Yukihira Souma mengernyit saat melihat Nakiri Erina, kekasihnya, sedang menuntun seekor keledai menuju ke arahnya. Tanpa sadar Souma menjilat permukaan bibirnya saat melihat penampilan Erina yang luar biasa seksi. Tubuhnya yang seksi dengan kulit putih mulus tanpa cacat sama sekali dibalut mikro-bikini, sebuah model bikini yang hanya menutupi bagian puting dan sekitarnya sementara kedua sisi payudara dibiarkan telanjang. Bikini itu benar-benar mengekspos keseksian payudara Erina yang besar, bulat, dan penuh. Sementara bagian bawahnya berupa celana dalam model segitiga yang hanya menutupi area pribadi bagian depan dan seutas tali diselipkan di antara belahan bokongnya. Dengan kata lain, bokong Erina yang bulat, sintal dan mulus benar-benar telanjang.
"Apa yang akan kau lakukan dengan keledai itu sayang?" tanya Souma heran.
Erina mendengus. "Tentu saja untuk ditunggangi. Sudah lama aku tak menggencet hewan tua ini." Erina memperbaiki letak pelana yang terpasang di atas punggung keledai. Tinggi hewan itu hanya sepinggang Erina. Souma melihat cambuk di tangan kanan Erina. Pemuda berambut merah itu memang sudah tahu mengenai hobi kekasihnya. Erina penggemar BDSM dan solo riding. Di rumahnya yang megah seperti istana, Erina memiliki koleksi kostum dominatrix, peralatan bondage, dan lain-lain. Souma sama sekali tidak keberatan justru malah mendukung hobi Erina. Pemandangan Erina yang sedang menunggang kuda, keledai, atau ponyslave malah membuat Souma terangsang. Ponyslave yang dimaksud Souma adalah sekumpulan orang-orang yang suka menguntit dan dijadikan sebagai budak oleh Erina. Mereka didandani dengan kostum kuda dan diperlakukan seperti hewan ternak.
"Hupp!" Dengan mudah Erina meloncat ke atas punggung keledai. Gadis seksi itu tanpa membuang waktu langsung mencambuk pantat si keledai tua dan menarik tali kekang.
Souma melihat keledai itu mulai berjalan dan Erina duduk tegak di atasnya dengan pose seksi. Pantat bundar Erina bergetar-getar di atas pelana, dan payudara besarnya memantul-mantul ke atas dan ke bawah. Ooh sungguh pemandangan yang menggairahkan.
"Hyeahh! Jalan lebih cepat keledai malas!" Erina melayangkan cambuk sekali lagi. Keledai itu mulai merintih, seolah meminta ampun. Ditunggangi oleh Erina yang bertubuh bahenol dan berpayudara besar tentu saja membuat keledai itu tersiksa apalagi usianya sudah cukup tua. Keledai itu berjalan memutari taman luas kediaman Nakiri. Erina geram karena hewan itu berjalan sangat lambat dan berkali-kali gadis cantik itu harus mencambuknya. Dijepitnya perut keledai dengan kedua kakinya yang jenjang. Erina melonjak di atas punggung hewan itu membuat payudara jumbonya memantul-mantul hebat. Souma yang menonton aksi kekasihnya lama-lama mulai terangsang.
Erina mengarahkan keledainya kembali ke tempat Souma berada. Keledai itu terlihat sangat ngos-ngosan dan nyaris ambruk tapi Erina tetap tak memberinya ampun.
"Sepertinya hewan malang ini sudah mulai kehabisan tenaga," kata Souma.
Erina melonjak-lonjak kecil di atas punggung keledai malang itu, sepertinya masih ingin menggencet. Menurut Erina, menunggang membuat bokongnya makin seksi. Meski binatang berkaki empat itu terlihat sudah tak kuat menahan gencetan Erina, Erina masih duduk dengan posisi tegak.
"Sayang, aku jadi horny melihat aksi sadismu. Bagaimana kalau kita ke kamar dan bercinta, hm?" Souma bertanya pada kekasihnya dan ternyata Erina menyambutnya. Kebetulan Erina juga sedang horny dan kedua remaja yang tengah dimabuk cinta itu segera meninggalkan halaman belakang kediaman Nakiri.
Di Kamar Erina...
