Mengalir

Disclaimer: DMM.

Warning: OOC, typo, gaje, dll.

Author tidak mengambil keuntungan apa pun dari fanfic ini. Semata-mata dibuat demi kesenangan pribadi, dan untuk ulang tahun Satou Harou (09/04/2021).


Satou Haruo sejujurnya alpa mengenai tanggal berapakah ini, sehingga ia terkejut bukan main mendapati konfeti mewarna-warnikan udara yang Haruo hirup.

Pelakunya adalah Dazai Osamu serta Dan Kazuo, juga sepasang senyuman lebar yang kebahagiaannya merekah sekali. Rasa-rasanya begitu lucu, melihat antusiasme Dazai mendominasi jabat tangan mereka. Aneka harapan melaju dengan pesat yang terdengar acak-acakan. Katanya semoga Haruo-sensei panjang umur. Sehat selalu. Jangan galak-galak supaya tidak menjadi beruang. Sehat walafiat (terulang). Berhenti jomlo. Punya pacar. Banyak kekasih, tetapi nanti harus setia–

Mulut Dazai lantas dibungkam dengan cara Haruo menutupnya. Harapan yang lama-kelamaan melantur itu mengundang tawa Dan untuk memeriahkan suasana, sementara Dazai menatap Haruo dongkol gara-gara dihentikan.

"Tetapi yang pasti, kami mengharapkan segala yang terbaik bagi Sensei." Giliran Dan menjabat tangan Haruo. Belum cukup sampai di sana, seseorang terlihat lagi yang mana ia memiliki rambut panjang yang menguraikan biru, laut, hanyut.

Nagai Kafuu mengulas senyum tipis. Haruo hanya termangu, karena ia memang bingung harus bereaksi apa.

Dulu Haruo pernah membaca diari milik Nagai. Seperti Dazai yang teramat mengidolakan Akutagawa Ryuunosuke, maka sebenarnya Haruo mengagumi Nagai–guru menulisnya. Kekecewaan Haruo sempat merecoki Nagai, mengenai ia yang tak menyangka Nagai pernah menuliskan, "Kekuatan dari puisi Satou Haruo untuk menjernihkan bahasa nasional adalah konyol". Namun, itu sudah lama berlalu. Keduanya pun telah mengobrol "baik-baik", dan Nagai menerima bahwa meminta maaf sekarang bukanlah sia-sia, melainkan masa lalu sesekali harus berhenti dipikirkan.

"Untukmu, dan kuucapkan selamat ulang tahun, Satou-kun."

Sebagai pecinta ukiyo-e, hadiah Nagai tidak jauh-jauh dari situ. Haruo diminta membuka gulungannya di tempat. Benar-benar membuat pipi yang bersemu terbengong-bengong kala sepasang kekasih, sepertinya digambarkan bersanggama di depan byobu. Dazai sendiri malah cekikikan puas.

"Terima kasih atas hadiahnya, Nagai-san. Tapi kurasa … ini berlebihan."

"Lagi pula aku punya banyak. Memberikan satu padamu tidak memengaruhi koleksiku."

Bukan itu–awalnya Haruo ingin berkata demikian, tetapi Nagai beranjak duluan meninggalkan Haruo bersama Dazai serta Dan. Entah kepada siapa Dazai mengacungkan jempol, intinya rencana mereka menukar ukiyo-e berjalan sukses. Haruo menghela napas. Dikiranya ia sebodoh itu sampai tidak tahu, Dazai ini menyiasati sesuatu? Namun, sebelum Haruo membongkar rahasia Dazai, kini giliran Ibuse Masuji untuk muncul di ruang baca, menghampiri Haruo.

"Ikannya segar banget, lho. Aku baru sekali mendapatkan ini."

"Jadi Ibuse pergi dari tiga hari lalu untuk ikan ini?" Tubuhnya masih bergerak lincah. Air memercik ke mana-mana dan mengenai wajah Haruo yang tak habis pikir–kantong mata Ibuse sampai terlihat tebal yang sehitam jelaga jua.

"Kakap merah, Sensei. Ini adalah ikannya yang utuh. Shuusei lagi memasaknya dan harusnya sudah jadi."

Segala yang beruntun tidak mengizinkan Haruo terkejut. Seolah-olah mimpi seolah-seolah sulap, Tokuda Shuusei sudah tampak membawakan semangkuk sup kakap. Uapnya mengepul hangat. Ibuse sampai iseng-iseng menawarkan diri untuk menyuapi Haruo. Menganggap mulut Haruo yang terbuka adalah tanda, ia menerima sapaan menggebu-gebu sang kakap; mengabaikan fakta bahwa Haruo sesungguhnya ingin menolak.

