You are The Beating of My Heart
Gojo Satoru X Itadori Yuuji
by MeganeD
Jujutsu Kaisen © Gege Akutami
Warning: MxM, Vampire!AU, Soulmates, Reincarnation, Death(s), Bloods, typo(s), etc.
Happy Reading!
Setiap orang memiliki belahan jiwanya masing-masing.
Hal tersebut merupakan sebuah kepercayaan yang telah muncul sejak ratusan tahun lamanya. Aristophanes pernah menjelaskan teori mengenai bagaimana manusia pada awalnya memiliki empat tangan dan empat kaki, dua wajah dengan empat telinga, disertai dengan kekuatan yang mampu mengancam keberadaan dewa-dewa. Karena itulah, pada akhirnya Zeus membelah mereka menjadi dua bagian yang terpisah antara satu sama lainnya. Namun, hal tersebut justru membuat mereka saling merindu akan satu sama lain.
Karena itulah, ketika seseorang bertemu kembali dengan belahan jiwanya, maka mereka akan merasakan percikan yang kuat–seolah memberikan pertanda bahwa mereka telah menemukan kepingan yang selama ini hilang dari jiwa dan raga. Belahan jiwamu akan menjadi pelengkap dari dirimu–tidak peduli gender, kepribadian, latar belakang, maupun usia.
Fenomena yang lebih menakjubkan lagi juga terjadi di kalangan vampir. Sebagai sosok yang muncul di antara fiksi dan realita, terdapat sebuah mitos turun-temurun yang mengisahkan tentang belahan jiwa seorang vampir.
Mengapa vampir?
Entahlah, keberadaan mereka hingga kini seringkali dicap sebagai ada dan tiada. Di antara fiksi dan nyata. Berupa mitos dan kutukan. Meskipun terdapat kasus-kasus yang terkadang selalu merujuk kepada keberadaan mereka, orang-orang kerap bersikeras untuk menolak fakta mengerikan di baliknya. Namun, rasa takut tersebut tentunya masih tak cukup kuat untuk menghentikan para pemburu kebenaran dalam mencari jawaban atas rasa keingintahuan mereka.
Dari hal tersebut, muncullah sebuah kisah menarik yang masih belum dapat dipastikan kredibilitasnya–sebuah kepercayaan turun-temurun mengenai bagaimana jantung dari vampir hanya dapat berdetak kembali saat mereka bertemu dengan belahan jiwanya. Sebagai makhluk yang dipercaya sebagai monster, detak jantung merupakan salah satu karakteristik yang seringkali dijadikan faktor pembeda di antara manusia dan vampir. Jika kau ingin mencoba untuk memastikan apakah seseorang benar-benar monster penghisap darah atau tidak, cukup taruh telapak tanganmu di dada mereka dan rasakanlah, apakah jantung yang tersembunyi di baliknya berdetak atau tidak.
Tentu saja, tidak ada jaminan bahwa kau akan selamat sebelum tanganmu sampai ke permukaan kulit mereka.
Lalu, bagaimana seorang vampir dapat hidup selayaknya manusia normal tanpa ada yang mencurigai sama sekali?
Jawabannya adalah soulmate.
Belahan jiwa merupakan pelengkap dari diri seseorang. Begitu pula dengan vampir. Agar dapat hidup berdampingan dengan belahan jiwa mereka, vampir diberkahi dengan sebuah sihir yang sangat kuat–di mana jantung mereka akan berdetak di saat yang sama ketika mereka bertemu dengan belahan jiwanya. Percikan yang terjadi sangatlah kuat hingga mampu mengembalikan detakan jantung seorang vampir.
Namun, terdapat sebuah kutukan di balik sihir tersebut.
Belahan jiwa dari seorang vampir adalah seorang manusia. Hal ini tidak dapat diganggu gugat–sebuah aturan yang sudah ditetapkan oleh ibu pertiwi dan para dewa.
Karena itulah, ketika manusia tersebut kehilangan nyawanya, maka di saat yang sama keajaiban sihir tersebut akan menghilang.
Dan vampir tersebut akan kembali menjadi seorang monster.
.
"Kasihan," respon Yuuji kecil yang saat itu masih berusia 5 tahun. Kakeknya yang baru saja selesai membacakan dongeng sebelum tidur pun hanya menaikkan sebelah alis, merasa cukup kaget ketika cucunya yang masih sangat belia itu mampu memahami kisah yang memiliki unsur berat tersebut.
