Love You Like My Life

.

.

.

Genshin © Mihoyo

Gore warning!

mengandung spoiler untuk orang yang baru memainkan game ini

.

.

Sebuah ketukan membangunkan laki-laki berambut oranye itu. Dia langsung bangun kemudian berhati-hati untuk tidak membangunkan gadis di sampingnya, memakai kemeja warna marun nya dan membuka pintu.

"Ada apa pagi-pagi seperti ini?" tanya laki-laki itu sambil menguap.

"Mohon maaf telah mengganggu istirahat anda Harbringer-sama. Tapi, kelihatannya beberapa anggota Fatui telah menghadapi masalah di Chasm dengan Treasure Hoarder," kata seorang wanita yang memakai topeng dan tudung.

"Memangnya tidak bisa anggota lain?" tanya Childe.

"Anggota lain juga kewalahan dengan hal ini, Tsarita-sama ingin masalah ini segera selesai." jawab perempuan itu. Childe hanya menghela nafas, dia rasanya enggan pergi. Semalam sungguh melelahkan baginya.

"Baiklah, biarkan aku bersiap-siap dulu, lima menit," kata Childe sambil menutup kembali pintu kamarnya. Dia mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya. Sebelum keluar, dia tidak lupa membenarkan selimut untuk menutupi tubuh gadis itu. Dia menulis surat dan pergi setelah mengecup pelan kepala gadis itu.

..

.

Suara burung yang saling bersahutan akhirnya membangunkan gadis itu dari tidurnya. Ketika dia membuka mata, dia melihat kasur sebelahnya telah kosong. Dia juga melihat sebuah kertas di bantal sebelahnya dan menggapainya.

"Ojou-chan, aku pergi dulu, para Fatui kelihatannya kewalahan dengan Treasure Hoarder di Chasm. Aku akan kembali sebelum makan siang, bagaimana kalau makan siang Luili Pavilion? Tenang, aku sudah melakukan reservasi."

Lumine hanya menguap dan bangkit dari kasurnya, lalu memakai kembali pakaiannya. Hari ini dia akan ke Katherine untuk mengambil misi. Meskipun mora adalah hal kecil bagi kekasihnya, tetapi, dia tidak ingin segampang itu meminta sejumlah mora kepadanya.

Dia kemudian ke kamar sebelah tempat Paimon tidur, yap, itu adalah keinginan Childe untuk Paimon tidur di kamar terpisah. Setelahnya mereka segera menuju Katherine di Liyue dan mengambil pekerjaan.

Dia memilih pekerjaan yang lumayan ringan agar bisa kembali untuk makan siang. Waktu yang di habiskan dengan kekasihnya sungguh sedikit, sehingga sebisa mungkin dia memanfaatkan waktu yang ada.

Akhirnya, dia mengambil misi untuk mengumpulkan lima buah cor lapis. Ini merupakan pekerjaan mudah, karena dia tahu dimana tempat cor lapis banyak. Zhongli yang memberitahunya, dia memberitahu ketika dia ingin mengunjungi Cloud Retainer dari kejauhan. Semenjak kematian palsu nya, hanya Lumine dan Childe yang mengetahui kebenarannya. Satu lagi, Signora.

Sekarang, Lumine sudah berada di Mt. Hualo untuk menambang cor lapis. Tanpa Lumine sadari, Hillicurls dengan obornya berlari kearahnya. Saat itu Lumine ingin mengambil cor lapis yang berada di tepian tebing. Sebuah pukulan membuat Lumine terpental menuju tebing.

"Lumine!" teriak Paimon.

Dengan cekatan Lumine membuka wind glider miliknya dan dia selamat dari menghantam dasar tebing itu. Dia menghela nafas hingga Paimon datang ke sebelahnya.

"Lumine! Kau tidak apa-apa?" tanya Paimon.

"Fyuh, untung sempat, lebih baik kita segera kembali ke Liyue Harbor. Kelihatannya cor lapis kita cukup," ajak Lumine, Paimon hanya mengangguk. Lumine kemudian mencari tempat yang cocok untuk mendarat.

