Naruto and all characters belongs to Masashi Kishimoto
ShikaTema/Romance/Rohani/Family/AU/OOC/Typo(s)/Plotless/Oneshot
Warning.!: ISLAMIC CONTENT
"Temari.? Kamu sakit.? Kok wajahmu pucat.?"
DLDR
Enjoy Reading
.
.
Disebuah kota tinggallah sepasang suami istri yang belum lama menikah dan belum juga dikaruniai seorang anak. Mereka tinggal disebuah rumah kecil yang sederhana namun begitu nyaman untuk ditinggali. Sang suami bekerja sebagai seorang pemborong yang yang selalu berkeliling diberbagai kota. Ia hanya akan pulang pada hari sabtu dan minggu untuk menemui sang istri tercinta yang berkesibukan mengurus rumah tangga sekaligus memberikan gajinya yang memang selalu dibayarkan ketika akhir akhir pekan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama seminggu.
Mereka adalah Shikamaru dan Temari yang sedang berjuang keras untuk bersama-sama menggapai ridhoNya, berjuang keras untuk hidup yang lebih indah dikemudian hari, berjuang keras untuk sama-sama mencari rizki. Meski hidup dalam kesederhanaan, Shikamaru dan Temari sama sekali tak pernah mengeluh. Mereka senantiasa bersyukur dan yakin bahwa segala sesuatu yang sudah diatur oleh Allah SWT adalah yang terbaik dan yang paling indah.
Pada suatu saat, Temari ingat bahwa hari itu adalah hari sabtu dan suaminya akan pulang tak lama lagi, biasanya jika tak ada hambatan Shikamaru akan sampai dirumah ketika sabtu siang. Temari pun dengan semangat membersihkan rumah agar memberikan kesan nyaman pada Shikamaru yang sudah pasti lelah karena telah seminggu bekerja.
"Alhamdulillah, hari ini suamiku pulang. Aku benar-benar merindukannya." Katanya sambil memeras kain pel ditangannya.
"Yosh, aku harus semangat." Ia pun mulai mengepel seluruh ruangan dirumahnya mulai dari halaman depan sampai halaman belakang. Tetes keringat yang membasahi wajahnya pun tak dihiraukannya, ia tetap bergerak dengan gesit kesana kemari tanpa mempedulikan keadaan tubuhnya sendiri.
"Kira-kira aku mau masak apa ya buat Shikamaru." Setelah selesai membersihkan rumah, Temari pergi ke kamarnya untuk mengambil dompet. Rencananya ia akan belanja sayur dan lauk yang agak banyak untuk memasak makan siangnya bersama Shikamaru. Tapi ternyata uang hariannya tingga 25 ribu.
"Tidak apa, semoga ini cukup untuk memasak makanan kesukaan Shikamaru."
Temari pun segera melangkahkan kakinya untuk pergi ke warung yang ada didekat rumahnya untuk belanja. Tapi ketika langkahnya baru sampai jalanan depan rumah, ada seorang nenek tua yang membawa pisang didalam sebuah bakul. Nenek itu pun menawarkannya kepada Temari yang kebetulan dilihatnya.
"Nak tolong dibeli pisang ini, terserah mau dibeli berapa yang penting saya ada ongkos untuk naik bus pulang." Pintanya dengan nada lirih mengundang rasa iba siapapun yang melihatnya, tak terkecuali Temari yang langsung merasa kasihan pada nenek tua tersebut.
Tapi ia bingung, benar-benar bingung... uangnya tinggal 25 ribu dan dia tidak suka pisang begitu pulang suaminya yang juga sama-sama tak menyukai pisang. Tapi hatinya ingin membeli dengan niat untuk menolong nenek tua tersebut.
'Duh, bagaimana ya... uangku tinggal 25 ribu dan aku ingin memasak makanan kesukaan Shikamaru.' Pikir Temari, batinnya mulai gelisah antara membeli atau tidak. Sungguh ia tak pernah ingin mengecewakan suaminya yang sudan lelah bekerja demi menafkahinya
'Tapi,.. kasihan nenek ini pasti sangat butuh uang.' Ia masih nampak memikirkan jawaban yang hendak dipilihnya.
'Ya sudah, Bismillah semoga uang ku bisa bermanfaat pada nenek Shikamaru aku masakin pake bahan seadanya yang ada didapur.'