Kisah ini bahkan tak bisa disebut sebagai dongeng sebelum tidur untuk anak-anak, karena bahasa serta konteks yang sangat rumit untuk dapat dipahami anak seumurannya. Bahkan sang kakek hanya dapat terheran-heran ketika Yuuji berlari ke arahnya beberapa saat yang lalu dan berteriak, "KAKEKKKK BACAIN INI YAA!" dengan penuh semangat.
'Bagaimana bisa bocah ini menemukan buku itu?' pikirnya saat itu.
"Kenapa Yuuji merasa kasihan?" tanya sang Itadori yang lebih tua, memperhatikan raut murung dari cucunya yang manis. Di sebelah Yuuji, sang kembaran–Sukuna–telah tertidur pulas karena tidak tertarik sama sekali dengan cerita dongeng sebelum tidur itu.
Yuuji kemudian menarik selimutnya hingga menutupi hidung, sambil menggumamkan hal yang tidak dapat terdengar jelas oleh sang kakek.
Melihat kelakuan menggemaskan dari cucunya, ia hanya terkekeh ringan dan berkata, "Jangan bergumam begitu, kakek tidak bisa mendengarmu dengan jelas." Yuuji kemudian memutar pandangannya pada sang kakek, lalu mencoba bergeser agar lebih dekat.
"Kasihan vampirnya, punya umur yang panjang tapi kesepian ..." ucap Yuuji dengan nada yang begitu tulus dan terkesan memelas.
Itadori Wasuke hanya dapat terdiam. Sejak membantu membesarkan kedua cucunya yang malang–kehilangan kedua orang tua mereka di usia yang masih sangat muda, ia dapat merasakan aura yang berbeda dari Yuuji dan Sukuna. Kedua saudara kembar itu seringkali berpikir dan bertindak di luar akal anak-anak pada umumnya. Mereka tidak pernah takut terhadap hal-hal berbau supernatural, cenderung berpikir lebih bijak, serta memiliki kekuatan dan ketahanan fisik yang lebih besar jika dibandingkan dengan teman-temannya.
Namun, Wasuke tahu bahwa kedua cucunya memiliki hati yang murni. Meskipun kepribadian mereka seolah saling bertolak, Yuuji dan Sukuna adalah anak yang baik. Dan sang kakek selalu percaya akan hal itu.
Mengulum sebuah senyum, Wasuke pun mengusap lembut surai merah muda dari cucunya. Tidak butuh waktu lama, sebelum Yuuji mengerjapkan kelopak matanya secara perlahan–pertanda rasa kantuk yang telah menyerang. Lalu ketika kelopak mata tersebut tertutup sepenuhnya, Wasuke pun berdiri dan secara perlahan keluar dari kamar si kembar Itadori. Berhenti di ambang pintu untuk terakhir kali sebelum meninggalkan kamar tersebut, ia hanya menghela napas berat.
"Jika nanti takdir membawa kalian pada hal-hal yang berada di luar nalar manusia, kakek hanya bisa berharap agar kebahagiaan dapat selalu menyertai jalan yang kalian pilih."
.
Di umurnya yang keenam tahun, Yuuji bertemu dengan seorang pria yang misterius.
Cuaca pada hari itu sangatlah cerah, cocok sekali untuk bepergian ke taman bermain bersama keluarga dan teman-teman. Mengingat usia kakeknya yang sudah tidak muda, Yuuji dan Sukuna pun hanya dapat bersenang-senang bersama Nobara dan Megumi. Gerombolan makhluk kecil dan menggemaskan itu ditemani oleh Tsumiki–selaku kakak dari Megumi, serta Nanami–atau yang seringkali dipanggil Nanamin oleh Yuuji, paman dari Yuuji dan Sukuna yang tidak memiliki hubungan darah dengan kedua anak kembar tersebut.
Yuuji juga tidak paham bagaimana hal tersebut bisa terjadi, tetapi ia sudah menganggap pria berambut pirang tersebut sebagai keluarganya.
"Nanamin, ayo beli permen kapas!" seru si kembar termuda kepada paman favoritnya itu, tatkala manik cokelat madunya menangkap gumpalan manisan yang sewarna dengan helai rambutnya. Menghela napas dengan pasrah, Nanami pun mulai menggiring tangan mungil Yuuji dengan hati-hati–khawatir kehilangan anak berumur 6 tahun yang memiliki tubuh mungil tersebut di tengah keramaian.