"Auhh, S-Soumaaa! Lebih keras.. akh.. akh.. luar biasa, yeahh!" Erina mendesah kencang menikmati setiap tusukan penis besar Souma yang memanjakan liang kewanitaannya.
"Arghh, yeah, kau benar-benar menyukainya Erina-sama? Huh?" Souma mempercepat gerakan pinggulnya membuat bunyi kecipak basah menggema di dalam kamar.
"Haah, uhh, aih, jangan banyak bicara-ohhh, cepat selesaikan giliranmu," Erina meremas bokong Souma menyuruh kekasihnya agar segera menuntaskan permainan mereka, lebih tepatnya Souma menyelesaikan gilirannya setelah itu Erina yang akan memegang kendali.
"Gguhh.. kau sudah tak sabar ingin berada di atas ya? Baiklah, akan kupenuhi permintaanmu. Hheaaahh! Arghh!" Souma berteriak keenakan saat penisnya meluncur keluar masuk semakin cepat. Kedua kaki Erina melingkari pinggang Souma dan pemuda itu semakin merangsek maju hingga dirasa penisnya mentok.
"Hhiiah, huh, aaaah, c-cepat Souma aku hampir-ohh-ahh-ANGHHHHHHH!" Erina berteriak keras saat merasakan orgasme menerjangnya.
Melihat kekasihnya orgasme, Souma justru tak menghentikan genjotan penisnya malah dia semakin keras dan cepat menghajar kewanitaan Erina.
"Aku datang Erina.. ohh.. arghhh.. UGH-Hhheaaa!" Souma menjerit keras saat merasakan ejakulasi nikmat di dalam rahim Erina.
Pemuda berambut merah itu ngos-ngosan tapi merasa puas. Souma iseng menekan-nekan vagina Erina membuat gadis itu kembali mendesah.
"Bagaimana kalau ada pelayan rumahmu yang mendengar suara kita?" Bisik Souma khawatir. Erina mengubah posisi mereka menjadi Souma yang berbaring telentang di bawah sementara Erina di atas atau biasa disebut posisi woman on top. Salah satu posisi bercinta favorite Erina karena dia bisa memegang kendali sepuasnya.
Souma meremas pantat montok Erina dengan gemas.
"Mereka semua sibuk di dapur dan tak pernah datang ke kamarku. Tenang saja sayang tidak akan ada yang mendengar kita."
Souma meremas payudara besar montok Erina yang tersaji di depannya. Souma memelintir dan mencubit puting Erina.
"Aaahh.. jangan menggodaku! Atau kau akan tahu akibatnya, Yukihira Souma!" Erina memberikan ancamannya.
"Ampun, Erina-sama.. arghh!" Souma menggeram saat Erina mulai menggerakkan pinggulnya, bersiap memberikan kenikmatan pada sang jantan miliknya yang berkedut-kedut di dalam liang sempit miliknya.
Erina tersenyum puas saat melihat ekspresi wajah Souma di bawah kendalinya. Gadis cantik dan seksi itu terus menggenjot kejantanan perkasa Souma. Bokong bulatnya naik turun dan bergetar erotis. Erina mendesah keras merasakan dinding kewanitaannya digesek-gesek penis besar Souma.
"Erinaaa.. kau sungguh luar biasa.. haaa.. tak ada gadis yang bisa menandingi kehebatanmu dalam hal bercinta-gguhh!" Souma merem melek menikmati servis goyangan Erina yang memabukkan. Payudara besar Erina memantul-mantul ke atas dan ke bawah.
"Euhh.. apa kau baru saja memujiku? Yeahh, anghh, huuh!" Erina memutar pinggulnya untuk menciptakan sensasi nikmat lainnya.
"Oohhh.. teruskan Erina~ Penis ini milikmu.. lakukan apa saja padanya-hheaaah!" Souma ikut menggerakkan pinggulnya untuk mengimbangi goyangan Erina.
