PROLOG
Hujan membasahi seluruh tubuhnya, tak ia pedulikan hawa dingin yang mulai masuk menusuk seluruh tulang-tulangnya bahkan luka-luka ditubuhnnya pun tak ia hiraukan. Kedua emeraldnya meredup menatap pada kedua mayat yang ada didepannya, menatap tak percaya bahwa pada akhirnya kedua orang itu mati.
"HUWAAAAAAAAAA" tangisnya pecah, suaranya membahana penuh pilu seolah-olah itu adalah ungkapan dari rasa sakitnya. Hujan makin deras kala ia mulai meneriaki nama dari kedua orang yang sudah berubah menjadi jenazah itu, seakan alam ikut merasakan kepedihan dari gadis dengan mata emerald itu.
"NARUTOOOO!"
"SASUKEEEEE!"
Hanya suaranya sajalah yang terdengar ditempat itu, seakan hanya ia seorang yang berada disitu padahal ada banyak sekali orang disitu, mereka diam membisu merasakan sakit yang sama dengan gadis itu, tak percaya bahwa pria dengan kumis kucing itu mati, tak percaya bahwa keturunan klan Uchiha terakhir itu juga mati.
.
.
.
.
.
.
.
Satu bulan sudah berlalu semenjak perang dunia shinobi, desa Konoha yang hancur,perlahan namun pasti mulai dibangun kembali. Akan tetapi krisis dunia setelah perang ialah krisis kelaparan dan anak-anak terlantar, banyak orang yang harus meninggal karena kelaparan dan banyak pula anak-anak yang terlantar dan tidak mempunyai tempat tinggal. Anak-anak yang kehilangan orang tua mereka dan orang tua yang juga kehilangan anak mereka, hal itu banyak terjadi di negara manapun khususnya lima negara ninja.
Sama seperti mereka, gadis dengan surai merah muda itu pun merasakan hal yang sama juga ia kehilangan keluarganya, temannya, sahabatnya dan juga orang yang ia cintai. Ia telah gagal melindungi mereka, selama ini ia selalu berusaha menjadi lebih kuat lagi agar ia dapat melindungi mereka namun ternyata semua itu sia-sia, ia tetap saja tak mampu untuk meyelamatkan mereka.
"Maafkan aku..hiks" lagi untuk kesekian kalinya ia menangis, menagis sendiri diruangan yang sudah selama satu bulan ini tak pernah ada cahaya yang meneranginya. Ia rapatkan lagi kedua lututnya pada perutnya, ia peluk erat-erat kedua lututnya dan ia tenggelamkan wajahnya pada tangan yang tengah memeluk kedua lutunya kemudian ia terisak.
'tok..tok..tok'
"huff" gadis berambut pirang itu menghela nafaas frustasi, ini sudah satu bulan ia mengunjungi rumah sahabatnya itu dan sudah selama satubulan pula ia hanya bisa mengetuk pintu tanpa harus melihat pemilik rumah tersebut.
"Sakura, aku letakan makananmu disini ya!" serunya. Mata birunya memandang kebawah pada tempat makan yang tak tersentuh itu. Lagi, gadis bermarga Haruno itu tak menyentuh makananya lagi, sedah seminggu ini ia tak menyentuh makanan yang selalu dibawanya, ia khawatir terjadi sesuatu pada gadis itu.
Ia pandang pintu yang tak kunjung terbuka sejak satu bulan yang lalu, ia ingin meninggalkan sakura lagi tapi ia ragu, karena sudah satu minggu ini sakura tak pernah menyentuh makanan yang ia bawa, memang sih setiap ia dating Sakura pun tak pernah menghabiskan semua makana yang ia bawa tapi paling tidak ia memakannya, namun sekarang makana itu tak tersentuh sama sekali.
'ini harus dihentikan'
Dengan tekat kuat ia mulai menendang pintu dengan lambang klan Haruno itu, sudah cukup ia memberikan waktu pada sahabatnya.
'BRAAK' hanya dengan sekali tendang saja pintu itu pun langsung terbuka, mengingat bahwa yang menendang itu adalah seorang kunoichi jadi mudah saja baginya untuk mendobrak pintu berla[pis kayu tersebut.
Mata birunya mulai memandang kesegala penjuru ruangan tersebut, gelap berantakan dan kotor, rumah itu bagai ditinggalkan oleh pemiliknya, padahal sang pemilik rumah ada didalam situ. Langkah kakinya mulai menaiki tangga menuju tempat dimana sahabat pinknya berada, ia yakin bahwa sahabatnya itu ada di kamarnya
'tok..tok'
"Sakura, ini aku cepat buka pintunya! Atau aku hancurkan pintu kamarmu ini!"
Hening tak ada jawaban apapun dari dalam, gadis pirang itu mulai makin khawatir dan ia mulai berpikir yang tidak-tidak.
'BRAKKK'
matanya membelalak terkejut begitu mengetahui orang yang tengah dicarinya sejak tadi tergeletak tak berdaya di lantai.
"SAKURAA!"
TO BE CONTINUED
