A little sister is all I want
-0-
Pernahkah terpikirkan olehmu bagaimana rasanya punya adik perempuan?
Tidak? Maka ijinkan aku menjelaskannya, adik perempuan adalah sosok yang paling dekat denganmu dan paling mudah bersikap manja padamu dan hanya dia satu-satunya yang mau mendengarkan keluh kesah mu
Tak ada yang jauh lebih berharga ketimbang adik perempuan
change my mind
-0-
Di suatu hari yang normal aku menjalani aktivitas hariku yang cukup damai, aku pekerja kantoran yang selalu menghabiskan waktuku bekerja dengan pekerjaan ini dimana aku menjadi seorang budak ketimbang pekerja.
Kehidupan kota Tokyo sangatlah berat dimana kau harus bisa beradaptasi dengan kota dimana semua kebutuhan hidupmu serba mahal.
Jika kau gagal maka kau akan berujung menjadi pemulung yang tak punya rumah seperti yang ku lihat tadi saat aku pulang
Ironi tapi itu kenyataan
Saat semua rasa lelahku mulai menumpuk pikiranku, aku hanya bisa berpikir dimana aku merebahkan tubuhku dan tidur nyenyak membiarkan mimpi membawaku.
"Aku pulang"
Seperti biasanya di rumah ku tak ada yang menunggu dan tak ada yang menyambutku baik saat pergi mau pulang. Sangat sepi itulah yang ku pikirkan, aku hanya bisa berharap jika semua rasa lelahku menghilang sepenuhnya terutama stress yang ku alami selama ini yang semakin lama semakin bertambah besar
-0-
...
...
...
"urgh..."
Sinar matahari yang menyebalkan.
Aku terbangun dan menatap langit-langit dimana masih sama seperti sebelumnya.
'Oh? Ini minggu'
Pikirku saat melihat tanggal di jam alarm, tanggal 24 April jam 8 Pagi, Yap sebuah waktu yang sangat menyebalkan untuk menikmati hari weekend mu.
Saat aku mulai bangun dari tempat tidurku yang nyaman, aku mulai masak sesuatu untuk ku makan pagi ini.
Lucunya, pagi yang damai di hari Minggu ini justru membuat pikiranku semakin bertambah banyak karena besok sudah Senin dan Senin adalah awal dari neraka, lagi
"..."
Di meja makan, aku menatap makananku yang masih hangat dan lagi-lagi sebuah perasaan sunyi senyap menjadi teman makan ku.
'...'
(driiing)
Ponselku bergetar dan saat aku melihat siapa yang mengirimkan pesan itu saat itu juga aku tahu kalau ini adalah hal yang menyebalkan.
'Apa yang dia inginkan? Apa mereka tidak puas membuat hidupku semakin bertambah sulit?'
Umpatku saat melihat pesan dari Ibu ku yang memberitahukan padaku kalau ada yang datang menjenguk ku dan dia telah tiba di stasiun kereta.
Bergegas menyiapkan diri, aku yang telah berpakaian langsung berlari kearah parkiran mobil dimana aku langsung bergerak menuju stasiun menjemput "Tamu" tak di undang itu.
Saat di stasiun aku hanya duduk diam menunggu, melihat jam tangan sambil bersabar menunggu adalah hal yang ku lakukan selama 5 menit.
'Dimana dia?'
Pikirku saat melihat-lihat kanan dan kiri.
"Nii-san"
Sebuah suara halus terdengar di telingaku, saat aku berbalik badan hal pertama yang ku lihat adalah seorang gadis cantik dengan rambut putih panjang menatapku dengan pipi kemerahan.
"Apa kabarmu... nii-san?"
Ucapnya dengan nada lembut malu-malu.
Hari itu adalah hari yang tak pernah ku lupakan dalam hidupku, hari dimana aku bertemu dengannya.
Gadis mungil pemalu namun sangat cantik berdiri menatapku dan hari itu aku mendapatkan adik perempuan yang tak pernah ku kenal sebelumnya.
-0-
Namaku Yakusawa Nurata teman-teman masa kecil dan semasa sekolahku biasa memanggilku dengan sebutan Naruto karena penggunaan kanji keduanya nyaris sama dan aku berusia 25 Tahun. Seorang pekerja kantoran normal yang selalu hidup di bawah perintah atasanku
Bekerja dari pagi hingga larut malam adalah aktivitas sehari-hari ku.
Lelah, letih, lesu dan stress adalah makanan biasa yang selalu aku dapatkan di kantor. Satu-satunya hari dimana aku melepas penat adalah hari Minggu dimana aku menghabiskan waktu dengan tertidur pulas di kamarku.
Rumahku terbilang sangat normal, sebuah apartemen dimana aku tinggal di lantai 4 dari 5 lantai ruangan nomor 56 adalah istanaku.
'Hah...'
Aku mendesah lelah saat berjalan pulang ke rumah dari tempat kerjaku.