Erina tersentak saat Souma memegangi kedua sisi pinggangnya, lalu pantat dan pinggul pemuda tampan itu terangkat karena menusuk kewanitaan Erina dari bawah dengan kecepatan tinggi. Erina berteriak nikmat, ikut bergoyang sekuat yang ia bisa. Bunyi tepukan keras dan becek lagi-lagi menggema di kamar. Sensasi nikmat luar biasa membuat akal sehat pasangan remaja itu melupakan akal sehatnya dan tak memedulikan keadaan sekitar. Mereka terus bergerak semakin cepat. Tangan Erina turun, berinisiatif mengocok testis Souma yang bergoyang seirama genjotan. Souma mengerang merasakan nikmat tambahan dari kocokan jari Erina pada bola kembarnya.
"K-kurasa.. haa.. haa.. aku akan keluar.." Erina jatuh menelungkup di atas Souma dan bokongnya masih naik turun.
"Aku juga Erina, ughh, gguh, kita keluarkan bersama sayang.." Souma melahap payudara Erina dan mengenyot liar.
Setelah lima menit bergulat dengan kasar, akhirnya Souma dan Erina meraih orgasme bersamaan. Teriakan keras menggema menandakan betapa luar biasa orgasme kali ini.
"Erinaa hheaaaa/Soumaaaa... hyaaahhh!"
Setelah badai orgasme menghilang, keduanya ngos-ngosan. Souma merasakan penisnya lengket karena diterjang cairan cinta Erina dan spermanya sendiri.
"Kau sangat luar biasa sayang," kata Souma sambil mencium pipi Erina.
Erina tersenyum puas," Aah, tentu saja."
Kedua remaja itu beristirahat selama beberapa menit dengan posisi saling berpelukan tanpa melepaskan kemaluan mereka. Erina mencium bibir Souma dan dibalas pemuda itu dengan senang hati. Ternyata dua ronde saja tidak cukup bagi Souma dan Erina yang memiliki hormon berlebihan, maklum saja karena mereka masih remaja dengan napsu yang meledak-ledak. Erina memisahkan diri, melepaskan penis Souma dari vaginanya. Terdengar bunyi plop dan becek saat kemaluan kekasihnya terlepas. Souma mengerang kecewa karena sensasi hangat yang begitu candu mendadak hilang. Erina menyeringai. Gadis seksi itu membaringkan tubuhnya untuk mengatur napasnya. Souma melihat dada kekasihnya naik turun. Tanpa aba-aba, Souma langsung menindih Erina, mulutnya langsung menyambar puting kekasihnya yang keras.
"Ouuhhh, aku masih dalam pemulihan, ahhh." Erina mendesah merasakan payudaranya dikenyot dengan liar oleh Souma.
"Hmphh, mphh, payudaramu besar dan seksi. Sempurna sekali, hmpphh." Souma menggigiti puting pink Erina, lalu membuka mulutnya lebih lebar untuk menjangkau payudara Erina seolah hendak memasukkan semuanya.
"Euhhh, dasar, kau memang pecinta oppai, Yukihira Souma! Yeahhhhh!" Pinggul Erina terangkat karena rangsangan hebat pada payudaranya. Souma semakin kesetanan menyedot, mengulum bak bayi kehausan.
Puas bermain dengan payudara Erina, Souma mengangkangi tubuh kekasihnya. Gadis pirang itu menebak apa yang akan dilakukan Souma dan hanya ada satu yang terlintas di kepalanya.
"Berikan servis paizuri terbaikmu, sayang." Souma menggoda puncak payudara Erina dengan kepala penisnya. Souma menekan-nekan puting kanan-kiri bergantian dengan kepala penisnya yang mirip jamur. Urat-urat semakin menonjol dan penisnya kembali berdenyut. Perlahan, Souma memposisikan sang jantan di belahan payudara Erina, kemudia menekannya.
"Arghhhh, ohhhh." Souma mendesah nikmat merasakan penis besarnya digencet payudara montok Erina. Erina yang berada di bawah menyaksikan ekspresi Souma yang keenakan. "Aku mulai bergerak, Erina." Napas Souma memburu dan pemuda itu mendengus seperti banteng yang sedang bernapsu.
"Hngghhhh!" Pinggul Souma mulai bergerak maju mundur. Setiap kali pinggulnya maju, kepala penisnya membentur dagu Erina.
Slep, slep, slep, slep, slep, slep.
Bunyi penis yang bergesekan dengan payudara mulai menggema di dalam kamar Erina. Souma tak henti-hentinya mengerang keenakan. Kedua matanya terpejam begitu menikmati sensasi gencetan lembut payudara Erina. Penisnya begitu dimanjakan sepenuhnya.
