Thorn berhadapan dengan lawan yang tangguh. Ia harus berhasil mengalahkan musuh yang kali ini mampu melukai harga dirinya jika ia sampai kalah. Lebih sulit lagi bagi Thorn karena musuhnya kali ini tidak bisa diajak bicara baik-baik.

Author note:

-Boboiboy dan seluruh karakter yang terkandung di dalamnya adalah milik pemegang hak cipta, saya hanya pinjam karakter-karakternya. Tidak ada keuntungan materi yang saya dapatkan dari fanfic ini.

-BUKAN YAOI, BUKAN SHOUNEN-AI. Elemental sibblings, AU, tanpa super power, OOC (mungkin ?).

-Dalam fanfic ini umur karakter utama adalah sebagai berikut dari yang tertua:

-BoBoiBoy Halilintar: 18 tahun

-BoBoiBoy Taufan: 18 tahun.

-BoBoiBoy Gempa: 18 tahun.

-BoBoiBoy Blaze: 17 tahun.

-Boboiboy Thorn: 17 tahun.

-Boboiboy Ice: 16 tahun.

-Boboiboy Solar: 16 tahun

.
.

Puasa Hari Kelima

"Lebaran sebentaaaaar lagi ... Berpuasa dengan gembiraaaa ..." Lagu mengalun dari mulut Thorn, menemaninya memetik hasil berkebunnya yang sudah matang di pinggiran halaman rumahnya. Mulai dari cabai, tomat, sampai terong dikumpulkan oleh Thorn sembari mengisi waktu menjelang berbuka puasa.

"Selamat hari Lebaran, Minal Aidin Wal Faidzin ... Selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamiiin." Mengalun lagu dari mulut Blaze selagi ia membersihkan kandang ayamnya yang terletak berdekatan dengan tanaman-tanaman Thorn. Blaze sendiri tidak terlihat batang hidungnya di halaman belakang karena ia sedang berada di dalam kandang ayam miliknya.

"Blaze!" Gempa memanggil dari ambang pintu belakang rumah. "Ayammu sudah ada yang bertelur?"

Blaze menengok keluar dari pintu kandang ayamnya. "Ada Kak!" sahut Blaze.

"Thorn," panggil Blaze kepada Thorn yang kini sedang mencabuti rumput liar di bak tanamannya. "Tolong sekalian bawakan telur-telur ini ya?" ucapnya lagi sembari meletakkan beberapa butir telur di dekat pintu kandang ayamnya.

"Okee, Blaze," ucap Thorn dengan riang. Ia memang tidak pernah mengeluh jika dimintai bantuan oleh saudara-saudaranya. Satu per satu Thorn mengumpulkan enam butir Telur hasil ternakan Blaze.

Baru saja Thorn mengumpulkan dua butir telur ketika sesuatu menyambar tangannya.

"Aduh!" Thorn yang terkejut langsung menarik tangannya. Sebuah bintik berwarna kebiruan perlahan muncul di punggung tangan Thorn. "A-apa ini?" desis Thorn sambil mengusapi punggung tangannya yang terasa ngilu.

Di hadapan Thorn berdiri jawaban atas pertanyaannya. Seekor ayam betina bertubuh tegap dan besar menempatkan diri diantara kumpulan telur di atas tanah dan Thorn.

Ayam betina berbulu cokelat kemerahan itu dengan sigap langsung mematuki tangan Thorn ketika ia hendak mengumpulkan telur yang masih tersisa.

"Adaw! Blaze! Ayammu nih!" ketus Thorn sambil memegangi tangannya yang dipatuk oleh ayam peliharaan Blaze.

"Abaikan, Thorn. Ambil saja telurnya!" jawab Blaze dari dalam kandang ayam.

Niat dimantapkan dan secepat tangannya mampu Thorn menyambar telur-telur yang tersisa.

Malangnya, Thorn telah salah langkah ...

"Hoeee! Adaw! Aduh!"

Sasaran serangan ayam milik Blaze itu bukan lagi tangan Thorn saja. Unggas yang tidak terima telurnya dicuri oleh manusia bermata hijau tua itu kini mematuki batok kepala mahluk yang mencuri telur-telurnya.

