Naruto and all characters belongs to Masashi Kishimoto

ShikaTema/Romance/Rohani/AU/OOC/Typo(s)/Plotless/Oneshot

Warning.!: ISLAMIC CONTENT

Dengan hanya menahan satu kesempatan haram dalam semalam, dirinya mendapatkan yang halal seumur hidupnya.

DLDR

Enjoy Reading

.

.

Gadis itu bernama Temari. Ia adalah seoang mahasiswa baru yang akan menempuh pendidikan S1 disalah satu Universitas swasta dikotanya. Tak hanya wajahnya yang cantik namun hatinya juga begitu mulia bak bidadari yang turun dari syurga. Ia adalah putri dari seorang pengasuh pondok pesantren yang sudah begitu dikenal nama dan kualitasnya. Temari sudah dididik sejak kecil untuk menjaga pergaulannya dimanapun ia berada. Jadilah dirinya tak pernah pergi kemana-mana selain di lingkungan pondok pesantren atau kesekolahnya.

Namun ternyata hal tersebut sedikit menyulitkannya ketika Temari sudah masuk keperguruan tinggi. Karena disana pergaulan yang harus ia hadapi sangatlah luas dan begitu sulit untuk dilalui. Banyak orang dengan sifat dan karakter yang berbeda-beda dan terkadang membuatnya sakit hati. Meski begitu Temari tak pernah sedikitpun mengeluh dan tetap menjalaninya dengan semangat yang tinggi.

Hingga suatu hari, Temari mendapatkan tugas kelompok dari salah satu dosen untuk melakukan observasi disebuah bank berlogo syar'i. Temari dan teman-teman sekelompoknya memutuskan untuk langsung datang kelapangan ketika jam kuliah mereka telah usai. Mereka melakukan pengumpulan data dengan pengamatan dan wawancara bersama beberapa nasabah dan para pegawai.

Tanpa disadari hari sudah berganti malam, ketika mereka sudah selesai melakukan wawancara Temari dan teman-temannya sepakat untuk langsung pulang tanpa mampir kemana-mana terlebih dahulu. Rencananya, mereka akan meneruskan penulisan laporan esok hari sekalian meminjam buku diperpustakaan untuk sumber daftar pustaka. Namun, ketika hendak pulang Temari sedikit kebingungan karena ia kebetulan hari ini berangkat diantar oleh ayahnya dengan alasan motornya sedang rusak.

"Ehhh, Ino maukah kau mengantarku sampai ke kampus.? Aku tidak bawa motor dan HP ku lowbat." Pintanya kepada salah satu anggota kelompoknya ketika yang lain sudah pulang menyisakkan mereka berdua. Bukan karena apa, Temari hanya tak hafal jalan diwilayah tersebut. Jangankan tau jalan pulang, jalan kembali ke kampus saja ia tak tahu. Jika saja HP nya masih hidup, Temari akan menelfon ayahnya dan meminta untuk dijemput.

"Maaf Temari, bukannya aku tak mau tapi saat ini aku sedang buru-buru pergi kesuatu tempat." Tolak Ino terang-terangan seolah tak ada rasa sungkan dihati.

"Oh begitu ya... ya sudah tidak apa-apa, kalau begitu hati-hati..."

Kini tinggalah Temari berdiri sendiri didepan gedung bank yang gelap dan sepi, namun tak mungkin gadis itu akan berdiri disana sampai hari berganti pagi dan tak mungkin juga ia bedoa agar mu'jizat datang menghampiri. Temari lantas melangkahkan kakinya menuju kesebuah perumahan berharap bisa mendapatkan sedikit bantuan.

Tok tok tok...

Sembari mengucap salam, Temari mengetuk pintu berwarna coklat dihadapannya beberapa kali hingga ada seorang pemuda membukanya.

"Kamu siapa.?" Tanya sang pemuda dengan ekspresi wajah yang terkejut.