"Haaahh! Hah! Hhaaa! Erina, buka mulutmu, sambutlah kepala penisku." Souma memberikan instruksi.
Erina menggeliat. Selama ini Erina dikenal sebagai sosok gadis seksi yang hobi menunggang dan menggencet, tapi sekarang keadaan berbalik. Yukihira Souma saat ini adalah joki yang menungganginya tanpa ampun. Menuruti perintah Souma, Erina membuka mulutnya dan kepala penis Souma langsung meluncur masuk. Gabungan paizuri dan oral membuat Souma semakin beringas.
"Hhheaaaaaa! A-aku tidak bisa berhenti, urghhh, E-Erinaaaa!" Souma makin kesetanan. Pinggulnya bergerak makin cepat.
"Mfuhhh, S-Souma, hmphuhhh, uhhh, pelan-pela—ffuhhh! Okkhhh!" Erina kewalahan menerima terjangan penis Souma di mulutnya. Kedua tangan Erina terus meremas-remas pantat Souma membuat pemuda berambut merah itu semakin hilang kendali.
Slep, slep, clep, splak, splak, splak.
"Oughhh, mulut dan payudaramu memang hebat, sayang. Erghhh, k-kau luar biasa, tak ada tandingannya. Yeahhh, yeahhh, hmmhh, ohhh." Souma menggoyangkan pantatnya ke kanan dan kiri menciptakan sensasi lain yang nikmat.
Erina hanya bisa pasrah meski kewalahan mengimbangi gerakan Souma. Pemuda itu meraung seperti hewan buas. Sepertinya kekasihnya akan segera mencapai klimaks. Erina bisa mengetahuinya karena merasakan penis besar Souma yang terjepit di belahan dadanya mulai berdenyut hebat dan urat-uratnya semakin menebal. Bahkan testis besar pemuda itu juga terasa berdenyut saat menggesek kulit perutnya.
"Erina, ohhh, sebentar lagi, haaahh. Ini enak sekali, sayang. Ohhh!" Souma menceracau merasakan sensasi geli dan gatal luar biasa pada penisnya. Menambah kecepatan, Souma bahkan mulai sedikit melonjak, membuat pantatnya terangkat.
"OKHHHH-hhfuhhhh! Hosh, hosh, ouhhh, Soumaaaa!" jerit Erina.
"Aku datang, hahhh! Aku... yeahhh, yeahhh, oughhh, terimalah spermaku, Erina. OUGHHHHH! Erinaaaa, haaaahhh! Okhhh, hghhhhh! HHHEAAAAAAAAAAA!" Teriakan keras Souma menandakan pemuda itu telah berhasil mencapai orgasme yang luar biasa dahsyat. Sperma menyembur banyak di mulut Erina dan mulut gadis itu tak cukup menampung semuanya sehingga sebagian besar menetes ke payudaranya. Mendengar teriakan Souma, Erina ikut klimaks.
Setelah pertempuran hebat itu, keduanya ngos-ngosan. Souma masih betah menunggangi Erina, sesekali menggesek maju mundur merasakan sensasi jepitan licin belahan payudara Erina yang basah karena spermanya.
"Unghh," Erina menggeliat. Sebelum turun dari tubuh Erina, Souma sempat menduduki wajah Erina menggenjot mulut Erina selama beberapa detik untuk mengeluarkan seluruh cairannya. Setelah itu, tubuh Souma berguling ke samping.
"Haahh, haahh, yeahhh, orgasme yang luar biasa!" desah Souma puas.
"Kau kerterlaluan sayang, aku nyaris tersedak karena spermamu meluap di mulutku." Erina menggerutu kesal.
Souma tertawa tanpa rasa bersalah. Dipeluknya Erina dengan sayang.
"Ouch, penismu berdiri lagi. Bagaimana bisa?" tanya Erina heran.
"Itu pertanda bahwa kita harus melanjutkan ronde ke-empat. Kau siap?" seringai Souma kembali muncul.
Selanjutnya, yang terdengar dari kamar Erina hanyalah teriakan lantang, desah kenikmatan, bunyi becek kecipak, dan umpatan.