Setelah menyerahkan lima buah cor lapis, dia menyadari bahwa cor lapis yang dia tambang lebih. Akhirnya dia menjual sisa tiga buah cor lapis ke tukang pandai besi di sebelah Katherine.

Dia masih memiliki waktu untuk bersiap-siap sebelum bertemu Childe di Luili Pavilion. Dia memutuskan untuk mebenarkan penampilannya.

"Lumine, aku lapar setelah mendaki gunung, kita akan makan apa?" tanya Paimon sambil memegangi perutnya.

"Kau terbang Paimon, kau sama sekali tidak berjalan, bagaimana kau bisa lelah?" timpal Lumine.

"Terbang ke atas Mt. Hualo itu membutuhkan perjuangan!" elak Paimon. Lumine hanya menghela nafas.

"Hari ini Childe mengajak kita untuk makan di Luili Pavilion," kata Lumine. Paimon berteriak kegirangan!

"Akhirnya! Kita bisa makan enak!" teriak Paimon kegirangan. Lumine hanya tersenyum.

"Jangan meminta banyak-banyak," ingat Lumine, walaupun dia tahu Paimon tidak bisa mengendalikan keinginannya untuk makan.

Setelah sampai di Luili Pavilion, dia di sambut dan di antarkan menuju meja. Di sana sudah ada Childe dengan senyumannya.

"Yo, Ojou-chan, aku kira kau akan terlambat, jadi aku belum memesan makanan," sapa Childe dengan senyuman di wajahnya, Lumine juga hanya tersenyum.

"Biar aku yang memesan!" ujar Paimon bersemangat, Childe hanya tersenyum sambil menyerahkan buku menu kepada Paimon.

"Apa kau yakin? Dia akan memesan semua yang ada di menu," bisik Lumine kepada Childe.

"Tidak apa-apa," jawab Childe. Dan seperti yang Lumine duga, dia memesan hampir seluruh menu. Dan Childe, seperti biasa masih kesusahan dengan sumpit di tangannya. Lumine dengan sabar mengajari Childe, walaupun akhirnya dia lebih banyak di suapi oleh Lumine.

"Apakah habis ini kau ada misi lagi?" tanya Lumine. Childe hanya mengangguk.

"Kemungkinan besok baru aku kembali ada pelatihan anggota yang baru datang dari Snezhnaya, kau masih bisa menempati kamar itu bahkan ketika aku tidak ada," ujar Childe sambil mengusap pipi Lumine dan melihat sebuah sayatan disana. "Ada apa dengan pipimu?" tanya Childe.

"Lumine tadi hampir mati setelah di pukul ke tebing oleh Hillicurls!" jawab Paimon sambil memenuhi mulutnya dengan makanan. Lumine hanya tersenyum tiga jari. Paimon juga menjawab ketika di tanya di mana kejadiannya dan apa yang sebenarnya terjadi.

Lumine hanya mengatakan bahwa itu bukan urusan besar, bahwa mereka bisa kembali dengan selamat itu yang terpenting. Childe hanya tersenyum dan mengusap kepala gadis itu sambil mengatakan. "Dasar ceroboh".

Mereka kemudian melanjutkan makan dengan santai.

Setelahnya Lumine kembali menuju Katherine dan mengambil misi yang sedikit panjang. Dia juga memberitahu kepada Childe bahwa dia akan ke Mondstadt untuk misi kali ini. Lumine pun menuju Mondstadt.

Sementara Childe? Dia tidak menuju tempat pelatihan, melainkan menuju Mt. Hualo.

"Cih, monster rendahan ini, seharusnya kalian sadari posisi kalian sebelum melukai kekasihku!" omel Childe. "Aku bahkan tidak memerlukan keringat banyak untuk ini,"

Keesokan harinya, tersiar kabar bahwa Mt. Hualo tidak ada hillicurls sama sekali. Para pedagang sampai keheranan, di tempat itu termasuk memiliki banyak Hillicurls, tetapi, dalam semalaman seakan-akan mereka lenyap. Seakan-akan terjadi sesuatu di malam hari sebelumnya sehingga para Hillicurls itu pergi, atau terbunuh.