Tanpa terlihat gentar, ayam milik Blaze mematuk-matuk batok kepala Thorn sementara sayapnya yang kokoh menampar-nampar wajah Thorn.

"Aaahh!" Thorn langsung melompat berdiri sambil mengibaskan kedua tangannya untuk mengusir ayam peliharaan Blaze yang menyerangnya.

Rencana Thorn untuk lari dari serangan ayam Blaze memang bagus, kalau saja dia tidak menyenggol kandang ayam dimana Blaze berada.

"Lho, lho, lho?" Blaze merasakan kandang ayam yang sedang ia bersihkan bagian dalamnya bergoyang kuat. Secara refleks ia mengimbangi goyangan kandang ayamnya dengan bobot tubuhnya dan ...

"Alamak ..." Blaze meneguk ludah ketika sadar ia terlalu kuat menggoyangkan tubuhnya dan kandang ayamnya kini terlalu miring. "Huaaaa!" jerit Blaze ketika kandang ayam yang sedang ia bersihkan rubuh. Masalahnya sisi pintu kandang ayam itu kini berada di bawah dan tertahan oleh bobot kandang itu sendiri. Ditambah lagi bobot penghuni tidak sukarela kandang itu yang tidak lain adalah Blaze.

"Thorn! Tolong!" teriak Blaze yang terjebak di dalam kandang ayam yang tidak bisa dibuka pintunya.

Thorn yang dimintai tolong tidak bisa berbuat banyak karena masih menjadi bulan-bulanan seekor ayam yang tidak terima telurnya dicuri.

Kondisi Blaze tidak lebih baik. Kandang ayam dimana ia terkurung itu dibangun tinggi namun tidak lebar. Akibatnya Blaze tidak bisa berdiri dan hanya bisa berbaring dengan tidak elitnya di dalam kandang ayam itu. "Astaga, Thorn! Tolong aku!" teriak Blaze lagi. Tanah dimana kandang ayam itu rubuh tidak kering, akan tetapi basah oleh air yang digunakan sewaktu Blaze membersihkan kandang itu.

"Kak Gempaaaa! Tolooong!" jerit Thorn yang berlari memutari halaman rumah dan dikejar-kejar seekor ayam gusar.

Pertolongan tidak kunjung tiba dan Thorn memutuskan untuk melawan ayam milik Blaze itu.

Thorn mencoba menangkap tubuh ayam yang tergolong besar itu. "Kena kau!" pekiknya dengan penuh kepuasan.

Sayangnya kepuasan Thorn berumur pendek karena ayam itu langsung menendang-nendang dada, leher dan wajah Thorn dengan cakarnya. Belum lagi paruhnya yang runcing mematuk tangan Thorn secara beruntun.

"Aih mama!" Serangan brutal ayam peliharaan Blaze itu memaksa Thorn untuk melepas pegangannya. Segera setelah bebas ayam itu mengepakkan kedua sayapnya dan menampari kepala Thorn.

"Bertuah punya ayam!" dengus Thorn yang semakin kesal. Tatapan netra hijau tuanya terpaku pada si ayam yang mulai mengais-ngais tanah bak tanaman milik Thorn.

"Hiaaaa!" Pekik perang dikumandangkan dan Thorn menerjang si ayam yang tengah merusak bak tanamannya.

Waktu seakan berjalan lambat ketika Thorn melompat dengan tangan terjulur hendak menangkap si ayam.

Kurang dari sepersekian detik sebelum tangan Thorn menangkapnya, ayam peliharaan Blaze itu mengepakkan kedua sayapnya sembari menghentakkan kakinya.

Alih-alih berhasil mendapatkan buruannya, Thorn hanya menangkap udara kosong saja. Sebagai bonusnya, Thorn terjerembab mendarat di atas bak tanaman miliknya sendiri.

Baru saja Thorn berdiri dan hendak menyerang lagi ketika kehadiran orang ketiga menghentikan pertarungannya dengan ayam peliharaan Blaze.

