Pagi itu seperti biasanya ia bangun karena cahaya matahari yang masuk lewat jendela tepat mengenai wajahnya, walau terkadang ia mengutuk cahaya matahari tersebut ia juga bersyukur karena bisa membangunkannya tiap pagi karena alarm terlalu mahal untuk dibeli.
"Sebaiknya apa yang harus kulakukan pagi ini..." pikir pemuda itu sambil melihat keluar jendela.
Seperti kemarin, hari ini juga cerah yang dapat membuat ibu-ibu senang karena bisa mencuci pakaian mereka hari ini, musim panas memanglah musim yang cocok untuk menjemur pakaian di luar rumah tapi ia sudah mencuci semua kain yang berada di rumah ini kemarin sehingga ia sedikit bingung dengan aktivitasnya hari ini.
"Mungkin sebaiknya aku berlatih hari ini?"
The Red Dragon: Encounter.
Summary: Di dunia dimana sihir dan monster adalah hal yang biasa, kita mengikuti perjuangan seorang suster gereja Asia bersama temannya Issei yang sedang dalam perjalanan untuk mengumpulkan kedelapan potongan Naga Merah.
Disclaimer: Ichie Ishibumi Masashi Kishimoto
Warning: Typo(s), Alternative Universe, Out of Character, Won't Makes Sense
"Hup!"
SWUUSH!
"Hiaaat!"
Berbagai serangan berbentuk pukulan dan tendangan ia arahkan kepada udara yang berada di sekitarnya, pemuda itu sudah berlatih beberapa saat sejak ia keluar tadi bisa dilihat dari keringat yang sudah membasahi tubuhnya sehingga ia terpaksa melepas bajunya supaya merasa lebih nyaman.
Dan dari bentuk tubuhnya yang bagus bisa dikatakan apa yang ia lakukan adalah sesuatu hal yang biasa dilakukannya, entah untuk berlatih menjadi lebih kuat atau hanya ingin menghabiskan waktu saat tidak ada kerjaan.
BUKK!
Namun latihannya terhenti saat tangannya tak sengaja memukul pohon apel yang tumbuh di samping rumahnya, mengakibatkan beberapa apel yang belum masak sepenuhnya jatuh ke tanah.
Ia tidak merasakan sakit pada tangannya, tapi hanya sedikit menyesal karena menjatuhkan buah apel yang seharusnya bisa masak dan ia makan beberapa waktu lagi.
"Ah... apa yang harus kulakukan dengan ini?" gumamnya.
Walaupun merasa begitu, ia mengutip beberapa apel yang jatuh dan meletakkannya ke keranjang di rumah, seharusnya sekarang ia pergi ke sungai untuk mandi tapi ia berpikir untuk mengecek kebun kecil yang ia miliki, mungkin saja ia harus melakukan sesuatu yang membuatnya kotor di kebun itu.
Satu apel ia ambil kembali dari keranjang dan memakannya selagi berjalan menuju kebun, rasanya sesuai dengan yang ia pikirkan tapi ia tetap memakannya sampai habis.
Kebunnya terdiri dari berbagai jenis sayuran yang terpisah sesuai dengan ragam jenisnya, walau semuanya dalam jumlah kecil kebun ini cukup untuk membuatnya tidak terlalu sering pergi ke kota hanya untuk membeli bahan makanan, selain itu ini adalah kebun yang ditinggalkan oleh keluarganya sehingga tidak mungkin ia membiarkan peninggalan mereka tak terurus.
Selagi ia mengecek dan memperbaiki sedikit kesalahan di dalam kebunnya ia mendengar suara raungan yang besar dan juga dekat.
Raungan bukanlah hal yang tidak wajar di tempat ini tapi suaranya yang sangat dekat membuat ia sedikit penasaran dan mengecek apa yang menjadi penyebab raungan tersebut.
Tak lama kemudian ia menemukan jawabannya.