Akhirnya Lumine sampai di Mondstadt. Misi nya kali ini adalah, menyelidiki Abyss Mage yang sedang melakukan sebuah ritual untuk Hillicurls baru di berbagai tempat di Mondstadt. Lumine telah menyiapkan perbekalan makanan dan bahan mentah untuk memasak di alam liar.

Tidak banyak yang Lumine lakukan selain membunuh Abyss Mage dan para Hillicurls. Meskipun begitu, gelembung yang melindungi para Abyss Mage itu sangat menyebalkan.

Setelah selesai akhirnya dia mengambil misi ke Liyue sembari pulang, pulang menuju pelukan kekasihnya yang hangat. Selama pengintaian, di benak gadis itu selalu terpikirkan untuk membawa Childe serta. Tapi, karena tugasnya sehingga Childe tidak bisa meninggalkan Liyue Harbor terlalu lama.

Terkadang gadis itu rindu akan sentuhan nakal kekasihnya itu. Tidak bisa di pungkiri lagi, Lumine rindu dengan laki-laki berambut oranye tersebut.

Akhirnya, misi di liyue telah selesai dan Lumine ingin istirahat sejenak. Dia menuju Northland Bank dimana Childe tinggal dan menunggu kepulangan Childe disana. Lumine menghias vas di kamar itu dengan Glaze Lily yang dia petik ketika melakukan misi di Qinxing Village.

"Menunggu ku lama?" ujar sebuah suara di belakang Lumine, gadis itu hanya tersenyum tanpa memalingkan mukanya untuk melihat. Suara pintu yang tertutup dan sepatu yang beradu lantai mendekat pun tidak membuat Lumine mengalihkan pandangannya dari menghias vas disana. Sebuah pelukan hangat mendarat di pinggangnya oleh sepasang tangan yang muncul dari belakang.

"Bagaimana misi mu?" tanya Lumine, sementara sebuah helaan nafas panjang sudah menjadi jawabannya.

"Mereka sungguh sulit," jawab Childe sambil menempelkan mukanya di bahu Lumine. "Ojou-chan, kau lama sekali di Mondstadt, aku kangen tahu," ujar Childe sambil memanja. Sementara Lumine hanya terkekeh. Sebuah kecupan mendarat di leher gadis itu membuatnya sedikit terperanjat.

"A-Ajax!" tegur Lumine pelan.

"Bunga yang cantik Ojou-chan. Aku tahu ini masih sore, tapi aku menginginkannya," bisik Childe.

"Paimon?" tanya Lumine.

"Dia, sudah aku pesankan makanan di kamarnya. Aku juga sudah mengunci pintu," bisik Childe, kali ini dia juga sesekali menggigit daun telinga gadis yang dia peluk itu.

Lumine hanya bergidik geli ketika Childe melakukannya. Satu tangan pemuda itu mulai turun dan menyusup di balik rok gadis itu dan merabai paha gadis itu.

"Tapi, kau baru saja tiba," kata Lumine.

"Kau menginginkannya kan?" elak Childe, Lumine hanya mengalihkan pandangan. Itu benar, selama melakukan misi, dia terkadang rindu akan sentuhan Childe. Dan kini dia mendapatkannya, tetapi, dia tidak tega melihat Childe yang baru kembali dari misi.

Pemuda itu hanya terkekeh dan melepaskan gadis itu. Dia berjalan menuju jendela dan menutup semua jendela disana, tidak lupa dia menyalakan lilin untuk penerangan.

"A-aku baru kembali, aku masih kotor," ujar Lumine berusaha mengelak, dia ingin Childe beristirahat, setidaknya untuk malam ini. Jujur, dalam benak terdalam gadis itu, dia juga menginginkannya.

"Aku juga, kira bisa sekalian membersihkannya bersama, juga membersihkan kekacauan kita," Kata Childe sambil memegangi dagu Lumine lembut. "Aku tahu dari wajahmu, kau menginginkannya," sambungnya.

"Kau, tidak capek dari misi?" tanya Lumine. Childe hanya menggeleng.

"Kebetulan tadi aku hanya melakukan sebuah negosiasi, aku bahkan tidak mengeluarkan senjata sama sekali," kata Childe lembut. Dia kemudian, mengangkat gadis itu di lengannya. Lalu menaruhnya ke kasur dengan sedikit kasar ke kasur, tanpa buang-buang waktu Childe berada di atas gadis itu sambil melempar syal nya ke lantai.