"Jangan sampai melepaskan tanganku atau pergi jauh-jauh dariku, ya." Sang paman berucap kembali untuk menegaskan, yang hanya dibalas oleh anggukan penuh semangat dari Yuuji.
Sembari menunggu permen kapasnya, Yuuji pun mengalihkan perhatiannya kepada kumpulan gelembung sabun yang beterbangan tak jauh darinya. Sebagai seorang anak kecil yang masih berusia 6 tahun, tentunya hal tersebut mampu membuatnya lupa akan sekitar. Terkadang terdapat gelembung sabun yang mengarah padanya sehingga ia menjadi terfokus untuk menyentuh dan meletuskannya.
Ketika ia berbalik untuk mengejar beberapa gelembung balon yang beterbangan, secara tak sengaja pandangannya tertuju kepada seorang pria yang berdiri terdiam di tengah-tengah kerumunan. Pria tersebut memiliki tubuh yang sangat tinggi, dengan kacamata dan pakaian serba hitam. Surai berwarna putih keperakannya terlihat sangat kontras, meskipun Yuuji beranggapan bahwa warna tersebut sangatlah keren dan unik.
Namun, kemudian ia menyadari bahwa pria misterius tersebut hanya terdiam sembari menatap ke arahnya. Yuuji pun memiringkan kepalanya–sedikit terheran, ketika pria tersebut melepaskan kacamatanya secara perlahan.
Untuk sesaat, Yuuji merasa seolah-olah jantungnya berhenti berdetak.
'Biru langit yang cerah.'
Hanya itu hal yang langsung terpikirkan olehnya, di saat kedua pandangan mereka saling bertemu secara langsung. Yuuji bahkan langsung menoleh ke arah langit hanya untuk memastikan. Lalu kemudian ketika pandangan mereka kembali bertemu, Yuuji hanya bisa menyimpulkan satu hal.
'Lebih cerah dibandingkan biru langit!'
Puas akan penemuannya, Yuuji pun memberikan senyuman yang hangat dan cerah.
' Senyuman yang lebih cerah dibandingkan dengan sinar mentari.'
"Yuuji-kun!" terdengar suara panggilan familiar yang sedikit bercampur dengan rasa cemas.
Seketika, perhatian Yuuji pun terpaksa teralihkan ketika Nanami memanggil dan menangkap kembali sebelah tangannya.
"Sudah berapa kali kukatakan agar tidak jauh-jauh dariku!?" ucap pria tersebut dengan nada memarahi. Namun, Yuuji hanya terdiam dan kembali mengalihkan pandangannya ke sosok pria misterius yang ia temukan tadi.
Akan tetapi, sosok tersebut telah menghilang.
Yuuji mengerjapkan matanya beberapa kali, entah kenapa merasa sedikit kecewa.
Sementara itu, Nanami hanya memperhatikan dalam diam. Ia sempat mengamati tingkah anak tersebut sedari tadi, ketika kemudian Yuuji secara tiba-tiba terdiam sambil memperhatikan sesuatu. Nanami hanya membelalakkan matanya ketika ia mengetahui sosok yang diperhatikan oleh Yuuji, sebelum ia menarik kembali lengan anak itu dan mendapatkan perhatiannya.
Ketika Yuuji terlihat murung setelah kehilangan sosok tersebut, Nanami hanya mampu berusaha mengembalikan keceriaannya dengan memberikan permen kapas yang diinginkannya. Benar saja, rona wajah anak tersebut langsung terlihat cerah dan ia mengucapkan terima kasih dengan rasa senang seperti biasanya. Menghela napas, Nanami pun kembali menggandeng tangan mungilnya menuju ke tempat di mana kembaran dan teman-temannya berada.
'Masih terlalu cepat. Masih belum waktunya bagimu untuk bertemu dengannya ...' bisik pria tersebut di dalam hatinya.
Di saat yang sama, Yuuji hanya tersenyum senang sembari menikmati permen kapasnya.
'Kuharap suatu saat nanti bisa bertemu orang itu lagi!' harapnya dengan penuh antusias.
.
Jika ada satu hal paling aneh yang pernah dialami oleh Yuuji, maka hal tersebut adalah fenomena di mana ia selalu mendapatkan kado ulang tahun misterius dari orang yang tidak dikenal.
Fenomena ini terjadi pertama kali pada ulang tahunnya yang ketujuh.
