Cast : BTS X OC
OC = Byun Inkyung, IU, the polices
Psychopath's Story!
Crazy Sasaeng! Murder!
Aku terbangun malam itu. Bagaimana aku tahu bahwa itu adalah malam? Bagaimana ya? Soalnya begitu membuka mata yang kulihat pertama kali adalah bintang. Aku tidak yakin apakah aku baru saja ketiduran di balkon kamarku di lantai dua, atau aku sebenarnya melayang. Rasanya hangat dan nyaman, hanya tidak seperti malam yang biasanya. Kemudian aku tersadar bahwa aku sedang dipeluk. Aku melihat wajahnya. Tampan, putih, sempurna. Aku tidak bisa bilang bahwa ia seperti malaikat atau seperti dewa. Ia tetap manusia dengan bekas luka di pipi kiri dan titik-titik komedo di ujung hidung.
"Kenapa bangun?" Ia bertanya. Namanya Jungkook, omong-omong.
"Tidak tahu." Malam ini aku enggan menatap wajahnya, aku memilih untuk mengubur diri di bahunya. Ia terkekeh dan itu membuatku merinding. Aku ingin tidur lagi tapi tidak mengantuk, rasa yang membuat muak saja.
"Kau lapar tidak? Aku lapar," ujar Jungkook. Ia mengusap rambutku dan menyisirinya dengan jari. Apa rambutku sangat kusut? Aku tidak peduli. Jungkook bilang aku tetap cantik di keadaan apapun.
Aku mendongak ke arahnya. Bibirku menabrak dagunya. "Lapar ingin makan roti atau ingin makan aku?"
Ia tergelak dan memelukku gemas. "Tidak, sungguh, aku lapar ingin roti. Atau kau punya selain roti?"
Aku memutar bola mata dan mulai bangkit, menepuk gaun selututku yang berwarna putih dan dengan hiasan mawar merah yang tersebar pada kainnya. Percuma saja, gaunku tetap kusut. Aku membuka kulkas dan mendapati beberapa kilo daging segar di bagian freezer, memenuhinya. Itu punya Jimin dan Taehyung. Susu dalam botol sedang ada di bagian pintu kulkas milik Yoongi, ada juga minuman warna merah, awalnya kukira soda stroberi, entahlah apa itu benda milik Namjoon. Seokjin sepertinya memiliki kulit ayam mentah, dan milik Hoseok, aku tidak tahu apa itu kepunyaannya, wadah penyimpanannya tertutup rapat. Aku akhirnya membanting kulkas dan merutuki benda-benda milik orang lain yang tersimpan di kulkasku. Ternyata di meja makanku masih ada ramyeon cup. Tapi tinggal satu, aku harus berbagi dengan Jungkook dan itu tidak akan mengenyangkan. Mungkin aku perlu menambahkan daging yang banyak. Ah, entah itu milik Taehyung atau Jimin, kuharap mereka tidak akan keberatan dan menangis.
Setelah memasak aku kembali ke balkon kamarku. Aku makan, Jungkook juga makan, tapi tentu aku yang lebih banyak makan.
"Kau makanlah dengan baik, aku benci gadis yang kurus," ia berkata dan aku tertawa setelah mengunyah.
"Kalau benci gadis kurus kenapa makan malam dengan IU?" aku mencibir kesal.
"Ayolah, itu kan makan malam, bukan kencan," sahut Jungkook.
"Tidak peduli, pokoknya aku cemburu," aku berkata kesal dan mengunyah sisa ramyeon dan daging dengan kasar.
"Maaf ya, bagaimana caranya kau memaafkan aku?" Dengan lembut Jungkook memelukku dan mengecupi pipiku dengan sayang. Aku tersenyum dan membelai wajah halusnya. Mengecupi bibirnya sebentar diakhiri dengan jilatan nakal. Oh, aku memang nakal.
"Aku sudah memaafkanmu, Kookie, kau sudah membayarnya." Kami tersenyum dan hendak berciuman lagi. Seharusnya kami sudah berciuman dan saling menindih, ya seharusnya jika saja tidak ada gangguan dari suara gedoran pintu yang sangat tidak sopan.
"Ada tamu tuh." Aku mengerang, padahal maunya tetap memeluk Jungkook dan berharap semoga saja Jungkook tiba-tiba tuli dan tidak mendengar gedoran seperti orang dikejar setan itu. Yah, sepertinya doaku tidak terkabul. Aku turun ke arah pintu masuk. Seingatku aku tidak punya tetangga yang rusuh begini, atau aku selama ini salah?