"Aku seorang mahasiswi, aku baru saja melakukan penelitian dibank yang ada disana bersama teman-temanku. Tapi ketika selesai mereka meninggalkanku dan aku tidak tahu arah jalan pulang." Jawab Temari dengan segenap keberaniannya. Ia benar-benar tak menyangka orang yang membuka pintu yang ia ketuk adalah seorang pria. Ia juga sama sekali tak tahu jika yang ia ketuk adalah sebuah pintu kamar kost.

Pemuda itu tak lantas memberikan jawaban atas pernyataan Temari yang masih berdiri dengan kepala yang menunduk, namun tak lama kemudian permuda itu malah menyuruh Temari masuk dan mempersilahkannya duduk. Dalam ruangan yang cukup luas itu hanya ada sebuah ranjang, lemari pakaian, kursi dan meja disalah satu sudut ruangan.

"Maaf, hanya ini yang kupunya." Kata sang pemuda sambil menyuguhkan segelas teh hangat dan beberapa roti untuk Temari.

"Tidak apa, Terima kasih tuan..."

"Shikamaru, Panggil saja Shikamaru."

"Terima kasih Shikamaru."

"Jadi, dimana kamu tinggal.?" Tanya Shikamaru

"Di pondok pesantren Hidayatul Qur'an." Jawab Temari dengan tetap menundukan kepalanya untuk menjaga diri dari zina penglihatan.

"Jauhnya... maaf, tapi motorku sedang dipinjam oleh temanku... ini juga sudah lumayan larut malam jadi bagaimana kalau kamu menginap disini terlebih dahulu.? Besok pagi, ketika motorku sudah dikembalikan aku akan membantumu menemukan jalan pulang."

Tak punya pilihan lain, Temari akhirnya menerima tawaran itu. Karena ketika niat hati ingin meminjam charge HP agar bisa menelfon sang ayah, ternyanya HP miliknya dan HP milik pemuda itu memiliki tipe lubang charge yang berbeda.

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, Shikamaru menyuruh Temari untuk tidur diranjang sedangkan dirinya sendiri tidur dilantai dengan alas sebuah tikar berwarna merah terang. Diujung-ujung kamar, Shikamaru memasang sebuah tali yang memisahkan antara mereka berdua. Karena ketakutan dan penasaran dengan apa yang akan terjadi, Temari menutupi seluruh tubuh selain kedua matanya dengan selimut. Lalu ia mengintip dan mengawasi apa yang dilakukan oleh Shikamaru.

Temari membelalakan matanya tak percaya ketika melihat Shikamaru duduk disudut kamar sambil memegang buku disalah satu tangannya. Temari tak bisa memastikan buku apa yang sedang dibaca Shikamaru karena posisi pemuda itu yang sedikit membelakanginya. Selain itu ada sebatang lilin yang menyala tepat dihadapan Shikamaru. Tak lama kemudian dirinya meletakan ibu jari diatas lilin tersebut selama kira-kira lima menit sampai terbakar, pemuda itu juga melakukan hal yang sama pada jari-jarinya yang lain.

Temari tetap mengawasi semua gerak-gerik Shikamaru. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menangis dalam diam karena takut dan khawatir kalau ternyata pemuda itu merupakan jelmaan makhluk halus yang sedang berusaha mencari tumbal. Hingga pagi menjelang tak satupun dari mereka ada yang tidur karena asik dengan pikiran mereka masing-masing.

Ketika sang fajar mulai menyingsing, Shikamaru mengantarkan Temari pulang kedesanya sesuai dengan apa yang ia katakan semalam. Ia bersikukuh menolak uang yang diberikan Temari sebagai tanda terima kasih. Karena Shikamaru menolong Temari tanpa mengharapkan imbalan apapun.

"Sekali lagi terima kasih ya, Shikamaru. Semoga Allah membalas semua kebaikanmu."

"Sama-sama, nona Temari kalau begitu saya permisi." Sang gadis memandangi punggung Shikamaru yang semakin menjauh hingga menghilang dari pandangannya. Ia tersenyum getir meratapi nasib yang menimpa dirinya.