Seperti biasa, jika ia menerima kado ulang tahun dari seseorang, maka Sukuna juga akan menerima kado ulang tahun dari orang yang sama. Tentu saja, karena mereka berdua merupakan saudara kembar. Tidak logis untuk memberikan kado ulang tahun hanya kepada salah satu dari mereka saja. Karena itulah, jumlah kado ulang tahun yang mereka terima selalu berjumlah sama.
Setidaknya begitulah yang terjadi, hingga ulang tahun mereka yang ketujuh. Di pagi hari, hal pertama yang menyapa Yuuji adalah sebuah kado ulang tahun yang terbungkus rapi di samping bantal tempat tidurnya.
Bersandingan dengan kado tersebut, terdapat setangkai bunga dengan kelopak warna pink yang sangat menyerupai surai miliknya.
Awalnya Yuuji tidak berpikiran aneh. Ia beranggapan bahwa kado dan bunga tersebut merupakan kado ulang tahun dari kakeknya. Namun, semua berubah ketika Sukuna menemukan kado tersebut dan bertanya padanya bagaimana ia mendapatkan benda tersebut.
"Eh? Bukannya ini kado ulang tahun dari kakek?"
"Hah? Kalau memang kado dari pak tua itu, kenapa hanya kau yang dapat?"
Tentunya hal tersebut membuatnya kebingungan, hingga ia langsung berlari mencari kakeknya untuk bertanya secara langsung. Yuuji berpikir bahwa perkiraannya benar. Mungkin kakek kelupaan untuk menaruh kado ulang tahun Sukuna di samping bantalnya. Atau mungkin kado untuk Sukuna sudah ditaruh, hanya saja terlempar jatuh ke bawah tempat tidur sehingga Sukuna tidak menyadarinya.
Namun, kakeknya justru langsung terlihat kaget dan sedikit ketakutan ketika melihat benda yang ada di tangan Yuuji.
"Darimana kau mendapatkannya!?"
"Kadonya sudah ada di samping bantalku saat aku bangun tadi ..."
Dengan wajah yang pucat dan tubuh yang sedikit bergetar, Wasuke pun meminta Yuuji untuk menyerahkan kado itu padanya–yang tentunya ditolak mentah-mentah oleh anak itu. Namun, setelah meyakinkan cucunya bahwa ia hanya ingin memastikan isi dari kado tersebut aman untuknya, Yuuji pun memberikan kado tersebut dengan sedikit rasa waspada. Apalagi ketika sang kakek menyuruhnya untuk menjauh sedikit darinya, Yuuji merasa khawatir bahwa kado miliknya akan dibuang atau diambil darinya–mengingat Sukuna tidak mendapatkan hal yang sama dan hal itu bisa berarti tidak adil karena mereka adalah saudara kembar.
Tangan-tangan mungilnya itu kini hanya bisa menggenggam erat setangkai bunga yang tidak diminta oleh kakeknya. Entah kenapa, Yuuji sangat menyukai bunga tersebut saat ia pertama kali melihatnya.
Wasuke pun kemudian mulai membuka bungkus kado tersebut secara perlahan. Tangannya masih sedikit bergetar, dan ekspresinya masih dipenuhi oleh keraguan. Meskipun umurnya sudah tidak muda lagi, ia yakin bahwa ingatannya masih bagus. Ia sama sekali tidak ingat pernah membelikan kado tersebut dan menaruhnya di samping Yuuji yang masih tertidur. Ia juga berpikir tidak mungkin si kembar yang lebih tua yang memberikannya pada Yuuji, mengingat Sukuna bukan tipe anak yang seperti itu. Lagipula darimana ia bisa mendapatkan uang untuk membeli sesuatu?
Awalnya, sang kakek memiliki rasa takut jikalau kado tersebut merupakan perbuatan iseng dari seseorang. Meskipun hal yang lebih mengerikan tetaplah mengenai bagaimana seseorang bisa masuk ke kamar si kembar Itadori untuk menaruh kado tersebut. Bagaimana jika memang ada orang yang berusaha untuk menyakiti cucunya? Yuuji dan Sukuna masih berusia 7 tahun, mereka tak cukup cekatan untuk melindungi diri dari orang-orang jahat.
Namun, bayangkan betapa terkejutnya Wasuke ketika ia hanya menemukan sebuah boneka plushie harimau di dalamnya. Tanpa surat, tanpa nama pengirim, hanya sebuah plushie harimau–hewan kesayangan cucu termudanya.