"Pa-panas!" seru Haruo kaget, sambil tangannya mengibas-ibas di depan mulutnya. Dibandingkan khawatir Ibuse malah tertawa renyah. Mengilat sekali antusiasme Haruo itu.

"Dazai mau disuap juga?"

"Mau, dong, mau!" Lebar-lebar Dazai membuka mulut. Keriangannya benar-benar terang, tatkala Dazai merasai dagingnya yang lembut memenuhi mulut. Belum lagi bumbu-bumbunya saling melengkapi secara sempurna.

"Shuusei sama Dan juga, jangan malu-malu. Aku senang, kok, menyuapi kalian."

"Sup-nya keburu habis, dong, Ibuse-sensei."

"Tenang saja, Dan. Kalau Sensei mau sepanci juga, bisa banget."

Usai Ibuse meledakkan tawa, yang lainnya menyusul kecuali Shuusei dan Haruo. Penulis naturalis itu tersipu malu, karena Ibuse betul-betul menyuapinya dan menguapkan segala penolakan Shuusei. Tiba-tiba pula diselipkan giliran, di mana kali ini Haruo-lah yang menyuapi Ibuse. Itu memalukan, apalagi Dan serta Dazai bertepuk tangan dengan meriah. Pandangan Haruo jadi jatuh pada iris obsidian Shuusei yang juga terkesan letih–Haruo menyukai perasaan senasib ini.

"Yang sabar, Haruo-san."

"Apa Tokuda-sensei punya yokan? Tapi yang utuh. Yang diblender untuk Haruo-sensei saja." Kendatipun Dan menyuruh Dazai jangan macam-macam lagi, Dazai malah meminta porsi dua kali lipat. Shuusei menghela napas. Ujung-ujungnya kesempatan Haruo untuk menepuk-nepuk bahu Shuusei, ternyata tiba jua.

Sisa pestanya berlangsung heboh, dan ribut semakin ribut saja. Sake bahkan dipasok Tanizaki Juunichiro dalam jumlah yang lewah, menurut Haruo seorang. Namun, mana ia peduli ketika aksi pertamanya adalah, mencekoki Haruo hingga berputar-putar. Lantas di bawah rayuan alkohol, Tanizaki mengajak Haruo berdansa. Bisikan Tanizaki yang intens sekaligus erotis bahwa ini adalah malam yang indah–padahal masih senja–membuat Haruo mengernyit.

"Menggemaskan sekali. Harusnya kau sering-sering saja, menunjukkan ekspresi seperti itu."

Selintas kilat mengecup wajah Haruo. Berasal dari kamera yang Shimazaki Touson pegang yang mana Haruo yakin seribu persen, keduanya berkerja sama.

"Kalian ini …"

Adalah kata-kata yang tidak bosan-bosannya menemani Haruo, sampai semuanya terkapar di akhir perayaan. Haruo menyelimuti Dazai yang terbaring lesu di atas sofa. Meskipun semua ini melelahkan, tetapi itu bukan meletihkan semata melainkan pula menyenangkan. Haruo tak mengharapkan apa-apa juga sebenarnya. Namun, melihat banyak sekali yang antusias akan ulang tahunnya, Haruo jadi tergelitik untuk sedikit memanjatkan doa.

Tidak rumit-rumit amat. Hanya sesederhana agar semuanya sehat selalu. Perlindungan Tuhan tak mereka agar di belakang pergi masih ada pulang. Kemudian jika Haruo terkesan muluk-muluk, semoga setelah luka sempat menghampiri, bahagia tak jauh-jauh.

Sesudahnya Haruo pun tertidur. Mimpinya indah dan ia pun terus meninggalkan sebuah senyuman.


Tamat.


A/N: HBD haruo. Sekali lagi HBD juga buat nana (kalo orangnya baca fic gaje ini). Aku enggak terlalu kenal haruo, makanya cuma kepikiran sesuatu yang mirip2 fic "To The Hardworker You" punya reauvafs. Intinya mah di sini, haruo merayakan ulang tahunnya dengan berbagai hal dan berbagai orang juga. Fic ini singkat. Tanpa author note hanya 800 kata dan aku slse bikin dalam 1 jam lebih.

Thx buat yang udah baca fav, follow, review, atau numpang lewat doang. Mari bertemu di fanfic lainnya~