"Iya nek, ini saya hanya punya 25 ribu. Dan pisangnya tolong dibawa saja ya nek daripada tidak kemakan karena saya dan suami saya tidak terlalu suka pisang." Dengan senyum tulus nan ikhlas Temari memberikan lembaran uang didompetnya kepada nenek penjual pisang itu.
"Terima kasih nak, semoga Allah membalas kebaikanmu. " Kata sang nenek kemudian berbalik dengan raut wajah penuh kebahagiaan.
"Aamiin, Terima kasih kembali nek." Balas Temari yang juga langsung berbalik hendak kembali kerumah. Diingatnya dirumah ia masih memiliki beberapa buah terong dengan keahlian memasaknya, ia akan mengolah terong tersebut menjadi sesuatu yang sangat enak.
Namun, ketika sampai dirumah dan melihat kelemari sayurnya ternyata tomat-tomatnya telah membusuk dan tak lagi bisa diolah. Dan lebih parahnya hampir seluruh persediaan bahan pangannya didapur telah habis. Berasnya habis, kulkas tak ada isinya bahkan telur satu pun tak ada, kopi habis, gula habis. Akhirnya Temari menangis karena tak bisa memasak.
"Ya Allah bagaimana ini, apa aku harus pinjam uang ya.?" Katanya bermonolog sambil duduk disalah satu kursi meja makan. Ketika Temari berdiri hendak menemui tetangganya untuk meminjam uang, ia langsung teringat pesan suaminya untuk jangan pernah meminjam uang seburuk apapun kondisi keuangan mereka. Karena sungguh beban membayar hutang itu sangatlah berat. Temari tak mau menjadi istri yang durhaka hanya karena tak mematuhi perintah suaminya.
"Apa aku bilang jujur aja ya sama Shikamaru kalau uangnya habis untuk membeli pisang.?... Tapi pisangnya kan tidak ada mana bisa dijadikan alasan." Katanya dengan nada sedih. Dia sangat bingung karena tidak bisa belanja hari ini. Takut dan tidak tahu harus kemana.
Namun tak lama kemudian wanita itu segera tersadar dari kegelisahan hatinya. Temari segera mengusap matanya yang masih basah lalu berdiri untuk mengambil air wudhu. Disaat-saat seperti ini yang bisa ia lakukan hanyalah berwudhu dan sholat, berdoa meminta pertolongan pada yang maha segalanya.
"Astaghfirullahal'adzim. Temari, kamu masih punya Allah yang maka kaya." Ia cepat-cepat memakai mukenahnya lalu mendirikan sholat untuk menenangkan hatinya yang gundah gulana.
"Ya Allah, apa yang telah saya perbuat hingga saya mendapat cobaan ini. Hamba mohon ampuni kesalahan hamba Yaa Allah... berikan hamba kekuatan untuk sabar jika nanti suami saya marah karena tidak ada makanan dan kopi, Hamba pasrah ya Allah."
Setelah dirasa hatinya cukup tenang, Temari duduk diruang tamu untuk menunggu kedatangan suaminya yang sebentar lagi akan pulang. dan ketika jam menunjukan pukul 11 siang, Shikamaru benar-benar pulang dengan senyuman yang merekah menghiasi wajahnya. Sementara itu keringat dingin mulai bercucuran diwajah ayu Temari, kakinya gemetar seolah tak sanggup untuk berdiri.
"Assalamu'alaikum." Salamnya yang langsung dibalas oleh sang belahan jiwa. Shikamaru langsung melepas jaket dan duduk disofa sambil menunggu Istrinya yang pergi kedapur untuk mengambil air.
"Maaf ya suamiku, air putih dulu." Temari benar-benar takut ketika menyuguhkan air bening tersebut kehadapan Shikamaru. Tangannya gemetar, wajahnya menunduk tak berani menatap wajah sang suami, sekilas Temari tersenyum terpaksa dan menahan tangis.
"Temari.? Kamu sakit.? Kok wajahmu pucat.?" Tanya Shikamaru penuh penasaran.
"Tidak kok." Jawab cepat Temari tak ingin membuat suaminya khawatir, ia lalu segera kembali kedapur untuk menghindar dari sang suami.