Yuuji yang sedari tadi hanya memperhatikan dengan rasa cemas pun langsung menjadi kegirangan, tatkala melihat boneka harimau yang terlihat sangat lucu dan lembut itu. Tak peduli jika ia adalah anak laki-laki, Yuuji selalu menyukai boneka dan hal-hal yang berkaitan dengan hewan favoritnya. Bahkan kini pun ia sudah dapat membayangkan untuk tidur dan cuddling dengan boneka tersebut.
Setelah memastikan kembali tidak ada hal yang mencurigakan, Wasuke pun kemudian mengembalikan boneka tersebut kepada cucunya–disambut dengan semangat, tentunya. Karena Yuuji sudah terlanjur gembira dengan boneka barunya, ia pun tidak lagi mempertanyakan asal dari kado tersebut. Wasuke pun tidak berusaha untuk menjelaskan apapun, karena ia sendiri juga mempertanyakan banyak hal saat ini.
'Sepertinya akan lebih baik jika Yuuji dan Sukuna mulai mengambil kelas bela diri dari sekarang …' pikirnya masih dengan perasaan khawatir.
Sementara itu, baik Yuuji maupun Wasuke sama sekali tidak menyadari sosok Sukuna yang tengah memperhatikan mereka dari ambang pintu. Tanpa mengucapkan apapun, ia hanya berdiri di sana dengan pandangan yang terfokus kepada setangkai bunga berwarna pink yang masih digenggam erat oleh kembarannya.
Setangkai pink hydrangea .
Fenomena kado ulang tahun misterius tersebut kemudian terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Dan setiap tahunnya, kado yang diterima Yuuji menjadi semakin mewah dan bernilai tinggi. Di ulang tahunnya yang ke-8, ia mendapatkan tas sekolah baru. Di ulang tahunnya yang ke-9, ia mendapatkan beberapa helai pakaian–hoodie, t-shirt, juga piyama. Di ulang tahunnya yang ke-10, ia mendapatkan sepasang sepatu yang terlihat keren dan mahal. Di ulang tahunnya yang ke-11, ia mendapatkan jam tangan. Lalu di ulang tahunnya yang ke-12, ia mendapatkan game console terbaru–satu-satunya hadiah ulang tahun yang bisa ia bagi bersama saudara kembarnya. Terkadang Yuuji merasa bersalah karena hanya dialah satu-satunya yang mendapatkan hadiah ulang tahun ekstra, tetapi Sukuna hanya berkata padanya untuk tidak menyia-nyiakan pemberian dari orang lain. Sukuna juga mengaku bahwa ia sama sekali tidak peduli dengan hal-hal semacam kado ulang tahun sama sekali.
Meski setiap malamnya Wasuke selalu memastikan bahwa pintu dan jendela kamar dari si kembar Itadori telah terkunci dengan rapat, tanpa absen, di pagi hari ulang tahunnya Yuuji akan selalu menemukan sebuah kado disertai dengan setangkai bunga berwarna pink itu. Pernah suatu ketika saat ia bertanya nama dari bunga tersebut, lalu Sukuna memberitahu padanya bahwa bunga itu dinamakan hydrangea–nama yang pada awalnya sangat sulit untuk dilafalkan oleh Yuuji.
Ia sama sekali tidak memiliki kecurigaan terhadap bunga tersebut, hanya berpikir bahwa mungkin ia hanya diberikan bunga yang memiliki warna yang sama dengan helai rambutnya. Hal itu saja sudah membuatnya puas dan senang.
Pernah suatu ketika di saat ia berada di tengah perjalanan pulang setelah berbelanja bahan masakan bersama Sukuna dan Nanami, lalu kedua manik madu miliknya tak sengaja menangkap sebuah toko bunga yang tengah memamerkan salah satu bunga favoritnya. Seketika, Yuuji pun langsung menyeru dengan semangat.
"Ah! Hydrangea!" serunya sambil menunjuk ke arah toko bunga tersebut dengan antusias. Nanami pun ikut menoleh, sementara Sukuna hanya dapat menghela napas.
Nanami tidak begitu paham, tapi entah kenapa Yuuji selalu senang setiap menemukan bunga hydrangea–khususnya pink hydrangea.
"Memangnya ada apa dengan hydrangea, Yuuji-kun?" tanya pria yang selalu terlihat awet muda tersebut. Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan pulang, dengan Yuuji yang masih penuh dengan perasaan antusiasnya.
