"di sini"
A BoBoiBoy Fanfiction by Fanlady
Disclaimer : BoBoiBoy Monsta. Tidak ada keuntungan material apapun yang diambil dari fanfiksi ini.
Warning (s) : Alternate Universe, elemental siblings, death chara, drabble.
Prompt : Hujan, dari Fureene Anderson
.
.
.
Taufan duduk menunggu. Wajahnya menengadah, memandang bulir-bulir hujan yang tak berhenti mengguyur. Jalan yang dipenuhi lubang mulai digenangi air, menarik Taufan untuk melompat-lompat dan mencelupkan kakinya di air becek. Namun mama sudah melarangnya main hujan, apalagi mengotori sepatunya dengan melompat ke lumpur. Pasti mama akan mengomel kalau Taufan sampai mengabaikan larangannya.
Taufan masih menunggu. Jemputannya belum datang, dan air yang menggenang sudah lebih tinggi. Taufan bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika hujan tidak berhenti dan air yang menggenang akan terus bertambah hingga menenggelamkannya. Taufan tidak bisa berenang, tapi ia pasti akan minta diajari papa suatu hari nanti.
Sebuah bus berhenti di depannya, tapi tidak ada penumpang yang turun. Hanya Taufan yang duduk sendirian di halte, tapi ia tidak berani naik bus sendiri. Taufan harus menunggu dijemput mama, begitu pesan ibunya. Jadi, Taufan tetap duduk, sampai bus kembali melaju.
Hujan masih belum reda, dan Taufan mulai kedinginan. Jaketnya basah karena tadi ia berlari dari lapangan sekolah ke halte tanpa memakai payung. Harusnya Taufan mendengarkan ibunya pagi tadi untuk membawa mantel hujan. Sekarang ia harus menahan dingin dan juga kantuk yang mulai memberatkan matanya.
Bus lain berhenti. Kali ini seorang wanita turun, menggandeng dua anak laki-laki dengan wajah serupa. Keduanya memeluk buket bunga dan kotak hadiah, mata mereka bengkak, mungkin baru saja menangis dan bertengkar karena berebut porsi ayam goreng yang lebih besar.
Taufan bangkit, senyumnya terulas saat ia berlari menghampiri. Taufan tidak mengatakan apapun dan hanya berdiri di samping kedua anak kembar yang meletakkan buket bunga di atas bangku halte. Sebuah topi biru bercorak dengan noda merah kusam diletakkan di sampingnya.
"Maaf, kami tidak menjemputmu tepat waktu," Halilintar bergumam, jaketnya diremas kuat.
"Maaf, aku pulang duluan tanpa menunggumu," Gempa terisak pelan.
Taufan tersenyum sembari berdiri di samping kedua saudaranya. "Tidak apa-apa. Yang penting kalian tetap datang!"
Hujan masih terus mengguyur, dan Taufan akan kembali menunggu. Besok, lusa, dan hari berikutnya. Karena waktunya terhenti di sini, hari itu, di tengah jeritan klakson, dan cipratan air, serta bunyi tengkorak membentur aspal.
"Tunggu di situ dan jangan ke mana-mana, ya. Nanti mama jemput naik bus."
Dan Taufan akan terus menunggu.
.
.
.
fin
Author's Note :
Honestly, I have no idea how to write properly anymore????
Pengen memaksakan diri nulis drabble tiap hari di bulan puasa ini, tapi susah banget ngumpulin niat sama mood *nanges*
Semoga ini bukan drabble pertama dan terakhir untuk bulan ini huhu :")