"Tolong aku!" seorang perempuan dengan pakaian serba hitam lengkap dengan kerudungnya sedang berlari sekuat tenaga untuk menghindari kejaran seekor beruang raksasa yang memiliki dua kepala, sebuah monster yang sangat sulit ditemukan disini.
Menolong seseorang memang mendapatkan kepuasan tersendiri tapi dapat memakan beruang sebagai makan siangnya tanpa harus pergi ke hutan membuatnya berteruma kasih kepada dewa atas harinya pagi ini.
"A-awas!"
Perempuan itu berteriak saat melihat seorang pemuda yang tiba-tiba berdiri di hadapannya dan beruang itu, tentu bukan niatnya untuk membawa masalah ke orang yang tidak mungkin bisa mengatasi binatang buas ini.
Tapi pikirannya dibuktikan salah setelah melihat beruang besar yang mengejarnya tadi kalah begitu cepat oleh pemuda itu, dia bahkan tidak memiliki waktu untuk melihat apa yang pemuda itu lakukan untuk mengalahkan beruang itu.
"Sepertinya aku tidak perlu pergi berburu dalam beberapa hari ini- ah..." gumam pemuda itu yang langsung menoleh dan datang menghampirinya. "Kau tidak apa-apa?" tanya-nya.
"A... ya, aku tidak apa-apa."
Di dunia ini banyak sekali orang kuat, namun ia belum pernah melihat orang yang sanggup mengalahkan beruang seperti tadi, dia juga tidak melihat adanya senjata di pegang pemuda ini yang berarti pemuda ini adalah seorang pengguna sihir sepertinya atau seorang petarung yang ahli menggunakan tangan kosong.
Apapun itu, dia telah membantunya.
"Maafkan aku, aku belum memperkenalkan diriku sendiri, namaku Issei."
"Asia," jawabnya sambil menerima jabatan tangan yang Issei berikan.
"Sekali lagi maafkan aku karena membawa masalah ke tempat tinggalmu."
"Tidak apa-apa kok, dengan ini aku tidak perlu berburu atau pergi ke kota untuk membeli daging."
Pemuda ini, Issei kini sedang duduk di meja makan bersamanya atau lebih tepatnya dia yang sedang duduk dan makan bersama Issei karena rumah ini adalah milik Issei.
Yang mereka makan adalah daging beruang tadi dengan sayuran-sayuran yang berasal dari kebunnya, dan rasanya mampu memenuhi ekspetasi Asia terutama karena Issei adalah seorang laki-laki, mungkin karena ia tinggal sendiri jauh dari perkotaan ia harus belajar memasak sampai bisa seenak ini.
"Ngomong-ngomong bisakah kau menceritakan kenapa beruang itu mengejarmu?"
'Ahh.. inilah bagian terburuknya.'
"Aku tidak tahu..." bagaimana ia harus menjelaskan kalau ia tidak sengaja tertidur di atas beruang yang sedang tidur?
"Begitukah..." ia harus bersyukur kepada dewa bahwa Issei tidak bertanya lebih lanjut tentang masalah tadi, tapi sekarang Issei mungkin akan bertanya tentang masalah utamanya.
"Lalu apa yang suster lakukan di tengah hutan seperti ini?"
Dan disinilah waktu yang tepat untuk melakukan tindakannya, setidaknya begitulah yang Asia pikirkan.
"Aku sedang mencari bagian dari Naga Merah." Ia menjawab sejujurnya walau membatasi informasi yang ia berikan.
"Naga Merah? Memangnya apa itu?" pertanyaan Issei membuatnya terkejut, tidak mungkin orang yang berada di benua ini tidak tahu dengan legenda naga merah, walaupun begitu orang yang tidak tahu dengan legenda itu berada di depan matanya sekarang.
Tapi mungkin inilah yang terbaik, dengan menceritakannya ia bisa membatasi informasi yang ia berikan.