Aku berusaha menahan emosi sebelum membuka pintu. Aku melihat seorang gadis kurus, tadi sudah kubicarakan, kau tahu? Itu IU. Ah, aku memang tidak punya tetangga rusuh. IU bukan tetanggaku.
"Dimana kau sembunyikan Jungkook, dasar jalang?" IU berteriak dan aku cuma menatapnya. Dia kenapa sih? Yang dia panggil jalang itu siapa? Aku atau dirinya sendiri?
"Kenapa kau mau bertemu Jungkook? Kau mengganggu waktu bercinta kami, sialan!" Sudahkah kukatakan bahwa aku benci jika ada orang yang berteriak di rumahku? Jadi aku mendorong IU dan ingin sekali membenturkan kepalanya ke tembok sampai hancur. Tapi aku belum sempat, malah ada pria berseragam yang menahanku untuk bergerak.
"Kau jalang gila!" IU berteriak lagi, mulai kesetanan dan mondar-mandir mencari sesuatu, kuyakin Jungkook yang dicarinya di setiap ruangan. Ia akhirnya mencapai balkon kamarku di lantai dua dan menjerit sangat keras. Aku memutar bola mata. Kenapa harus histeris begitu sih? Selain pria berseragam yang memegangiku, ada banyak sekali pria berseragam yang masuk rumah dan mulai mendatangi IU.
Kupikir IU sudah pingsan, ternyata cuma menangis dan dipapah oleh seorang pria berseragam. Huh, tidak ada pertunjukkan yang menarik kan jadinya. Aku tidak mengerti kenapa orang-orang ini terlihat ingin mengulitiku, padahal ini rumahku. Aku diam saja lah. Pasti mereka segerombolan orang bodoh lagi. IU menangis dan hanya menangis, menggeleng tanpa arti ke arahku.
Kemudian aku diseret entah kemana oleh para pria berseragam. Duh, aku harus meninggalkan rumah kan, padahal kucingku belum kuberi makan.
"Apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan?" Pria tua di depanku benar-benar galak. Aku jadi menunduk dan mengerucutkan bibir. Ia memarahiku terus.
"Byun Inkyung-ssi," tegurnya padaku.
"Baik baik, aku akan bercerita. Aku tentu saja sadar dengan segalanya. Aku berkencan dengan semua member BTS, tapi tentu saja setelah mereka mengunjungi rumahku mereka tidak boleh pulang. Yang paling lama di rumahku adalah Jungkook. Kau tahu dia adalah favoritku, jadi harus kusisakan di akhir. Kau tidak tahu Hoseok yang pertama kali mengunjungiku? Dia sangat rewel jadi terpaksa aku harus menggoroknya, huh padahal lehernya sangat seksi. Setelah itu Yoongi. Aku terkejut ia punya gairah yang gampang terpancing, jadi aku menampung 'susu putih' miliknya banyak-banyak sebelum membuat kepalanya hancur. Kalau Seokjin bagaimana ya? Hmm... Ia sudah teler sejak di restoran, tidak sulit memisahkan kulit dengan dagingnya. Taehyung yang paling sulit kurasa, aku sampai harus menggunakan mobil untuk membuatnya tidak bisa berlari menghindariku. Dan kau tahu? Di gaunku ternyata bukan hiasan mawar ya? Aku baru ingat ini darahnya Jimin, ia berteriak lho saat aku menggergaji perutnya, soalnya aku lupa membunuhnya. Namjoon… Sangat disayangkan aku harus melubangi jantungnya, aku merasa bersalah jadi kuperas saja jantungnya dan menampung 'soda stroberi'-nya dalam botol. Ahh, omong-omong Jungkook, kau menemukan otaknya tidak? Aku lupa dimana aku melubangi kepala belakangnya dengan palu. Dan oh! Palunya hilang. Itu sebabnya aku tidak memasukkan Jungkook ke kulkas, aku terlanjur merasa bersalah padanya. Aku sampai harus memeluknya selama dua hari, ia tambah dingin dan berbau busuk sih. Nah, Pak Polisi, aku sudah menceritakan semuanya, jadi biarkan aku menyusul BTS ya. Aku fans mereka. Kalau aku tidak bisa memiliki mereka, orang lain juga tidak."
Aku meraba dadaku, rasanya sesak harus menyimpannya berhari-hari di dalam bra. Aku punya pistol kecil, desainnya bagus sekali dan warnanya perak, ukurannya juga kecil dan mudah disembunyikan. Aku menempelkannya ke pelipisku.
"Nah, aku mau pergi dulu ya."
Dor!
Aku menuju tempat dimana BTS akan membunuhku, mereka pasti ingin balas membunuhku.