Hari Senin adalah hari paling ku benci dimana aku menghabiskan waktu bekerja dan menunggu hari libu 6 hari lagi.
"Sudah jam 10 huh? Mungkin sebaiknya aku langsung tidur"
Pikirku saat melihat jam tanganku.
Saat aku sampai di depan pintu rumah sekali lagi aku mendesah karena aku menganggap kalau aku seperti biasanya tertidur di rumah kosong dimana hanya aku sendirian disini
"Aku pulang"
Ucapku sambil membuka pintu rumah namun
"Selamat datang, nii-san"
'Huh?!'
Aku terkejut namun saat aku melihat ke sumber suara saat itu juga aku sadar apa yang ku lupakan.
"Nii-san, apa kau mau langsung makan? atau mau mandi dulu?"
Ucap gadis remaja manis berambut putih panjang dengan nada malu-malu.
'Aku lupa soal dia'
"Mandi, aku sudah lelah"
Ucapku dengan singkat sambil berjalan masuk kedalam setelah melepas sepatuku.
Di dalam rumah aku melihat suasana rumah hangat yang nyaris aku lupakan
sesaat setelah aku selesai mandi aku di hadapkan pemandangan meja makan yang telah di siapkan makanan hangat yang di hidangkan oleh adik perempuan ku yang tak pernah ku ketahui sama sekali.
Dia adalah Yakusawa Marina, berusia 14 tahun siswi SMP yang merupakan adik dari ayah tiriku.
Ibu ku nampaknya memutuskan untuk menikah lagi setelah bercerai dengan ayahku dan sekarang ayah tiriku membawa anak perempuannya ke keluarga kami. Yah walaupun aku tak peduli sama sekali soal itu hanya saja aku sedikit terkejut akan kabar mendadak ini.
"Jadi, apa kau sudah menyusun barang-barang mu?"
Tanyaku sambil meliriknya sekilas. Saat ia tiba semalam, ibuku memberitahukan kalau Marina akan tinggal bersamaku untuk beberapa saat karena Marina berniat untuk sekolah SMA di Tokyo. Saat ini Marina yang telah lulus dari SMP hanya tinggal menunggu 2 bulan lagi sebelum ujian masuk SMA di mulai yang artinya aku harus menampung anak merepotkan ini disini
"hum... A..aku baru selesai beres-beres tadi"
Ucapnya dengan nada malu-malu seperti biasa, entah kenapa melihatnya bersikap seperti itu menghangatkan sedikit bagian terdalam jiwaku seolah-olah aku telah santai dari semua rasa lelahku.
Rasa hangat ini, kapan terakhir aku merasakannya?
Saat suasana semakin larut dan makanan telah selesai aku santap Marina langsung bangkit dari tempat duduknya dan mulai mengangkat piring kotor melihat seperti itu aku langsung ikut membantu namun ia justru menolak ku
"S..su..sudah Nii-san, biar saya saja. Nii-san bisa langsung istirahat saja"
Ucapnya dengan nada lembut namun terkesan formal di telingaku.
"Tidak, biarkan aku membantumu. Aku mana mungkin duduk diam melihatmu membereskan semuanya sendiri"
Tegasku berusaha menghilangkan upaya dia untuk mencegahku membantunya.
"..b...baiklah. K...kalau begitu..."
Ia dan aku mulai membereskan meja makan dan kami berdua mencuci piring dengan tenang. Sekilas aku melihat kearahnya yang terlihat gugup akan sesuatu, namun karena rasa letih yang ku dapatkan dari kantor membuat pikiranku tak bisa berpikir lurus.
Saat kami selesai, kami berdua mulai berjalan kearah kamar masing-masing namun sebelum aku masuk duluan aku melihat kearahnya sekali lagi.
"Besok pagi, jangan terlalu memaksakan dirimu. Melihatmu mengerjakan semuanya sendirian cukup membuatku merasa bersalah, jadi kalau kau butuh sesuatu katakan saja. Mengerti?"
"Huhm" Ia menjawab dengan mengangguk namun tak tersenyum selain ekspresi gugup di wajahnya
Saat aku di kasur aku menyadari kalau kamarku terlihat cukup bersih dari sebelumnya bahkan kasurku terasa lebih nyaman dari biasanya.
'hah... kenapa dunia kecilku yang damai harus di ganggu...' keluhku saat merasakan dunia pribadiku sedikit bergeser dari yang biasa ku rasakan.
Aku tertidur pulas saat pikiranku melayang ke keadaan rumahku yang dulu dimana aku selalu bertengkar dengan ibuku akan masalah yang sepele yang membuatku harus hidup sendirian demi kedamaian yang ku inginkan namun perasaan bersalah selama ini karena meninggalkan dia sendirian justru mengganggu hidupku selama aku tinggal disini.
Hidupku tak pernah ku anggap normal bahkan saat aku lulus SMA aku tak pernah sedikitpun mengingat adanya hal bagus yang terjadi selama aku bersekolah selain kenangan buruk menjadi korban bullying dan penindasan di sekolah
Sedih namun itu kenyataan yang terjadi di manapun itu.