"Pe-pelan-pelan saja ya? A-aku sedikit capai karena misi panjang di Mondstadt," ujar Lumine, Childe hanya tersenyum nakal.

"As your wish, Ojou-chan,"

..

.

Childe mengusap rambut gadis itu lembut. Dari nyenyaknya gadis itu tertidur, sudah menjadi pertanda jelas bagi Childe bahwa dia kelelahan. Dia hanya memandangi titik-titik kemerahan di leher gadis di sebelahnya. Tidak hanya di leher, titik-titik merah itu juga ada di dada dan paha gadis itu.

Hari ini adalah hari libur bagi kedua orang itu, jadi mereka bisa kencan seharian sambil berkeliling Liyue Harbor.

"Ajax?" panggil sebuah suara lemah.

"Hhm? Hari masih petang, kalau masih mengantuk, tidurlah saja dulu," ujar Childe sambil mengusap kepala Lumine lembut.

"Dingin … " kata-kata Lumine menggantung dan bergerak mendekat ke tubuh Childe. Pemuda itu hanya tersenyum dan menarik selimut untuk menyelimuti mereka berdua.

Childe mendekap Lumine lebih erat, muka gadis itu menempel di dada bidang pemuda itu. Hembusan nafas dari Lumine yang menyapu kulit telanjang Childe membuatnya kembali bergairah. Dengan perlahan Childe mengangkat muka Lumine agar menatapnya, dan melumat bibirnya.

"Tidak akan aku biarkan kau lepas dari pandanganku, Ojou-chan. Tidak akan aku biarkan laki-laki lain menyentuhmu. Kau adalah milikku Ojou-chan, milikku, selamanya," kata Childe ketika sudah puas melumat bibir kekasihnya itu. Tentu saja Lumine tidak bisa mendengarnya karena

Pagi pun datang dan kedua pasangan itu masih tertidur, masih menikmati kebersamaan mereka. Lumine membuka matanya dan melihat leher kekasihnya berada di hadapannya. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, dia langsung mendekat dan mengecupnya.

Pelukan di tubuhnya lalu mengerat.

"Ajax, apakah kau sudah bangun?" tanya Lumine.

"Aku lebih suka ciuman selamat pagi di bibir, Ojou-chan," kata Childe sambil tertawa jahil. Lumine hanya mencubit pipi Childe.

Lumine memilih bangkit, dan seperti perkataan Childe semalam. Mereka pun mandi bersama.

Setelah selesai. Mereka pun membangunkan Paimon. Di hari kencan ini, Lumine hanya ingin berbincang santai di kapal mutiara. Mereka berjalan menyusuri Liyue Harbor dengan santai dan bergandengan tangan.

"Petualang!" panggil seseorang. Mereka berdua pun menoleh dan melihat ternyata Katherine yang memanggil mereka. Mereka pun menghampiri Katherine dan terlihat sosok Kaeya disana. "Ah, kebetulan sekali bertemu dengan anda di sini," kata Katherine.

"Ada apa?" tanya Lumine.

"Bisakah anda mengantarkan Kaeya-sama bertemu dengan Ningguang-sama?" tanya Katherine, Lumine bertukar pandangan dengan Childe lalu Kaeya pun paham.

"Ah, tidak apa-apa Katherine, lebih baik aku menunggu petualang lain untuk menunjukkan jalan," kata Kaeya.

"Harbringer-sama! Maaf menemui anda ketika anda sedang liburan seperti ini. Tapi, ini perintah langsung dari Tsarita-sama. Beliau ingin anda mengambil uang pinjaman dari Treasure Hoarder di daerah Guyun Stone Forest," kata seseorang perempuan yang memakai topeng dan sebuah tudung. Childe hanya mendesah.

"Yah kurasa kencan kita tidak bisa di teruskan. Temui aku di Pearl Ark saat makan malam," ujar Childe sambil pergi bersama dengan wanita itu.

"Baiklah! Ayo Kaeya, akan aku antar kau ke kediaman Ningguang," kata Lumine sambil memandu Kaeya.