"Eh, Temari.?!" Panggil Shikamaru ketika melihat istrinya segera berlari kembali kedapur padahal ia belum mengatakan apapun. Ia nampak heran dengan tingkah aneh istrinya. 'Dia kenapa ya.?' Pikirnya
"Temari kemarilah."
Meski dengan keadaan yang serasa mau pingsan Temari pun kembali menghampiri suaminya diruang tamu yang menatapnya dengan pandangan datar.
"Duduk sini istriku." Temari semakin merasa langit seakan runtuh, taku hanya itu. Tapi dia menurut dan langsung duduk disamping suaminya.
"Belum masak ya.?" Tanya Shikamaru dengan lembut membuat tangisan sang istri tak bisa dibendung lagi, dengan wajah yang dibanjiri air mata Temari menatap suaminya dengan melas.
"Maafkan aku Shikamaru, aku salah karena tidak minta izin dulu... maaf karena aku kasihan kepada nenek tua itu jadi... jadi aku kasihan dan..."
"Hei-hei kamu ini kenapa.?" Tiba-tiba Shikamaru memotong pembicaraan istrinya membuat tangis yang terdengar semakin pecah dan ia pun malah jadi panik sendiri karena tak tahu menahu tentang apa yang terjadi. Dengan cepat Shikamaru langsung menggenggam tangan istrinya yang sangat dingin itu.
"Temari Kamu kenapa nangis, hei.? Kamu sakit.? Nenek siapa yang sedang kamu omongin.?" Temari tak sanggup menjawab.
"Maksudku, kalau kamu belum masak ayo makan bersama. Kebetulan aku beli nasi dan ayam goreng lengkap dengan urap dan lalapan... aku juga beli soto jago kesukaanmu... Ini ada uang 25 juta, proyekku yang bulan lalu sudah selesai penghitungannya..
Nanti aku minta 10 juta ya untuk sevice motor dan benerin kamar mandi kalau sisa bakal aku kasih ke kamu, tidak apa-apa kan kalau tidak semua kuberikan padamu.?"
Tanya Shikamaru tanpa menunggu Temari tenang dan hal itu justru membuat tangisny semakin menjadi. Wanita itu lalu melepas genggaman tangan suaminya dan sujud syukur kepada Allah, setelahnya ia memeluk erat Shikamaru seraya berkata.
"Aku keluarkan 25 ribu dan hanya selang 3 jam langsung diganti oleh Allah 25 juta."
"HAH.?! Maksudnya.?" Shikamaru masih tak paham
"Pagi tadi aku memberikan uang terakhirku pada seorang nenek yang membutuhkan uang untuk ongkos pulang. Aku sangat takut karena semua persediaan makanan dirumah kita habis jadi..." Tak sempat menyelesaikan kalimatnya, Temari tiba-tiba pingsan dipelukan suaminya.
"Temari.?! Aduh kenapa lagi ini.? Temari hei bangun." Shikamaru panik bukan kepalang, ia menggoncang-goncangkan tubuh istrinya berharap tak terjadi apapun. Namun karena tetap tak ada respon, Shikamaru lalu segera membawa istrinya pergi ke klinik terdekat untuk memeriksa keadaannya. Ia sangat cemas ketika melihat Temari terbaring lemah dibrangkar dengan wajah yang pucat dan tangan yang dingin.
Namun, untungnya tak berapa lama kemudian Temari segera sadar dan mereka kembali mendapat kejutan yang begitu tak terduga.
"Selamat pak, istri anda hamil." Kata seorang perawat. Dan kali ini, Shikamaru yang langsung bersujud syukur kepada Allah dengan kabar yang begitu menggembirakan tersebut. Ia memeluk erat istrinya dan berjanji akan bekerja lebih keras untuk bisa membahagiakan istri dan calon anaknya.
"Terima kasih Temari."
"Terima kasih Shikamaru."
.
MasyaAllah. Indahnya sedekah kepada sesama dengan niat ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun. Untuk bersedekah tak perlu menunggu kaya karena sekecil apapun hal yang dijadikan amal akan tetap dihitung pahala oleh Allah SWT. Sungguh, sedekah tak akan mengurangi hartamu. Sebaliknya, Allah akan melipat gandakan hartamu.
.
.
END
.
.
