Naruto and all characters belongs to Masashi Kishimoto
ShikaTema/Persahabatan/Family/Rohani/AU/OOC/Typo(s)/Plotless/Oneshot
Warning.!: ISLAMIC CONTENT
Tak disangka dodol buatan sendiri jauh lebih enak dari pada membeli. Mungkin tahun depan Shikadai akan meminta Shikamaru untuk membuat makanan kenyal ini lagi.
DLDR
Enjoy Reading
.
.
.
"Tadaima." Sapa seorang anak 12 tahun yang baru saja pulang setelah sejak siang pergi dari rumah dan baru pulang ketika matahari hampir terbenam. Awalnya, Shikadai hanya meminta izin untuk pergi kerumah Inojin, tetapi ketika anak itu pulang ditangannya menenteng sebuah kantung kresek berwarna hitam entah apa isinya.
Shikadai masuk dan menjumpai ibunya sedang didapur dan berdiri didepan kompor, aroma makanan langsung menyapa indera penciuman Shikadai begitu ia masuk kedapur dan duduk disalah satu kursi meja makan. Sementara sang ibu sepertinya masih belum menyadari kehadirannya karena terlalu fokus dengan solet yang sedang ia goyang-goyangkan diatas kompor.
"Ibu." Sapanya mengagetkan sang ibu.
"Astaga Shikadai, kenapa baru pulang dan kenapa tidak salam dulu.?"
"Aku sudah salam bu, tapi ibu tidak dengar.. ini aku bawakan. Hehe." Kata Shikadai sambil tersenyum lebar dan mengangkat tinggi kantong kresek yang tadi dibawanya. Temari mengernyit heram melihatnya, nampak penasaran juga dengan apa yang ada didalamnya. Pasalnya, anak itu tidak pernah membawa oleh-oleh meskipun sedang berlibur keluar daerah.
"Apa itu.?" Tanya Temari penasaran sambil meniriskan ikan yang baru saja ia goreng diwajan.
"Tidak tahu, tapi kata Inojin ini enak."
Shikadai pun mengeluarkan sebuah kotak makan berukuran sedang yang dihiasi dengan sehelai pita berwarna kuning, pada tutupnya terdapat stiker bertuliskan 'DODOL PAK MAKMUR' dan gambar 2 buah ketupan dipojok kanan atas. Kotak makan tersebut berwarna bening sehingga dapat dengan jelas terlihat isinya.
"Owalah, itu namanya dodol." Kata Temari setelah rasa penasarannya terjawab. Ia lantas mengambil sebuah piring dan mengiris dodol yang masih dalam ukuran besar itu kebentuk yang lebih kecil-kecil lalu menghidangkannya dipiring. tak berselang lama, Shikamaru yang baru saja selesai mandi pun ikut penasaran dengan makanan yang dibawa oleh anaknya. Ia kemudian mendudukan dirinya dihadapan Shikadai untuk bersama-sama menantikan waktu berbuka puasa yang tak lama lagi akan tiba. Pun dengan Temari yang nampaknya sudah selesai menghidangkan menu buka puasa juga ikut duduk disamping suaminya.
"Memang dari mana kamu dapat dodol itu.?" Tanya Shikamaru
"Tadi, Inojin mengajakku pergi ke bazar ramadhan. Banyak sekali penjual makanan disana, aku sampai bingung ingin membeli apa. Sampai akhirnya aku melihat makanan ini. Tadi ku kira coklat."
"Dulu waktu ayah masih muda setiap kali ramadhan selalu gotong royong bikin dodol ramai-ramai bersama teman-teman."
"Kenapa sekarang tidak bikin yah.?"
"Yang rajin dan suka membuat sekarang sudah tua dan tak kuat, seperti ayahmu." Sahut Temari dengan suara yang dipelankan pada akhir kalimat, sepertinya wanita itu memang berbakat untuk menyindir seorang laki-laki macam Shikamaru. Sedangkan Shikadai hanya menunjukkan seringai mengejek pada sang ayah.
"Iya lah, siapa juga yang mau mengaduk dodol sehari suntuk. Dan juga aku belum setua itu tau." Balas Shikamaru, kemudian mereka bertiga tertawa dengan hangat sampai tak menyadari bahwa begud masjid telah dipukul pertanda bahwa waktu berbuka puasa telah tiba. Dengan dipimpim oleh Shikamaru, doa berbuka puasa mereka lantunkan bersama sebelum menikmati berbagai macam hidangan yang tersaji dihadapan mereka. Yang pertama kali mereka masukan kedalam mulut adalah teh manis hangat dan kurma yang tak pernah absen menemani sore mereka dibulan ramadhan.