Perjalanan menuju kediaman Ningguang tidaklah lama. Lumine memilih menunggu di luar sambil melihat Liyue Harbor dari atas. Angin membelai rambut Lumine lembut, mengingatkannya ketika Festival Lantern Rite. Dirinya di sini melihat megahnya kembang api dengan Childe.

Tidak lama berselang, akhirnya Kaeya kembali. Lumine memilih untuk mengantarkan Kaeya sampai Wangshu Inn. Dalam perjalanan, Lumine akhirnya menanyakan kenapa Kaeya ada di sini.

Kaeya menjelaskan bahwa Jean menginginkan kerja sama dari pihak Liyue. Lebih tepatnya di daerah perbatasan Mondstadt dan Liyue. Kenapa Jean melakukan ini, karena beberapa hari ini Jean mendapatkan laporan dari Diluc bahwa ada pedagang curang yang menjual Wine produksi Dawn Winery. Padahal itu hanyalah wine dari Liyue.

Kaeya juga menjelaskan bahwa Ningguang tidak keberatan akan hal itu dan akan membantu pengetatan daerah perbatasan.

"Jadi, bagaimana hubunganmu dengan fatui itu heh?" kata Kaeya.

"Ke-kenapa jadi kesana?" tanya Lumine.

"Hanya penasaran aja, apakah seorang fatui bisa setia," ujar Kaeya.

"Apa maksudmu?" tanya Lumine lagi.

"Maksudku, apa kau sama sekali tidak curiga dengannya? Apa kau tidak curiga ketika dia pergi melakukan misi yang hingga berhari-hari, dia akan melakukan seks dengan fatui lainnya? Cincin mage kurasa tidak sejelek itu," kata Kaeya sambil menghalangi jalannya Lumine.

Wangshu Inn sudah terlihat di kejauhan. Tapi Kaeya menghentikan langkah mereka.

"Ti-tidak, aku yakin Childe bukanlah orang seperti itu," ujar Lumine sambil menggeleng. Paimon sudah terbang terlebih dahulu ke Wangshu inn. Tidak masalah, toh Verr sudah mengenal kedua orang ini.

"Hhhmm… bagaimana kau bisa seyakin itu hah?" tanya Kaeya.

"A-aku sudah bersamanya sejak lama Kaeya, selama ini dia tidak pernah menggoda perempuan lain ketika denganku," jawab Lumine.

"Saat denganmu bukan? Bagaimana kalau saat tidak denganmu? Kau selalu mengambil misi jauh, dia juga, kalian juga jarang bertemu bukan? Apa kau yakin, hanya kau temannya di kasur?" tanya Kaeya lagi.

Lumine tidak tahu harus menjawab apa, yang dikatakan Kaeya pun ada benarnya juga. Lumine menutup telinganya dan menunduk. Dia tidak mau mendengarnya lagi, bayang-bayang Childe bersama dengan wanita lain. Apalagi dengan Cincin Mage. Dia pernah melawan Cincin Mage, dan dia bukanlah wanita sembarangan. Dibandingkan dengan Lumine, tentu saja Cincin mage lebih menggoda laki-laki.

Lumine ingin percaya kepada Childe. Ingin percaya kalau Childe tidak mungkin mempermainkan hati nya. Tapi perkataan Kaeya juga ada benarnya. Lumine tidak memiliki jaminan apa-apa kalau Childe tidak akan melakukannya.

"Apalagi dia adalah harbringer, tentu permintaannya lebih di turuti bukan?" Lumine semakin menutup telinganya erat-erat. Dia tidak mau mengengarnya lagi.

"Tinggalkanlah dia, kau bisa kembali ke Mondstadt. Aku tentu tidak akan mengkhianati mu Lumine," ujar Kaeya sambil memegangi bahu Lumine.

"Diamlah," pinta Lumine lirih.

"Ayo ikut denganku kembali ke Mondstadt. Jean pasti sangat senang bila kau tinggal di Mondstadt," ajak Kaeya.