"Hydrangea itu cantik! Seperti kupu-kupu … tapi yang berwarna pink paling cantik! Karena warnanya mirip dengan rambutku hehehe~" jelasnya dengan riang. Ia pun melanjutkan tanpa menunggu respon dari Nanami, "Aku senang sekali karena setiap hari ulang tahunku selalu ada yang memberikan pink hydrangea! Walaupun sampai sekarang tidak ada yang mau mengaku siapakah pengirimnya …."
Seketika, Nanami langsung mengernyitkan alis matanya.
"Tidak ada yang mau mengaku? Berarti kado tersebut tidak ada nama pengirimnya sama sekali?"
"Hu-um!"
Nanami hanya terdiam. Dia sama sekali tidak tahu bahwa selama ini Yuuji menerima kado ulang tahun misterius di setiap tahunnya. Meskipun begitu, Nanami memiliki tebakan mengenai siapa pelaku di baliknya, dan ia sama sekali tidak berniat untuk memberi tahu Yuuji untuk saat ini. Yuuji masih berumur 12 tahun, jadi orang itu harus dapat bersabar hingga beberapa tahun lagi.
Menghela napas, Nanami pun kembali mempertanyakan mengapa ia mau melakukan hal merepotkan ini.
'Ah, benar. Aku masih memiliki utang budi yang harus dibayar …' pikirnya kemudian.
.
Di umurnya yang ke-18 tahun, Itadori Yuuji mulai mengalami mimpi yang aneh.
Di dalam mimpinya, ia terbaring lemas di tengah-tengah hutan dengan kondisi yang sangat gelap. Seluruh tubuhnya terasa sakit, dan bahkan ia dapat merasakan cairan hangat yang membuat pakaiannya lengket di permukaan kulitnya.
'Darah …?'
Yuuji ingin sekali berteriak memanggil Sukuna atau siapapun itu, tetapi entah kenapa setiap kali ia bersuara hanya erangan rasa sakit yang mampu keluar dari mulutnya. Ia mencoba untuk menggerakkan lengan dan kakinya, berusaha untuk duduk–sebelum kembali jatuh terbaring ke tanah dengan lengan yang bergetar dan pandangan yang kabur.
Kepalanya benar-benar sakit sekali.
"S ... k'na …."
Tepat ketika ia hampir menyerah untuk melakukan apapun, telinganya menangkap suara berisik dari dedaunan yang diinjak oleh sesuatu. Yuuji kembali berusaha untuk membuka kembali kelopak matanya untuk fokus, tetapi ia hanya dapat melihat samar-samar sepasang kaki di hadapannya.
"Hmm ... wanginya manis sekali. Kenapa manusia sepertimu bisa berada di tempat seperti ini, hm?" sebuah suara yang berat dan tidak familiar pun terdengar dari sosok tersebut.
'Siapa …?'
"Aku sudah makan beberapa saat yang lalu, tapi wangi yang muncul darimu benar-benar menggiurkan sekali …."
'Dia bicara apa …? Wangi? Wangi apa?'
Meski tak mampu bergerak, Yuuji dapat melihat secara samar ketika sosok misterius tersebut mulai berjongkok dan mendekatkan wajahnya pada dirinya. Anehnya, ia tak bisa merasakan hembusan napas sedikit pun di permukaan kulitnya.
Namun, kemudian ia merasakan sesuatu yang basah dan bertekstur menyapu kulit pelipisnya.
"Hmm … rasanya ternyata juga manis, seperti wanginya …."
Untuk sesaat Yuuji hanya mampu berpikir, 'Apakah dia baru saja menjilatiku!?'
Kemudian dia pun merasakan sentuhan tangan yang besar, kuat, dan dingin–membawa wajahnya yang tergeletak ke samping untuk menengadah. Seketika, pandangannya langsung terkunci kepada sepasang iris terindah yang pernah ia lihat semasa hidupnya–warna biru langit yang cerah.
Sosok pria di hadapannya hanya tersenyum miring, memperlihatkan sepasang taring yang tajam dan berkilat.
"Sayang sekali jika aku membiarkanmu mati sebelum mencicipi lagi darahmu yang menggiurkan ini sepuasnya ….
"Sebagai perkenalan, panggil saja aku Satoru-sama, oke?"
Hal tersebut adalah hal terakhir yang Yuuji dengarkan, sebelum ia kehilangan kesadarannya secara total.
A/N:
Ini adalah fic goyuu yang sebelumnya sudah saya post di akun sebelah (AO3) dengan judul yang sama, tetapi masih on-going.
Juga bisa dibilang fic pertama yang di post setelah sekian tahun hiatus dari menulis^^,
Thank you for reading!
Sign,
MeganeD