"Naga Merah adalah salah satu dari dua makhluk terkuat di bumi ini, bersama dengan Naga Putih mereka selalu bertarung hingga dapat mengakibatkan hancurnya permukaan bumi, dewa yang marah melihat itu menghentikan pertarungan mereka berdua dengan membunuh Naga Merah dan Menyegel Naga Putih di luar bumi, menurut legenda Naga Merah terpotong menjadi 8 bagian dan setiap bagian memiliki kemampuannya sendiri dan jika disatukan kembali maka Naga Merah akan bangkit untuk melawan Naga Putih sekali lagi."
Walau ia bilang kalau ia ingin membatasi informasi, kenyataannya Asia adalah seorang pencerita yang buruk sehingga yang baru saja ia ceritakan mungkin terdengar membosankan bagi Issei.
"Tapi itu hanya legenda bukan? apakah bagian Naga Merah benar-benar ada?" tanya Issei.
Sebuah pertanyaan yang biasa, dan Asia memiliki jawabannya.
"Tentu saja, salah satu pangeran negeri ini dikabarkan memiliki kepala dari Naga Merah."
"Lalu kenapa kau tidak langsung menemuinya?"
"Memangnya suster biasa sepertiku bisa seenaknya menemui seorang pangeran?"
"Ah... kau benar juga," jawab Issei.
Mereka kemudian menghabiskan makanan mereka dalam diam, setelah itu Asia kembali melanjutkan ceritanya.
"Hey, apakah kau tertarik untuk pergi mencari potongan itu?"
"Aku tidak bisa bilang kalau aku tidak tertarik, tapi kalau aku pergi siapa yang akan mengurus rumah ini?" jawaban Issei menunjukkan sebuah harapan, dengan perkataan yang tepat Asia mungkin tidak akan perlu takut berpergian karena ia tidak sendirian lagi.
"Tapi bukankah lebih baik untuk menjelajahi dunia luar? Ada banyak hal menarik yang bisa kau temukan dan rasakan daripada tetap berdiam diri di tempat yang sama terutama selagi kau masih muda."
"Aku sudah beberapa kali pergi ke kot-"
"Bukan itu maksudku, tapi benar-benar berpetualang untuk melihat orang yang berbeda dan kota yang berbeda."
Issei terlihat sangat tertarik, apakah itu berarti ajakannya berhasil?
"Tapi, kemana aku harus pergi?" tanya-nya lagi, terkadang saat berpetualang kau harus menentukan tujuan awalnya.
"Bagaimana dengan mencari potongan naga merah bersamaku?"
"Aku sedikit penasaran dengan itu, kenapa kau mencari Naga Merah? Apakah kau bertujuan untuk membangkitkannya?"
"Tentu saja tidak, aku... tidak bisa menceritakannya tapi aku tidak bertujuan untuk menggunakan kekuatan Naga Merah untuk kejahatan."
'aaah.. apakah aku baru saja menghancurkan rasa kepercayaan yang kubangun dengan orang ini?'
"Hmmm..."
Bersambung
Author Note: Selamat malam dan selamat datang di fanfic baru saya dan kali ini temanya adalah Alternative Universe yang terinspirasi dari banyak JRPG dan Anime.
Akan ada banyak kesalahan yang bisa kalian temukan dan aku tidak akan mengelak dengan kata 'aku hanya manusia yang tak terhindar dari kesalahan'
Lalu karena judulnya sama, apa yang terjadi pada Fanfic The Red Dragon yang asli?
Jawabannya akan dibiarkan begitu saja sampai waktu Remake datang. (yap, aku kehabisan ide buat fanfic yang itu mungkin karena karakter yang tidak konsisten...)
Dan buat yang menunggu chapter terbaru The Silent Kunoichi jangan takut, idenya sudah tertulis hanya perlu diperbaiki sedikit supaya layak dipublish.
Di chapter selanjutnya saya akan membahas tentang dunia yang Issei dan Asia tinggali, penjelasan lebih lanjut tentang legenda Naga Merah dan keputusan Issei.
See ya, Serial Murderer Out.