Bagi keluarga Nara ini, buka puasa belum komplit kalau belum pakai teh dan kurma. Sehingga Temari selalu menyetok banyak kurma dirumah karena memang mereka semua menikmati makanan kesukaan Nabi tersebut. Meskipun banyak sekali jenis-jenis kurma, tapi ada satu kurma yang menjadi favorit Shikadai yaitu kurma khas Sunagakure yang selalu menjadi buah tangan apabila kedua pamannya berkunjung ke Konoha.
Selain rasanya yang manis daging buahnya juga tebal dan harganya murah, hanya saja kurma tersebut hanya ada di Sunagakure karena negara itu tidak pernah meng ekspor kurma keluar negara. Hanya pengecualian bagi Shikadai yang kebetulan adalah kemenakan dari sang pemimpin, sehingga ia bisa memiliki kesempatan untuk bisa mencicipinya. Tak jarang ia membagi kurma-kurma tersebut kepada teman-temannya agar tak hanya dirinya saja yang tahu rasanya.
"Alhamdulillah." Ucap syukur mereka semua.
"Shikadai, jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Allah karena masih bisa merasakan nikmatnya berbuka puasa. Kamu tahu kan, diluar sana banyak orang yang menjalani ibadah puasa tanpa sahur dan berbuka."
"Iya ayah, aku mengerti."
"Nah ayo kita coba dodolnya." Kata Temari sambil memasukkan sepotong dodol kedalam mulutnya. Dodol itu rasanya sangat manis dan legit tapi tidak membuat enek. Shikamaru dan Shikadai pun ikut mencoba dan terkesan dengan rasanya. Shikadai yang baru pertama kali merasakan makanan itu pun terlihat begitu menikmatinya.
"Bagaimana, enak kan.?"
"Iya bu, enak. Ayah ayolah bikin dodol, nanti aku ajak teman-teman untuk membantu." Mohon Shikadai berusaha membujuk ayahnya. Shikamaru menghela napas panjangnya sambil menimbang-nimbang jawaban atas pertanyaan anaknya itu.
"Baiklah, besok minggu ayah libur. Kita pergi kerumah nenek, disana ada wajan besar."
"Yey..."
.
Hari minggu pun tiba, ketika hari masih pagi dan masih bersemangat Shikamaru segera menyiapkan bahan-bahan yang hendak dibawanya kerumah sang ibu untuk membuat dodol. Sementara Shikadai sedang pergi untuk menjemput teman-temannya yang hendak ia ajak membantu.
Pria yang dulunya sangat hobi tidur dan suka mengatakan semua hal merepotkan itu entah bagaimana sekarang menjadi bapak-bapak yang produktif dengan mengajak para generasi muda untuk beramai-ramai membuat dodol. Mungkin jika bukan karena dukungan sang istri, Shikamaru akan mengatakan bahwa lebih baik membeli dodol yang sudah jadi daripada harus lelah-lelah membuatnya.
Tapi demi memberikan pengalaman dan pelajaran berharga untuk anak-anak penerus bangsa, ia rela kehilangan waktu tidurnya untuk melakukan hal yang merepotkan ini.
"Temari, kamu ikut kerumah ibu kan.?"
"Nanti aku menyusul ya, aku belum selesai dengan baju-baju ini." Jawab Temari yang masih memasukkan tumpukan pakaian kotor kedalam mesin cucinya.
"Oh, ya sudah kalau begitu aku berangkat dulu."
Pria itu pun berangkat sambil menenteng kantong keresek besar berisi tepung ketan, gula pasir, gula merah dan garam. Sedangkan untuk air dan santan, Shikamaru telah meminta ibunya untuk menyiapkan karena Yoshino telah memberi tahu bahwa ia memiliki banyak kelapa yang sudah tua dan rencananya hendak dijual, tapi karena tahu bahwa Shikadai dan teman-temannya hendak membuat dodol ia pun mengurungkan niatnya itu.
Sesampainya dirumah lamanya, ternyata disana sudah ada Shikadai dan teman-temannya. Tak hanya anak laki-laki saja anak perempuan seperti Sarada, Sumire dan Chou-chou juga ikut serta dalam kegiatan ini.
"Oh, kalian sudah sampai ya. Sudah siap semuanya.?"
"SIAP.!" Jawab mereka serempak.
"Shikadai dimana nenekmu.?"
"Masih didalam yah katanya sedang mengambil air santan."
"Baiklah kalau begitu kalian semua tolong siapkan wajan dan tungkunya ya, Shikadai kamu tahu dimana tempatnya kan.? Ayah mau membantu nenek dulu."
"Baik yah."
Setelahnya mereka pun melakukan tugasnya masing-masing dengan baik. Mencuci wajan, menyiapkan tungku, mengangkat kayu bakar, dan menyalakan api semua mereka lakukan bersama-sama. Sedangkan Shikamaru didalam sedang mengambil air, santan, beberapa panci dan sendok yang akan ia gunakan nantinya.