(brrrt)
(brrt)
"Nii-san, b..bangun..."
'Urgh... berisik!'
"Nii-san... b...b.. bangunlah... s...sudah pagi"
"Berisik! Jangan ganggu aku" Bentakku saat terbangun dari tidur nyenyak ku namun saat aku melihat kearah sumber suara saat itu juga aku tersadar siapa yang ku bentak.
"m...ma...maaf... mmmm..maafkan aku...(menangis)"
Seorang gadis mungil cantik menangis saat aku bentak, dia adalah adik Perempuanku dan ketika aku melihat ke jendela dimana sinar matahari pagi telah menyinari kamarku aku langsung menyesali tindakanku tadi.
"hah...maaf kalau aku membentakmu"
Ucapku dengan nada separuh hati karena memang benar aku sangat kesal ketika tertidur pulas justru di bangunkan.
Melihatnya yang menangis dalam ketakutan aku mulai mengelus kepalanya pelan.
"Sudahlah, jangan menangis. Aku kira tadi itu alarm, maaf ya"
Ucapku berusaha menenangkannya.
Pagi aneh ini berlangsung bahkan saat aku telah selesai bersiap-siap berangkat kerja, Marina hanya berdiri di belakangku dengan wajah masih ketakutan.
Ia tak berbicara sama sekali maupun bersuara sedikitpun, Marina hanya berdiri disana menatapku yang siap untuk berangkat.
"Hah... sudahlah jangan lihatku seperti itu. Ku akui itu aku yang salah, jadi jangan lagi kau sedih" Ucapku dengan nada baik-baik sambil mengelus kepalanya pelan.
Marina hanya mengangguk sambil melihatku pergi dari rumah berangkat kerja.
Di sepanjang perjalanan menuju kantor pikiranku masih tak bisa lepas dari kenyataan kalau aku barusaja membentak adik tiriku.
'Sebaiknya aku lebih berhati-hati mulai dari sekarang'
Seharian aku bekerja seperti biasanya dimana aku mengurus di bagian Akuntansi keuangan kantor dimana setiap sudut data laporan keuangan harus aku periksa satu persatu secara akurat.
Sore pun tiba dan rasa letih sudah merasuki jiwa ku.
Tanpa sadar mataku tertuju ke jendela dimana sebuah wajah terbayang di pikiranku.
'Kira-kira apa dia sudah makan?'
Tanpa sadar aku membayangkan adik perempuan ku.
'Hah... palingan dia sudah makan duluan'
Ucapku sambil melanjutkan pekerjaan ku yang tak pernah selesai ini
Larut malam pun datang dan jam telah menunjukkan pukul 23.45 dimana jam terakhir kereta sekitar 15 menit lagi.
Beruntung aku mampu mengejar waktu terakhir kereta itu namun aku justru sampai di rumah jam setengah satu pagi.
Berjalan gontai bagaikan zombi aku terus berjalan hingga sampai di depan pintu rumahku.
"Aku pulang" Ucapku saat membuka pintu rumah, lampu masih menyala dan saat aku berjalan ke ruang tamu aku dihadapkan pemandangan dimana adik perempuan ku tertidur dengan wajah ia sandarkan di meja makan dimana makan malam yang telah dingin tersedia disana.
'Apa dia menungguku sampai jam segini?'
Pikirku, aku bergerak melihat wajahnya yang tertidur pulas dan makanan dingin ini masih terlihat enak.
'Dasar bocah bodoh. Kenapa dia malah menungguku sampai jam segini padahal dia punya kesibukan sendiri. Heh, kurasa ada yang salah dengan otaknya'
Sinisku namun aku justru tidak menghinanya, karena mungkin saja kalau aku lah yang menyebabkan adik perempuan ku menungguku sampai jam segini
Mataku tertuju ke meja ruang tamu dimana banyak bukunya masih berada disana, ia terlihat sangat bekerja keras demi mengejar SMA yang ia inginkan
(pat)
"hrrhm..."
Tanpa sadar tanganku terbawa ke kepalanya dan mengelusnya pelan membuat adik perempuan ku mengerang pelan dalam tidurnya.
"Kau sangat gigih ya? Seandainya aku sepertimu dulu..."
Sedikit sesal menyelimuti hati ku saat mengingat masa suram SMA ku, namun karena aku yang tak memperdulikan hal itu hanya bisa menghela nafas dan berusaha untuk memindahkan anak ini ke kamarnya sebaik mungkin berharap ia tak terbangun.
Di kamar aku menatap wajahnya yang tertidur di kasur nyaman ini, lagi-lagi sebuah perasaan hangat menyelimuti hatiku. Melihat wajah damainya entah kenapa aku sangat ingin mempertahankan momen ini hingga aku memutuskan untuk kembali ke kamarku dan memilih untuk tidur berharap pagi datang memberikan sesuatu yang baik untukku