"Tidak … " ujar Lumine menggantung. "Berhenti … "

"Aku mencintaimu Lumine, bila kau kesulitan untuk mengatakannya kepada fatui itu, aku bisa mengatakannya. Saat ini juga kalau bisa," kata Kaeya masih memegangi bahu Lumine. Gadis itu menutup matanya semakin erat, dia tidak mau mendengar hal ini lagi.

"Tidak usah repot-repot memberitahukannya kepadaku. Aku mendengar semuanya," ujar seseorang muncul dari bayangan. Lumine yang merasa familiar dengan suara ini mendongak dan melihat sosok laki-laki yang sangat di kenalnya.

"Ini akan lebih mudah," ujar Kaeya terkekeh.

"Bagaimana kalau begini, yang bisa keluar hidup-hidup dari sini akan mendapatkan Lumine," tantang Childe.

"Hohoho, menarik," kata Kaeya setuju dengan tantangan ini.

"Tidak, jangan Childe, kalau kau membunuhnya, maka secara tidak langsung kau mengobarkan bendera perang dengan Knight of Favonius," cegah Lumine.

"Mundurlah, pertempuran ini tidaklah sulit," ujar Childe kepada Lumine.

"Hah! Aku bahkan bisa membekukanmu dan membunuhmu secara gampang," kata Kaeya.

"Tidak Kaeya, ini akan buruk terhadap Knight of Favonius," elak Lumine. Tapi, kelihatannya kedua orang itu tidak mengindahkannya.

Kaeya sudah menyiapkan pedangnya, sementara Childe sudah mengeluarkan Twin Blade nya. Lumine berjongkok, dan menutup matanya. Dia tidak mau melihat hal ini.

Suara erangan dari kedua orang terdengar oleh Lumine. Lumine memberanikan diri untuk melihat, kondisi Kaeya sama sekali tidak baik. Darah ada dimana-mana di setiap inci tubuhnya, bahkan muka nya tidak bersih dari darah.

Sementara Childe, hanya ada darah di beberapa tempat. Childe mengubah Twin Blade nya menjadi sebuah tombak bermata dua.

"Ti-tidak!" ujar Lumine mencoba menghentikannya. Bila Childe sudah mengubah Twin Blade nya menjadi sebuah tombak bermata dua, maka dia sudah siap untuk menyelesaikan ini semua.

"Lumine, tidak akan aku biarkan kau jatuh ke tangan laki-laki menjijikkan ini," kata Childe, lalu dia mengayunkan senjatanya dengan cepat. Dan Kaeya terkapar dengan luka melintang di dadanya.

"Tidak…" kata Lumine melihat hasil itu. Dia tidak ingin mereka berdua bertarung sejak awal. Lumine terduduk di tanah, dia tidak memiliki kekuatan untuk berdiri. Sementara Childe yang berlumuran darah Kaeya pun dengan perlahan menghampiri Lumine, lalu dia berjongkok di hadapan Lumine

"Lupakan apa yang telah laki-laki ini katakan, Ojou-chan. Aku tidak mungkin melakukan seks di luar selain denganmu. Apa yang di katakan laki-laki ini hanyalah dusta untuk membuatmu meninggalkanku," ujar Childe lembut sambil mengusap pipi Lumine.

"Ta-tapi, kau mengibarkan bendera perang dengan Knight of Favonius," kata Lumine, sebuah air mata pun mengalir dari ujung matanya.

"Bahkan bila aku harus membantai seluruh Knight of Favonius, selama kau bisa denganku. Aku tidak peduli, aku tidak akan meninggalkanmu Lumine. Aku akan menjadi pemimpin dunia, dan kau akan berdiri di sampingku saat itu terjadi," kata Childe sambil memegangi muka Lumine lembut. Tangis Lumine pecah.

"A-Ajax … aku takut …" ujar Lumine, Childe hanya mendekap Lumine yang sedang menangis.

"Aku akan di sini, melindungimu dari apapun, Ojou-chan. Karena kau adalah milikku, selamanya adalah milikku."

.

.

.

OWARI

Hahahaha.. ini adalah fic ketiga saya yang ber-rating M. Kelihatannya, yandere nya childe kurang kelihatan ya.. hehehe..

Semoga kalian suka dengan ini, Like dan review bila kalian merasa fic ini bagus.