"Apa istrimu tidak ikut kesini.?" Tanya Yoshino
"Katanya nanti menyusul bu, tadi Temari masih mencuci baju."
"Oh ya sudah sini ibu bantu membawanya keluar."
Ketika keduanya telah sampai dihalaman samping kediaman Nara, ternyata Shikadai dan teman-temannya juga sudah selesai menyiapkan alat-alatnya. Bahkan apinya sudah disiapkan sehingga tanpa menunggu lama Shikamaru segera memberikan intruksi.
"Pertama-tama, kita masukan campuran air santan dengan tepung ketan kedalam wajan. Setelah itu diaduk hingga menyatu dan merata. Nih siapa yang mau mengaduknya terlebih dahulu, nanti kalian bisa gantian kalau sudah lelah."
Yang pertama kali mengajukan diri untuk menjadi relawan pengaduk adalah Boruto yang dengan sombongnya bilang akan mengaduknya sendiri tanpa perlu digantikan. Ia menerima sebuah sendok kayu yang panjang dari Shikamaru lalu mulai mengaduk cairan yang ada didalam wajan tersebut. Sedangkan teman-temannya yang lain membantu Yoshino untuk memotong-motong gula jawa sebagian lagi mengipasi api agar tidak padam.
Tak berselang lama, anak dari Hokage ke tujuh itu sudah mengeluh tangannya pegal dan langsung di tertawai oleh teman-temannya.
"Nah setelah tercampur rata, barulah dimasukkan gulanya. Nih aduk lagi, jangan berhenti ya." Ujar Shikamaru sambil memasukkan potongan gula kedalam wajan. Ia lalu kambali memberikan sendok kayunya kepada Shikadai untuk menggantikan tugas boruto yang sebelumnya.
Setelah beberapa lama dan semua sudah kebagian untuk mengaduk adonan, nampaknya anak-anak itu sudah mulai kelihatan lelah dan tak bersemangat. Melihat hal itu, Shikamaru lalu mengambil alih tugas tersebut dan melanjutkan mengaduk adonan dodol yang sudah mulai mengental. Tak lama kemudian, Temari datang sambil membawa beberapa plastik mika berbentuk kotak yang nantinya akan digunakan untuk mengemas dodol buatan mereka.
"Nah kurasa ini sudah matang."
Shikamaru kemudian memanggil Temari untuk membantunya menciduk dodol yang masih panas tersebut kedalam panci loyang berbentuk kotak dan bundar yang sudah diolesi minyak terlebih dahulu. Kemudian mendiamkannya beberapa saat agar dodolnya menjadi dingin barulah memotongnya menjadi kecil-kecil agar lebih mudah dimasukan kedalam mika.
"Nah ini buat Inojin, Ini buat Boruto, Ini buat Sarada, Ini buat Sumire dan yang paling banyak ini untuk chou-chou."
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 14.30 sudah, sudah mendekati waktu sholat ashar sejak pagi mereka tiba disana. Setelah semua alat-alat sudah dibereskan dan dibersihkan, kini waktunya untuk membagikan dodol buatan mereka kepada orang-orang yang ikut berpartisipasi. Mereka juga membagikan dodol tersebut ke beberapa tetangga mereka karena mereka memang membuat agak banyak dodol agar semua bisa merasakan. Bahkan Temari juga sudah menyisihkan sedikit dodol untuk ia kirimkan ke Sunagakure dimana kedua adiknya berada. Katanya Kankurou sangat senang dengan makanan yang satu ini.
"Wah arigato paman Shikamaru, bibi Temari dan nenek Yoshino."
"Iya sama-sama semoga kalian suka dan jangan lupa dihabiskan ya.."
"Baik, kalau begitu kami permisi ya paman dan bibi."
"Terima kasih ya, teman-teman." Kata Shikadai sambil melambaikan tangan kepada teman-temannya yang sudah mulai menjauh dari kediaman Nara.
.
Setelah berjam-jam menunggu waktu berbuka puasa demi mencicipi dodol buatannya, akhirnya adzan magrib pun berkumandang. Pertama-tama Shikadai membasahi tenggorokannya dengan teh hangat terlebih dahulu barulah ia memakan dodolnya.
"Wah enak yah.. kurasa ayah berbakat jadi chef."
Sejenak Shikamaru dan Temari bertukar pandang, lalu kemudian mereka tertawa bersama. Tak disangka dodol buatan sendiri jauh lebih enak dari pada membeli. Mungkin tahun depan Shikadai akan meminta Shikamaru untuk membuat makanan kenyal ini lagi.
.
.
END
.
.
NB : Cara pembuatan dodol tidak akurat jadi jangan dicoba wkwk