Sesaimpainya Temari dirumahnya, ia menceritakan seluruh kejadian aneh yang menimpanya kepada sang ayah dan juga sang ibu. Namun, ayahnya tak begitu saja langsung percaya dengan apa yang dikatakan oleh putrinya, ia bahkan malah menuduh Temari telah berbual dan mengarang cerita. Karena hal tersebut, Temari justru jatuh sakit karena syok dan trauma hingga 2 hari dirinya tak bisa datang ke kampus untuk kuliah.

Karena merasa tak tega, akhirnya beberapa hari kemudian sang ayah pergi kerumah sang pemuda yang telah diceritakan oleh Temari. Ia menyamar sebagai seorang musafir yang sedang tersesat dan meminta untuk ditunjukkan jalan.

"Hai anak muda, bisakah aku meminta tolong padamu.?"

"Apa yang bisa saya bantu tuan.?"

"Sebelumnya perkenalkan namaku Rasa. Aku adalah seorang musafir yang sedang tersesat, jadi bisakah kau mengantarkanku ke alamat ini.?" Tanyanya sambil menunjukkan sebuah alamat yang tertera diatas selembar kertas.

"Saya Shikamaru, baik tuan Rasa akan saya antarkan." Jawab Shikamaru sambil tersenyum dan mulai mengantarkan Rasa ke alamat yang diminta.

Di dalam perjalanan, Rasa melihat tangan Shikamaru dibalut oleh perban putih dengan sedikit noda darah yang juga menempel disana. Karena penasaran, Rasa lantas bertanya dengan sopan.

"Shikamaru, apa yang terjadi dengan tanganmu.?"

"Beberapa hari yang lalu, ketika hari sudah malam saya kedatangan seorang gadis cantik yang sedang kebingungan mencari arah jalan pulang. Saya menawarinya untuk tinggal semalam dan ia tidur dikamarku. Sementara itu setan terus saja berusaha untuk bisa menggoda imanku.

Disaat aku sudah tidak tahan dengan godaannya, aku membakar salah satu jariku untuk mengingat api neraka dan agar terbakar pula syahwat dari jariku sebelum iblis berhasil menipuku. Sungguh, pikiran kotor kepada gadis itu lebih menyakitkan bagiku daripada sekedar membakar jariku."

Rasa pun kagum dengan penjelasan pemuda yang sebelumnya telah diceritakan oleh Temari. Lantas ia berniat untuk sedikit lebih mengenal pemuda tersebut dan mengundang kerumahnya.

"Berapa umurmu nak.?"

"24 Tahun."

"Sudah menikah.?"

Shikamaru tersenyum sambil menggeleng pelan. "Belum tuan, masih diusahakan."

Rasa ikut tersenyum dan langsung memutuskan untuk sesegera mungkin menikahkan putrinya dengan Shikamaru. Tentunya tanpa sepengetahuan kalau putrinya tersebut adalah gadis cantik yang beberapa hari yang lalu bermalam dikamarnya.

"Lusa, datanglah kerumahku. Aku memiliki seorang anak gadis yang sudah siap untuk menikah."

"Dimana rumah anda, tuan.?"

"Di pondok pesantren Hidayatul Qur'an."

Shikamaru nampak terkejut, namun seolah mendapat petunjuk dari Allah dirinya langsung mengiyakan tawaran tersebut dan akan datang sesuai yang diminta oleh Rasa. Shikamaru bersyukur dan merasa sangat beruntung karena berhasil menang melawan godaan setan. Dengan hanya menahan satu kesempatan haram dalam semalam, dirinya mendapatkan yang halal seumur hidupnya.

.

Semoga kamu mendapatkan lelaki yang akhlaknya bagus, bicaranya santun, romantis, tidak pemarah dan bisa membimbingmu menuju syurga-Nya, jika tampan seperti Shikamaru adalah bonus lebih yang mungkin diberikan oleh Allah. Kita tidak tahu akhiran seperti apa yang akan menjadi penutup hidup kita, tapi aku yakin bahwa rencana Alah tetaplah yang terbaik.

.

.

END

REVIEW