali aku temui, dan aku begitu nyaman saat di dekatnya,"
"Dan siapa seseorang itu?" tanya Kuroko dengan wajah datarnya, namun nada bicaranya seolah bilang jika ia berharap.
Kagami hanya menghela napas dan kemudian berdiri. "Tugas kita masih banyak kan? Kau bisa makan malam di sini, aku akan memasak," dan ia segera masuk ke dapur.
Kuroko tidak membalas perkataan Kagami. Hanya sedikit kecewa karena Kagami tidak menjawab pertanyaannya.
Sudah hampir tiga minggu Kagami dan Kuroko menjadi begitu akrab. Mereka sering pergi ke kantin bersama dan kemudian makan siang di atap, sesekali pergi ke sekolah bersama saat tidak sengaja bertemu di jalan.
"Jam pelajaran berikutnya Sensei tidak masuk, kan?" tanya Kagami saat mereka berdua sudah menyelesaikan makan siang mereka.
"Hm, dia sedang ada urusan," jawab Kuroko.
"Kalau begitu mau di sini saja?" tanya Kagami menawarkan.
"Tapi kita diberi tugas oleh Sensei,"
"Tidak harus dikumpulkan hari ini," balas Kagami dan tiba-tiba saja menggengam sebelah tangan Kuroko membuat pemuda berambut biru itu terkejut, "jadi tidak masalah jika kita tidak masuk kelas hari ini," dan lagi, Kuroko makin terkejut saat Kagami malah menjadikan pahanya sebagai bantal.
"K-Kagami-kun?" Kuroko bingung.
Kagami yang masih menggenggam sebelah tangan Kuroko membawa tangan mungil itu untuk menutup matanya dan membiarkannya di sana. "Hanya sebentar, kumohon," mintanya dengan suara serak, pertanda jika ia siap untuk tidur. 'Aku begitu nyaman, sangat nyaman,'
Kuroko yang awalnya kebingungan diam-diam tersenyum. Ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, rasanya seperti kembali ke masa-masa itu.
"Nee," panggil seorang pemuda yang sedang mengasah katana miliknya pada pemuda lain yang duduk di depannya, "apa kau tidak pernah merasa bosan bersamaku?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya pada katana di tangannya.
"Kenapa juga aku harus bosan? Aku bahkan tidak keberatan jika harus terus bersamamu sepanjang hidupku," jawab sang lawan bicara dengan pasti.
Pemuda dengan netra merah itu terkekeh. "Kalau begitu hanya akhir dunia yang akan membuatmu bosan padaku?"
"Tentu," ia menjawab tanpa ragu sedikit pun.
Pemuda dengan katana itu kemudian tertawa, gemas dengan kekasihnya. Ia meletakkan katananya dan menatap pada langit malam yang begitu terang. Ia menatap ke arah kekasihnya sebentar dan kemudian kembali menatap langit. "Bulannya indah sekali ya?"
Dengan senyum menghiasi wajahnya, pemuda yang lebih pendek mengaitkan lengannya pada lengan sang kekasih. "Hm, bulannya sangat biru,"
Kuroko berdiri diam di bawah pohon sakura. Beberapa kelopak bunga jatuh tepat di atas kepalanya, namun ia tidak menyingkirkannya. Masih terus diam di tempatnya, hingga tidak sadar jika Kagami sudah berdiri di belakangnya sedari tadi.
"Kalau kau melamun terus kau bisa terlambat, lho," Kagami akhirnya buka suara setelah cukup lama hanya berdiri diam.
Tidak berbalik, Kuroko masih diam di tempatnya. "Tidak apa-apa, aku sering terlambat pada upacara tahun ajaran baru,"
Kagami akhirnya memutuskan untuk maju, berdiri tepat di samping Kuroko. Ia ikut menatap pohon sakura di depan mereka.
"Apakah keindahannya memang selalu seperti ini?"
"Eh?" Kuroko menoleh dengan wajah bingung.
Kagami kembali bicara, namun perhatiannya masih pada sakura di depan mereka. "Aku penasaran, apa dulu juga seindah ini?"