Halilintar dan Taufan baru saja tiba di halaman belakang rumahnya. Keduanya tidak tahu harus terkejut atau terpana menyaksikan duel antara Thorn dengan seekor ayam. "Bukan begitu caranya, Thorn ...," keluh Halilintar sembari menggelengkan kepala

Dari dalam sebuah sangkar, Halilintar mengeluarkan seekor ayam jantan bertubuh besar dan tegap. "Balboa, coba urus betinamu itu," ucap Halilintar kepada ayam jantan peliharaannya.

Segera saja ayam peliharaan milik Blaze itu menjadi lebih tenang setelah didatangi oleh ayam jantan milik Halilintar.

"Nah, begitu caranya, Thorn," ucap Halilintar setelah ayam betina milik Blaze itu melupakan pertarungannya dengan Thorn.

"Yah telaaat!" keluh Thorn sembari memandangi bak tanamannya yang hancur terkena terjangan tubuhnya sendiri.

"Tanam yang baru lagi saja," ujar Taufan sembari menepuk-nepuk pundak adiknya itu. "Mendingan kamu mandi sana, sudah hampir Maghrib."

"Ya Kak ...," gumam Thorn yang masih tidak rela tanamannya rusak oleh dirinya sendiri. Tidak lupa ia mengumpulkan cabai, tomat, terong dan telur yang masih utuh untuk diserahkan kepada Gempa.

"Tolong aku juga dong!" ketus Blaze yang berbaring meringkuk di dalam kandang ayamnya. "Kak Ufan, Kak Hali, tolong berdirikan kandangnya. Aku ngga bisa keluar."

Taufan berjalan mendekati kandang ayam Blaze yang dudah rubuh. Mendadak bibir Taufan berkedut gemetaran ketika ia melihat keadaan adiknya yang terjebak di dalam kandang ayam.

"Pfft ... B-Blaze? Kok bisa?" tanya Taufan yang sebisa mungkin menahan tawanya, apalagi setelah melihat Blaze yang penuh noda lumpur dan berbaring meringkuk di dalam kandang ayam.

"Thorn!" ketus Blaze gusar. Seluruh tubuh bagian depannya penuh dengan lumpur sampai mengenai wajahnya. Jangan tanya bagaimana nasib kaus singlet dan celana pendek yang ia kenakan saat itu.

"Pffft. Bwahahahahahahaha!" Jauh berbeda dengan Taufan, Halilintar malah tertawa terbahak-bahak melihat nasib buruk Blaze. Bahkan sempat-sempatnya Halilintar mengambil foto Blaze yang berada di dalam kandang ayam rubuh itu.

Oleh karena itulah Blaze tidak terlihat senang ketika ia berhasil keluar dari kandang ayamnya itu setelah berhasil diberdirikan lagi oleh Taufan dan Halilintar.

"Duh ... Alamat gatal semua badanku nih." keluh Blaze sembari melirik pada tubuhnya sendiri yang belepotan lumpur. "Ngabuburit tersial ..."

Tanpa permisi lagi, Blaze langsung berjalan menuju pintu belakang rumahnya.

Tapi ...

"Mau kemana kamu, Blaze? Lantai rumah baru aku bersihkan!" Ice menghadang Blaze tepat di ambang pintu bersama Gempa. Dalam genggaman tangan Ice dan Gempa terdapat sebuah benda yang membuat Blaze mendelik horor.

"Ja-jangan-"

-Fwoooosh!-

Blaze tidak sempat menyelesaikan kata-katanya dan mendapati dirinya diterjang siraman kuat air yang berasal dari selang yang dipegang oleh Ice dan Gempa.

'Benar-benar ngabuburit apes ...,' keluh Blaze di dalam batinnya selagi ia berpasrah diri dibersihkan oleh Ice dan Gempa ...
.

.

.
Tamat.

Terima kasih kepada para pembaca yang sudah bersedia singgah. Bila berkenan bolehlah saya meminta saran, kritik atau tanggapan pembaca pada bagian review untuk peningkatan kualitas fanfic atau chapter yang akan datang. Sebisa mungkin akan saya jawab satu-persatu secara pribadi.

Sampai jumpa lagi pada kesempatan berikutnya.

"Unleash your imagination"

Salam hangat, LightDP.