Kuroko hanya diam tidak membalas, dan juga tidak mengalihkan perhatiannya pada Kagami barang sedetik pun. Kagami yang merasa diacuhkan akhirnya membalas tatapan Kuroko. Biru bertemu merah, mereka hanya saling menatap untuk waktu yang lama.
"Indah, bukan?" suara Kagami terdengar berbisik, namun Kuroko dapat mendengarnya dengan jelas. Dan saat itu lah, Kuroko baru menyadari jika wajah Kagami sudah begitu dekat hingga ia bisa merasakan napas hangat pemuda yang lebih tinggi menerpa wajahnya.
Segaris senyum muncul di wajah Kagami. "Tentu saja indah, karena aku melihatnya bersamamu, lagi," dan ia langsung memajukan wajahnya agar bisa memberikan sebuah ciuman di bibir tipis Kuroko.
Kuroko tidak membalas bahkan setelah Kagami melepaskan ciumannya. Ia masih memasang raut bingung. Bahkan saat Kagami mengelus lembut wajahnya, ia masih tidak mau bergerak, namun tubuhnya bergetar. Ia menggigit bibir bawahnya hingga terlihat pucat.
Tangan Kagami beralih menghapus air mata Kuroko yang tiba-tiba sudah menganak sungai membasahi kedua pipinya. Ia kembali memberikan sebuah ciuman, dan terakhir, memeluk tubuh mungil itu dengan erat.
"Arigatou," ucap Kagami setelah memberikan sebuah kecupan di puncak kepala Kuroko, "kau benar-benar menungguku,"
Kuroko balas memeluk Kagami tidak kalah erat. "Kupikir kau tidak akan pernah ingat," Kuroko akhirnya bicara, "aku kesepian sekali tau,"
"Gomen," balas Kagami memberikan kecupan-kecupan lainnya. "Dan kalau aku tidak mengingatnya, harusnya kau mengingatkanku,"
"Bagaimana aku harus mengatakannya?" Kuroko menarik kepalanya untuk menatap Kagami, "Nanti aku malah dibilang gila. Manusia immortal yang menunggu kekasihnya lebih dari seratus tahun yang lalu, sungguh gila,"
Kagami terkekeh pelan. "Gila, tapi aku suka," ia kembali mencium Kuroko di bibir, dan kali ini Kuroko membalas. Tidak peduli jika mereka masih di tempat umum, yang jelas mereka ingin melepas rindu.
"Nee," panggil Kagami setelah ciuman yang cukup lama, "aku tidak terlalu ingat semua hal, bagaimana jika kau ceritakan semuanya? Tentang aku, kau," ia tersenyum lebar, "dan kita,"
Kuroko balas tersenyum. Menangkup wajah Kagami yang masih tersenyum lebar. "Tentu saja,"
"Bukankah bagus jika kita selalu bersama?"
"Hm?" manik birunya menatap bingung pada sang kekasih yang sedari tadi tidak mau melepaskan pandangan padanya.
"Kau dan aku," sambungnya sambil mengelus wajah pemuda yang lebih pendek darinya.
"Bukankah kita akan selalu bersama?" ia balas menatap pada manik merah itu dengan dalam. "Aku akan menunggumu, kapan pun itu,"
Dan keduanya tersenyum, menatap satu sama lain tanpa bicara. Ya, untuk apa bicara basa-basi lagi. Hanya dengan senyum dan tatapan saja, mereka tau jika mereka akan saling memiliki selamanya. Sekali pun setelah puluhan ribu tahun.
.
.
END
.
.
A/N
Cieeee yang akhirnya balik lagi ke fandom KnB setelah sekian lama tenggelam di lautan tugas tak berdasar ...
Apa kabar para KagaKuro shipper? Butuh asupan kah kalian? Saya juga butuh asupan juga ngomong-ngomong... Jujur, cerita ini udah laaaaaamaaaaaa banget aku bikin, tapi baru bisa publish sekarang... Alasannya? Ya karena males lah:) /plak!
Jaa, aku gak mau nambah-nambah word lagi... Makasih buat yang mau mampir dan baca cerita ini!^^ ARIGATOU GOZAIMASHITA!
Matta nee!
Bye bye!
Virgo
